Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 12 Anak SMA Kepala Dua

Bab 12 Anak SMA Kepala Dua

Pukul tujuh kurang, 10 menit lagi bel masuk berbunyi. Namun, yang seharusnya Karenina sudah berada di sekolah baru tempatnya mengajar, ia malah harus berjalan sendirian di pinggir jalan seperti sekarang.

Ban motor Abahnya yang pecah terpaksa. Ini membuat Karenina harus berjalan kaki menuju SMA yang cukup terkenal di kotanya itu.

Abahnya terpaksa ia tinggalkan karena khawatir dirinya telat, padahal ini adalah pertama kali bagi dirinya menjadi pengajar.

Karenina mengusap kening juga pelipisnya yang mulai menitikan titik-titik keringat. Baru sedikit berjalan tapi napasnya sudah tersengal-sengal.

Karenina berhenti sesaat untuk mengambil napas kemudian melanjutkan kembali. Dia raup Oksigen sebanyaknya.

Rok span hitam selutut, kemeja berwarna dasar putih panjang dipermanis motif bunga berwarna biru langit membuat penampilan Karenina cukup elegant. Dipadu dengan heels hitam cemerlang yang tidak terlalu tinggi.

Dan juga tidak lupa sanggulan rambut yang begitu apik berpadu padan dengan tubuhnya yang sedikit berisi namun terlihat proporsional. Siapapun yang melihatnya pasti akan menyukai Karenina.

Wanita dengan sapuan make up cukup tebal itu berjalan bak model di atas walk. Wajahnya yang cantik bertolak belakang dengan sifatnya yang angkuh.

Terlihat dari raut dan rona wajah yang selalu ia jaga untuk tersenyum secukupnya sekalipun beberapa orang menyapanya.

TINTIN!!!

Termasuk seseorang dibalik mobil Inova reborn berwarna merah mengkilap yang membuat Karenina terkesiap kaget hingga detik berikutnya ia mengulum senyum.

'Selalu ada rejeki di balik kesengsaraan' cetusnya dalam hati.

Karenina memelankan langkahnya, sambil menatap ke samping mobil yang masih tertutup itu. Sesaat, ia melihat pantulan tubuhnya di balik kaca mobil yang tanpa noda tersebut.

Benar-benar bersih! Juga mewah!

Karenina tak berhenti mengulum senyuman, berniat menggaet si pemilik mobil keren tersebut. Hingga, perlahan pintu kaca mobil itu turun dan menampilkan siluet laki-laki yang membuatnya selalu bergidik ketika melihatnya.

Senyum Karenina memudar, berubah menjadi raut muntah. Akan tetapi, mata Karenina masih tak menyangka karena ternyata yang berada di balik kemudi mobil mahal itu adalah Junot. Lelaki jelek yang selalu mendekatinya.

Manik berbalut softlens itu bisa menangkap seorang anak lelaki berseragam sekolah menengah pertama yang berada di samping Junot. Senyum congkak Karenina berhasil kembali terkulum.

"Oh, ternyata si pantat kwali itu kerjanya cuma sopir?" tawa remeh muncul di balik wajah cantiknya.

"Nina, ayo aku antar" tawar Junot sangat sopan. Ia menyebar senyuman maut yang membuat Karenina ingin bengek.

Seperti biasa, ketika menanggapi senyuman dari Junot, selalu ekspresi dengan lidah menjulur keluar yang ditampakkan Karenina. Muak plus mual plus muntah-muntah plus pingsan!

Tanpa menunggu waktu lama, dengan cepat saja wanita itu melanjutkan langkah dan buru-buru pergi.

TINTIN!!

"Apaan, sih!" wajah yang awalnya mengulum senyum kini berubah garang layaknya monster. Junot terus memanggil-manggil namanya.

"Karenina tunggu!" Junot mensejajarkan laju mobilnya di sisi Karenina yang berada di ruas jalan. "Ayo, biar ku antar!" pekiknya pada Karenina.

Sejujurnya, Karenina ngiler dengan penampakkan mobil di depannya. Namun, apalah daya karena gengsi yang terlampau tinggi membuatnya enggan mengikuti kemauan hatinya.

Terlebih, yang mengendarainya adalah si Junot jelek. Selain tidak betah, ia juga pasti akan mengalami serangan diare mendadak.

Bagaimana tidak, ia harus menahan rasa mual ketika berada di dekat laki-laki itu. Sekali lagi, Karenina adalah wanita angkuh dengan sejuta kata-kata pedasnya yang kadang tidak tau malu.

Karena rasa kesal yang selalu muncul pada laki-laki berparas abu-abu itu, membuat Karenina akhirnya berjalan cepat berniat menghindari Junot.

Tanpa melihat siapa orangnya, karena dipenuhi rasa kesal dan diburu waktu, Karenina menyetop seorang pengendara sepeda motor sembarang.

Dilihat dari pakaiannya Karenina bisa menebak bahwa dia anak SMA. Motor ninja hijau berikut helm fullface nya terlihat serasi dikenakannya.

Sedikit terpaku karena melihat penampakan laki-laki di depannya yang sangat jauh dengan penampilan si Junot jelek itu-sebutannya.

Karenina melebarkan senyumnya, ia sedikit berdesis dalam hati, "anak ini tampan" katanya.

Anak SMA yang tak diketahui namanya tersebut pun menyambut baik wanita yang tiba-tiba menyetop motornya yang tengah mengebut itu. Untung saja ia sigap mengerem motor kinclongnya. Kalau tidak, mungkin Karenina akan tertabrak olehnya.

"Kenapa mbak? Saya bukan tukang ojek atau gojek tapi demi mbak yang cuantik ini saya bersedia mengantar kemanapun kamu mau" ucap cowok bermanik tengil itu merayu Karenina.

Demi bisa sampai ke sekolah, Karenina tidak keberatan menanggapi gombalan garing berondong kece di depannya ini. Karenina tertawa 'sok' anggun demi menggaet anak SMA yang tampan menurutnya ini.

"Boleh saya ikut ke SMA Nusantara?" ucap Karenina begitu ramah dan manis.

Tampak cowok itu diam saja menatap Karenina penuh keinginan. Dia tersenyum miring dan mengisyaratkan Karenina untuk naik ke ats motornya, "ayo!"

Dengan wajah sumringah Karenina menaiki motor cowok tak dikenalnya itu.

"Namanya siapa?" tanya Karenina menahan diri sebelum menaiki motor cowok itu.

"Naik aja dulu, tar gampang kenalan di jalan" timpalnya santai sambil nyengir kuda

"Minimal kalo saya tau nama kamu, kalau saya di bawa kabur kan gampang pengusutannya," elak Karenina tetap tak mau menaiki motor cowok itu sebelum ia mengetahui namanya.

"Oke deh, Vasto! Nama gue Vasto" tegasnya. "Lo?" tanyanya balik.

"Karenina, panggilannya Nina" kata Karenina.

Setelah itu, Karenina baru mau menaiki motor gede di hadapannya. Tampak bersemangat ia menaikinya.

Tak mengherankan, Karenina memang menyukai hal-hal yang berbau mahal. Motor gede di hadapannya bisa di taksir memiliki harga yang tak murah.

Tapi, tanpa wanita itu tahu bahwa orang di hadapannya, yang sedang memboncengnya menuju sekolah yang sama merupakan siswa yang terkenal biang onar di sekolahnya.

"Kamu anak sekolah mana?" tanya Karenina penasaran, siapa tahu ternyata mereka satu tujuan.

Vasto juga adalah murid dari SMA Nusantara yang dikenal dengan sebutan 'siswa abadi' dimana dirinya sudah empat kali gagal naik kelas dan hingga kini terus berada di lantai paling atas yang merupakan tempat bersemayamnya kelas 11.

Bertahun-tahun teman kelasnya berganti, tak membuat Vasto merasa iri dan ingin lulus juga. Menurutnya, mengikuti keinginan hati dan kenyamanan diri begitu penting.

Hingga membuatnya lupa tentang kebenaran bahwa hidup tak melulu soal ekspektasi dan idealisme tinggi. Itulah Vasto. Lelaki berumur dua puluh satu, namun masih anak SMA.

Dan, kali ini Vasto merasa telah menemukan cintanya. Pertemuan mendadak yang menyenangkan.

Vasto begitu menikmati perjalanan pagi ini. Walau harus kesiangan seperti biasanya dan mendapatkan surat panggilan orang tua dari sekolah, tak membuat nyali Vasto menciut. Baginya, dimarahi dan dihukum sudah menjadi makanannya sehari-hari.

"Gue juga anak Nusantara, kita satu tujuan dan semoga satu rumah suatu saat nanti" jawab Vasto kembali melancarkan jurus gombalan mautnya.

Karenina hanya tersenyum mesem, senang tapi tidak menanggapi. Anak ini sangat pandai membuatnya senang, gumamnya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel