Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 5 : Majikan Cantik yang Baik Hati

Mendengar saran nona Xia, Aaron terdiam. Ia telah berjanji kepada ayah dan ibunya suatu hari nanti akan menjadi seorang yang kuat. Masuk akademi adalah jalan untuknya menjadi terampil dengan cepat, namun membayangkan harapan itu akan hilang sekarang hatinya sangat tidak rela.

"Aku akan mencoba mencari cara," jawab Aaron menanggapi saran Xia.

"Bodoh, bahkan jika kamu bisa masuk ke dalam akademi, kamu hanya akan menjadi bahan bully-an siswa lain. Tapi terserahmu, kamu yang akan mengalaminya," ucap Xia dengan sinis. Sebenarnya ia lebih suka jika Aaron ikut dengan paman Hong, dengan demikian mereka akan mendapatkan tenaga yang cukup cekatan dan lincah. Mendengus lalu ia bangkit dan pergi menuju tendanya, suasana hatinya menjadi buruk.

"Maafkan sikap kakakku, tolong jangan dimasukkan ke dalam hati," kata Yue. Meskipun saat ini Aaron adalah bawahannya, namun setelah pekerjaannya selesai nanti hubungan majikan dan pelayan akan berakhir.

"Tidak masalah, Nona. Kakak Xia benar dengan perkataannya. Aku hanya harus berjuang lebih keras," balas Aaron.

"Ambil ini, makanlah jika kamu kelaparan tengah malam." Yue mendorong piring berisi daging ke depan.

Aaron melirik paman Lei meminta persetujuan. Paman Lei mengedipkan matanya, lalu tanpa ragu Aaron berjalan dan mengambil potongan daging tersebut.

Setelah Aaron mendekat, Yue berkata dengan suara lambat. "Tentang persyaratan itu tidak usah khawatir, aku akan meminjamkannya kepadamu nanti," ujarnya.

Aaron terkejut, ia tidak percaya telah mendengar kata-kata itu. "Maaf, Nona?" Aaron ingin Yue mengulangi kalimatnya.

"Aku akan meminjamkanmu sepuluh kristal, rumput roh dan inti monster nanti. Tapi kamu harus mengembalikan jika telah memilikinya," ulang Yue menjelaskan.

Aaron tertegun, kata-kata Nona Yue adalah penyelamat jiwa baginya. Jika ia tidak ingin kehilangan harapan dan tujuannya maka jalan satu-satunya saat ini adalah menerima kebaikan nona Yue.

Menangkupkan kedua tangan dengan cepat ia berkata, "Karena seperti itu, Aaron mengucapkan terima kasih atas pertolongan Nona Yue. Aaron pastinya akan membalas kebaikan Nona Yue di masa depan."

"Tidak masalah, lagipula itu hanya pinjaman. Tidak perlu dibesar-besarkan," ujar Yue tersenyum. Ia berdiri dan mengangguk, lalu berjalan menyusul kakaknya ke dalam tenda.

Aaron memandangi punggung Yue yang menjauh. Menyadari sosok Yue telah menghilang ke dalam tenda, Aaron menarik napas, lalu berbalik kepada paman Lei.

"Paman Lei, apakah tuan Hong tidak keberatan dengan apa yang ditawarkan nona Yue kepadaku?" tanya Aaron setelah nona Yue pergi.

Paman Lei jelas mendengarkan ketika Yue menawarkannya bantuannya.

"Hahaha ... mereka orang kaya, tidak perlu khawatir. Lagipula jika kamu tidak menerimanya, lantas bagaimana kamu akan mendapatkan persyaratan itu?" jawab Paman Lei. Ia cukup suka dengan bocah laki-laki ini, selain cekatan tampaknya anak ini juga cukup cerdas.

Aaron sedikit lega mendengar kata-kata paman Lei, dalam hati ia bersyukur telah bertemu orang baik diperjalanannya.

Dengan riang ia membereskan meja tempat makan kedua nona itu dan menyimpannya ke dalam gerbong barang.

Selesai dengan pekerjaan itu Aaron mengambil buntalan kainnya, lalu merebahkan tubuhnya di tikar dekat api unggun.

Tidak lama kemudian Aaron pun jatuh tertidur.

...

"Kamu tidak perlu begitu baik, Yue. Ingat dia itu orang asing, dirimu terlalu mudah dimanfaatkan," tegur Xia setelah Yue masuk ke dalam tenda mereka.

Yue baru menyadari kakak Xia ternyata mendengar obrolannya dengan Aaron. "Tidak apa-apa, Kak. Dia tidak memanfaatkanku tetapi akulah yang menawarkan pinjaman kepadanya. Lagipula dia bekerja dengan kita. Sedikit memberinya kebaikan barangkali ada gunanya," kilah Yue beralasan.

"Berguna? Huh ... aku tidak percaya seorang gelandangan akan berguna bagimu," cibir Xia. Ia kesal adiknya tidak menuruti kata katanya.

"Sudahlah ... Aku mau tidur, Kak," pungkas Yue mengakhiri obrolan, ia malas berdebat.

Tetapi Xia sepertinya belum ingin berhenti. "Bagaimana menurutmu tuan muda Qibo? Sepertinya cukup cocok untukmu?" Xia mengalihkan pembicaraan.

"Qibo? Aku tidak tertarik sama sekali," jawab Yue acuh.

"Semua orang tahu kalau Qibo suka padamu, kenapa kamu tidak memberinya sedikit perhatian?" Xia terus mendesaknya dengan topik itu.

"Aku hanya ingin fokus berkultivasi, Kak, tidak memikirkan hal-hal yang seperti itu," elak Yue. Ia menarik selimut dan memejamkan mata.

"Ah, andai saja klan kita dan klan Qibo bisa dipersatukan. Dua klan lainnya akan tunduk di bawah kita," gumam Xia. Namun Yue pura-pura tidak mendengar.

Menyadari Yue tidak merespon lagi, Xia pun menarik selimut dan memejamkan mata.

...

Pagi subuh Aaron terbangun, ia meregangkan tubuhnya dan menguap kemudian berjalan menuju ke arah sungai di dalam hutan.

Cahaya temaram fajar masih muram namun tidak membatasi pandangannya ke sekeliling. Ia dengan jelas dapat melihat pepohonan dan jalan yang ditapakinya.

Tiba-tiba sesuatu terlihat berlari di depannya, memperhatikan dengan cermat Aaron melihat seekor kelinci menyembunyikan dirinya ke dalam semak-semak.

Aaron sangat menyukai daging kelinci. Selama dalam perjalanan ia telah berburu kelinci untuk menjadi santapannya. Dengan bumbu racikan yang dibekali ibunya, kelinci itu akan terasa sangat gurih dan lezat.

Melemparkan buntalan kainnya, Aaron mengendap-endap. Ia telah cukup mahir untuk menangkap hewan lincah yang satu ini.

Mengambil sebongkah batu seukuran kepalan tangan, Aaron melemparnya ke samping persembunyian kelinci tersebut. Hewan kecil itu terkejut lalu melompat hendak melarikan diri. Namun Aaron telah siap dengan itu, telah mengukur sebelumnya dengan presisi, Aaron secepat-kilat menerkam kelinci tersebut dan mengulurkan kedua tangannya.

Happp!

"Kena kau!" teriak Aaron dengan gembira. Namun ia segera menjadi pucat karena tempatnya menangkap kelinci tersebut adalah sebuah tebing terjal. Aaron tidak menyadari sebelumnya sebab tebing itu terhalang semak-semak.

Hilang keseimbangan tubuhnya tanpa ampun meluncur tak terkendali bersama kelinci yang dipegangnya.

Dengan panik Aaron berusaha meraih sesuatu, namun tidak menemukan apa pun untuk menjadi pegangan tangannya.

Gluduk! gluduk! gluduk!

Tubuhnya terus berguling di tebing tersebut. Sekarang kelinci itu telah terlepas dari tangannya, makhluk kecil malang itu juga ikut bergulingan. Di ujung tebing ia merasakan tubuhnya melayang, lalu jatuh ke dalam sungai.

Byurrrr!

Karena tidak siap akan jatuh masuk ke dalam air, Aaron gelagapan. Merasakan kakinya menyentuh dasar sungai ia segera menginjaknya dengan kuat, lalu mendorong tubuhnya meluncur ke atas.

Tetapi alangkah terkejutnya Aaron ketika kepalanya menyembul di permukaan sungai, pandangannya langsung tertumpu pada tatapan panik seorang gadis yang berusaha menutupi tubuh telanjangnya dengan selembar kain.

"Dasar mesum! Kau mengintipku?!" bentak suara itu dengan marah.

Aaron gugup, mengalihkan pandangannya dari tubuh yang sebagian terbuka itu ia segera berenang ke arah berlawanan.

Sekilas Aaron sempat melihat wajahnya, itu adalah gadis yang bersama Qibo.

Aku dalam masalah! rutuknya dalam hati dengan panik.

Gadis itu buru-buru mengenakkan pakaiannya, meraih pedang yang tergeletak, wajahnya merah padam dan langsung mengejar Aaron. Ia sempat melirik seekor kelinci melintas di sampingnya yang basah kuyup menyelamatkan diri.

Aaron bergegas naik ke tepi sungai. Tanpa menoleh ke gadis itu ia berlari sekuat tenaga. Sementara wanita itu terus mengejar di belakangnya dengan pedang terhunus. Sepertinya ia benar-benar berniat akan menguliti Aaron hidup-hidup.

...

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel