Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 3

Sejak hari itu, hidupku tenang selama beberapa hari dan wali kelas membawa sebuah kotak hari ini.

"Kaki ayah Gracia patah karena tertimpa di lokasi proyek dan membutuhkan biaya operasi besar sekarang. Kita semua tahu kondisi keluarga Gracia, jadi aku harap kalian bisa bantu semampunya."

Setelah wali kelas selesai bicara, Vinnie langsung maju dan menyumbang 40 juta sedangkan Gracia Yamada menangis dan berterima kasih di samping.

"Putri orang terkaya memang luar biasa dan langsung memberikan 40 juta, aku hanya dapat uang saku 10 juta sebulan," kata teman sebangkuku dengan kagum.

Aku bertanya dengan heran, "Dia putri orang terkaya?"

Lalu siapa aku?

Selain itu kenapa aku tidak tahu aku punya seorang kakak?

Ketika melihatku diam saja, Vinnie menyindir, "Jessi, kenapa kamu tidak menyumbang untuk membantu ketua kelas?"

"Vinnie, apa kamu tidak tahu? Dengan kondisinya, bisa menyumbang 200 ribu saja sudah bagus." Pengikutnya berkata.

Aku lebih banyak makan sayur dalam beberapa hari ini karena sedang diet, ternyata mereka pikir aku tidak punya uang untuk makan yang lain.

Aku tidak bergerak karena tidak punya uang tunai, hanya ada kartu hitam dengan limit tak terbatas. Aku takut "kakakku" ini akan kehilangan muka kalau aku mengeluarkannya.

Akhirnya aku meminjam uang dari teman sebangku untuk menyumbang dan tatapan Gracia padaku tampak jijik.

Aku menyesal untuk pemikiran bodoh tadi, ternyata dia sama sekali tidak butuh uangku.

Tindakanku sia-sia.

Setelah istirahat siang dan pelajaran olahraga, aku kembali ke kelas dan melihat Gracia menangis sambil menutupi wajahnya di meja dan Vinnie menghiburnya di samping.

Saat melihatku datang, dia memegang pergelangan tanganku, "Jessi, kamu sangat menjijikkan! Aku tahu kamu miskin, tapi tidak perlu mencuri uang untuk menyelamatkan hidup orang?"

"Aku tidak melakukannya! Aku baru saja kembali ke kelas."

Aku bingung, mencuri uang? Apakah aku perlu melakukannya?

Sedangkan Gracia seolah tidak mendengar perkataanku dan langsung berlutut di depanku, "Jessi, aku mohon tolong kembalikan uang itu, ayahku membutuhkannya!"

Aku marah, "Berengsek, aku sudah bilang bukan aku! Apakah kamu tuli?"

"Waktu itu kamu kurang sehat dan orang pertama yang kembali ke kelas. Kalau bukan kamu, memangnya siapa lagi?"

"Benar, Jessi. Kalau memang kamu yang ambil, jika kamu mengaku dan mengembalikan pada ketua kelas sekarang, kami juga tidak akan menyalahkanmu. Kalau sampai kami menemukannya di dalam tasmu, kamu yang akan malu."

"Kenapa aku harus mengaku untuk sesuatu yang tidak aku lakukan?"

Namun Vinnie bersikeras menuduhku dan merampas tasku dengan paksa, ritsleting dibuka serta menumpahkan semua isi buku. Lalu tumpukan uang yang mencolok ada di antara tumpukan buku.

Vinnie mengambil uang dan menutup mulut seolah terkejut, "Tidak disangka benar-benar kamu yang mencurinya."

Aku menjawab, "Kalau memang aku yang curi, mungkinkah aku sebodoh itu menaruh uang di dalam tas sehingga ditemukan kalian?"

"Itu karena kamu belum sempat menyembunyikannya di tempat lain dan ketahuan oleh kami!"

Aku melihat mereka, lalu menemukan Gracia memberikan tatapan puas pada Vinnie, barulah aku mengerti.

Ini akting yang sengaja mereka buat untuk menghancurkan namaku dan dikutuk orang.

Huh, trik kecil.

Mari kita lihat apakah aku putri orang terkaya perlu mencuri uang orang lain?

Berita ini dengan cepat menyebar di seluruh sekolah, lalu aku, Vinnie dan Gracia segera dipanggil ke kantor.

Wali kelas kami terdiam lama dan minum seteguk teh, "Jessi, apa yang harus aku katakan? Kalau keluargamu kesulitan, kamu bisa mengajukan bantuan tidak mampu pada sekolah, tapi kenapa kamu harus mencuri uang untuk menyelamatkan hidup ayah temanmu?"

"Aku sudah bilang bukan aku yang ambil, ini adalah jebakan! Bukankah ada CCTV di dalam kelas?"

Aku membantah dan ingat sewaktu datang aku melihat ada kamera di atas papan tulis.

Semua penjelasan tak berguna kalau bicara tanpa bukti.

Wali kelas yang mendengar kalimat ini langsung menamparku dan berkata dengan marah, "Jika bukan kamu yang ambil, kenapa uang itu ada di tasmu? Kamu bilang itu jebakan, lalu kenapa bukan orang lain, tapi malah kamu? Semua bukti sudah jelas sekarang, tapi masih membantah. Kamu berani bicara begitu karena tahu kamera rusak! Kamu telah mempermalukan kelas kita!"

Aku memegangi wajahku dan menatapnya tajam, belum ada yang berani memukulku sejak kecil sampai sekarang.

"Lihat apa? Apakah kamu ingin melawan?"

Aku diam-diam mencatat dendam tamparan ini, ke depannya kamu pasti akan berlutut untuk minta maaf padaku!

Vinnie sangat senang melihatku dipukul dan diomeli, tapi di depan orang lain dia bertindak sebagai penengah agar terlihat baik.

"Pak, tenangkan dirimu, aku rasa Jessi hanya gegabah sesaat, maafkan saja dia."

Ketika melihat Vinnie bicara, suara wali kelas menjadi jauh lebih lembut, "Sudahlah, karena Vinnie sudah berkata seperti itu, aku harap kamu tidak melakukan hal tidak bermoral seperti ini lagi."

Akhirnya, aku dihukum menulis 10 ribu kata permohonan maaf dan pengurangan nilai.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel