Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 10 Pria Cantik Mandi

Bab 10 Pria Cantik Mandi

Chu Ziyan mengenakan pakaian putih yang longgar dan santai, meskipun terlihat sedikit kurus tapi sosoknya itu tak terhitung berkali lipat lebih baik dari yang dipikirkan oleh Zhao Mingyue. Mingyue selalu berpikir bahwa majikannya yang sakit ini pasti kurus kering, punggungnya bungkuk, tidak bersemangat, raut wajahnya juga sangat pucat hingga dia bersembunyi dan tidak mau bertemu dengan orang lain, tapi tidak disangka sosoknya itu benar-benar sangat tampan seperti yang dikabarkan.

Postur tubuh kurus dan tinggi itu memiliki aura yang yang acuh tak acuh.

Rambutnya sangat panjang, rambutnya yang begitu gelap seperti kelamnya malam itu tergerai jatuh di pundaknya yang bidang, rambut hitam serta mantelnya itu berkibar tertiup angin membarinya semacam jejak keanggunan. Langkahnya itu begitu perlahan, dia mengepalkan tinjunya untuk menutupi bibirnya ketika dia sedang batuk, lengan bajunya yang lebar itu membentuk lengkungan yang begitu anggun.

Dia duduk di kursi rotan, bahunya sedikit bergerak ketika dia terbatuk. Setelah nafasnya normal, dia melepaskan tangan yang menutupi mulutnya kemudian mengangkat cangkir teh di atas meja lalu meneguknya. Menghela nafas perlahan, meletakkan cangkir tehnya lalu mengambil botol porselen putih dari samping, menuangkan sebuah pil obat lalu memasukkannya ke dalam mulutnya.

Melihat adegan itu, Zhao Mingyue sedikit tersenyum.

Mingyue mengenal botol itu, karena dia sudah bersedia minum obat jadi Mingyue memasukkan 10 pil obat ke dalam 1 botol porselen kemudian menulis pesan, "Setidaknya meminum tiga kali sehari, dua pil sekaligus, jika batuk dengan sangat tidak nyaman maka boleh makan 1 pil", ternyata pria ini mendengarkannya.

Lalu senyum Zhao Mingyue seketika terpaku, pria itu terlalu... terlalu cantik bukan?!

Chu Ziyan sedikit menengadah ke langit di depannya sambil memakan pil obat di dalam mulunya, rambut hitamnya itu menjuntai di belakangnya, wajah tampannya itu tidak terhalang di bawah langit.

Mungkin dikarenakan penyakitnya, wajahnya itu menunjukkan raut pucat orang yang berpenyakit, seperti kelopak bunga putih, yang sama sekali tidak memiliki warna tapi juga terlihat tidak ada kekurangan.

Kontur wajahnya itu sedikit ramping, garis wajahnya halus, alignya itu panjang, sepasang mata hitamnya itu begitu hitam kelam bagai tinta, hidungnya itu mancung seperti gunung bersalju, bibirnya itu seperti kelopak bunga yang berwarna kemerahan yang pucat. Saat menegadah ke langit, lehernya itu begitu ramping dan panjang, garis lehernya itu begitu seksi, tulang selangkanya itu tersembunyi.

Jelas-jelas dia adalah manusia, tapi malah terlihat seperti sebuah teratai hijau yang begitu memikat dan atau menggairahkan.

Zhao Mingyue bukanlah orang yang menilai berdasarkan penampilan, lebih tepatnya dikatakan bahwa Mingyue tidak tertarik pada pria, ketika berada di jaman modern, dirinya hanya memikirkan berlatih untuk mengalahkan iblis, sama sekali tidak pernah punya waktu untuk membuka kehidupan percintaannya. Tapi ketika melihat penampilan Chu Ziyan, tanpa sadar Mingyue menghela nafas dan mengaguminya.

Sangat disayangkan, Keluarga Chu ini memiliki putra yang sudah tumbuh dewasa tapi tidak diketahui oleh orang lain karena dirawat di luar.

Pria yang begitu baik ini dikarenakan sakit jadi tidak bisa diperlihatkan keluar, benar-benar sangat disayangkan.

Meong……

Anak kucing di tangannya ini mungkin karena dibekap dan kepanasan jadinya dia mengeong.

Chu Ziyan kemudian menoleh.

Zhao Mingyue tanpa sadar menahan napas, dirinya tidak boleh mengenalnya dalam kondisi seperti ini, jika tidak maka itu akan merusak rencananya. Jangan sampai rencananya rusak karena dirinya tamak akan makanan.

Untungnya Chu Ziyan tidak melihat ke arahnya tapi melihat ke arah sumber mata air di dekat dinding.

Setelah beberapa saat, dia berdiri kemudian berjalan ke tepi kolam.

Mingyue berada hampir di atas kepalanya, cuacanya terlalu panas dan lagi ditambah dirinya sedikit gugup jadi ada lapisan keringat di dahinya, keringat transparan itu kemudian mengalir melewati wajahnya.

Tindakan selanjutnya Chu Ziyan membuat Zhao Mingyue makin terkejut, pria ini sedang membuka bajunya!

Apa mungkin... dia ingin mandi dan berendam?

Dan situasinya memang seperti itu, jari-jari ramping Chu Ziyan yang seperti giok itu membuka pakaiannya secara perlahan.

Hmm……

Haruskah Mingyue menutup matanya dalam situasi seperti ini? Zhao Mingyue memalingkan wajahnya. Tapi kemudian Mingyue kembali berpikir, apa bedanya membuka dan menutup mata jika ketahuan? Lalu jika tidak ketahuan memangnya kenapa jika dirinya melihatnya? Akhirnya Mingyue menyampingkan asas kesopanan dan juga gender dan kemudian matanya itu perlahan-lahan menatap kembali ke arah itu.

Tapi Mingyue tidak bisa melihat apa-apa ...

Rambut hitam pria itu menutupi hingga ke bagian pinggulnya, dan pria itu juga memunggunginya, Mingyue hanya bisa melihat bahunya yang putih bersih itu yang terekspos di antara rambut hitamnya, dan juga sepasang kakinya yang panjang yang melangkah masuk ke dalam kolam. Pria itu duduk di tengah mata air yang jernih, rambut hitamnya itu menyebar seperti kabut di atas permukaan air, berkibar-kibar seperti rumput laut.

Mingyue berpikir akan ada adegan yang harus diburamkan, tapi ternyata tidak seperti itu. Baiklah, Mingyue mengakui bahwa ketika airnya itu beriak, samar-samar Mingyue bisa melihat tubuh pria itu, tapi dirinya tidak bisa melihat dengan jelas di bawah air bukan?

Dan lagi pria ini sakit, kualifikasi apa yang dimilikinya untuk berendam di dalam air dingin?! Salah-salah malah di malam harinya penyakitnya itu akan kambuh hingga membuatnya sengsara.

Tapi Mingyue tidak bisa mengatakan hal ini padanya sekarang.

Matahari terbenam dan hanya meninggalkan jejek di cakrawala, angin sore bertiup perlahan, permukaan air di kolam mata air itu berkilau.

Orang di atas pohon dan orang yang berada di dalam kolam itu tidak ada yang bergerak.

Angin tiba-tiba berhenti berhembus.

Chu Ziyan menatap permukaan air yang perlahan-lahan menjadi tenang dan memantulkan langit yang disinari oleh sinar lampu temaram. Pohon pir di atas kepalanya juga terpantul di atas permukaan kolam, cabang pohon itu terjulur, buah-buahan yang tergantung, dan ada seekor anak kucing seputih salju yang berada di atas cabang, di belakang mata anak kucing yang jernih itu... merupakan sepasang mata seorang pemuda?

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel