Dasar Guru Killer
Malam ini Bella tidak bisa tidur dengan nyenyak. Ucapan Opa Adrian membuat Bella tersenyum sendiri di kasur empuknya. Bella yang berpikir akan di beri sebuah mobil baru oleh Opanya terus menghayal hal -hal yang indah.
Bella lupa dengan tugas matematikanya yang belu ia kerjakan. Bella terbangun dan bangkit dari tempat tidurnya lalu menyalakan lampu kamarnya dan mengambil kertas soal matematika yang di berikan Pak Aga tadi siang.
"Sial banget sih nasib gue!! Cuma gara -gara salah ngelempar sampah ke mukanya malah kena hukuman ngerjain soal segini banyak. Tuh guru gue doain moga dapet bini yang bar -bar biar makin pusing tuh orang. Hidup lempeng amat ya, kayak kaki kursi aja. Mana ini soal susah semua lagi. Arghh resek amat ya!!" umpat Bella kesal.
Bella membuka buku paket matematika yang tadi ia pinjam di perpustakaan sebagai acuan untuk mengerjakan soal -soal itu. Soal itu sudah di tambah oleh pak Aga tadi siang, karena Bella selama dua jam pelajaran di depan kelas bukannya mengerjakan malah tertidur sambil menyandar pada dinding kelas. Itu yang membuat Pak Aga marah dan menambah hukuman Bella.
"Dasar guru aneh!! Ganteng -ganteng kok garang!!" umpat Bella lagi sambil memebuka bukunya dan mencari cara untuk mengerjakan soal -soal itu.
Kedua mata Bella terus melotot melihat soal dan angka -angka yang jujur membuatnya pusing tujuh keliling. Mungkin kalau bukan Pak Aga gurunya, Bella sudah masa bodoh, dan cuek bila harsu di hukum. Tapi, ini hukumannya makin di tumpuk soal, dan ini sungguh membuat perut Bella mual dan muak. Matanya sudah sulit untuk di buka, bola matanya mulai redup persis seperti lampu lima watt menyala. Tubuhnya juga sudah lelah apalagi otaknya benar -benar tidak bisa lagi di ajak untuk berpikir menghitung angka -angka sesuai rumus yang ada.
Kepala Bella lama -lama terjatuh di atas buku dan tertidur hingga pagi. tangannya masih memegang pulpen yang sesekali bergerak entah menulis apa sesuai dengan mimpinya saat ini.
***
Bella turun dari kamarnya dengan wajah kusut. Rambut panjangnya di kuncir ekor kuda dengan seragam yang tidak sepenuhnya di masukkan ke dalam rok abunya.
"Bella makan dulu!!" titah Mamah Bella pada putri semata wayangnya itu.
"Nanti aja Mah. Bella mau ngumpulin tugas ini," ucap Bella yang langsung berlari ke arah luar lalu memakai helm chipnya dan menaiki motor maticnya lalu mengendarai menuju sekolah SMA Patriot.
Bella sengaja berangkat agak pagi, agar Tasya bisa membantunya mengerjakan tugas matematika yang membuat Bella gila semalaman.
Tin ... Tin ...
Suara klakson mobil dari arah belakang membuat Bella terkejut. Bella meminggirkan motor maticnya dan mobil itu melewatinya sambil menatap ke arah Bella lalu kaca jendelanya di turunkan.
"Kalau gak punya sim C gak usah nyetir motor, dari pada gak bisa membedakan mana sen ke kiri atau sen ke kanan. Malah membahayakan orang saja!! Sen ke kiri malah belok ke kanan. Dasar wanita!!" teriak seoarng laki -laki tak lain Pak Aga.
Kedua mata Bella membelalak dan melotot ke arah Pak Aga. Makin benci saja rasanya dengan guru barunya itu.
"Arghh!! Resek banget sih tuh guru!! Gak bisa apa tuh orang gak ganggu hidup Bella!! Ngeselin banget!!" umpat Bella dengan suara keras.
Dari belakang bunyi klakson motor terus memberikan kode agar Bella menjalankan kembali motornya.
"Jalan woy!! Ini bukan jalan nenek moyang lo, main berhenti aja di pinggir malah ngeliatin tuh mobil!! Mikir pake otak!!" teriak seorang laki -laki dengan arogan. Ternyata sama -sama siswa tapi dari SMA lain.
"B aja teriaknya!! Gue gak budeg!! Resek!!" teriak Bella makin emosi.
Bella melanjutkan lagi perjalanannya menuju sekolah.
Sesampai di sekolah, Bella langsung berlari menuju kelasnya dan mengerjakan kembali tugas matematikannya yang belum juga selesai. Bella sudah duduk manis di kursinya dan mulai sibuk mencari rumus matematika yang terkadang tidak sesuai dengan pertanyaannya.
"Ckk ckkk ... Rajin amat Bu!!" goda Tasya pada Bella yang melihat Bella dengan serius mengerjakan soal matematika di kertas folio.
"Bantuin gue dong, sini Sya. Gue pusing. Cariin jawaban ini, cepetan!! Mau gue kasih ke Pak Aga nih, gue pusing!!" teriak Bella dengan wajah kusut kaena stres.
"Asal traktirannya cocok sih, gue oke -oke aja," jawab Tasya makin membuat Bella makin naik darah.
"Hah!! Lo tuh ya, paling bisa bikin gue miskin mendadak!! Udah ntar siang kita nge -moll ya. Pusing di rumah juga, seklaian cari baju buat acara ultah gue," ucap Bella berbinar. Bella hampir saja lupa, kalau lusa hari ulang tahunnya. Tentu semuanya harus di persiapkan dengan baik, apalagi mau menerima hadiah spesial dari Opanya.
"Uhhh ... Pasti acaranya seru banget nih. Acaranya dimana, Bell?" tanay Tasya penasaran.
"Bantuin gue dulu baru gue ceritain. Oke?" pinta Bella pada Tasya.
"Oke tuan putri Bella. Mana nih yang harus gue kerjain? Nomor berapa aja?" tanya Tasya melihat soal sebanyak lima puluh di kertas HVS itu.
"Noh soal dari empat puluh lima sampai lima puluh," titah Bella sambil menghitung kembali jawabannya.
"Gila ini soal kaga salah sampai lima puluh? Mana semua cara panjang lagi. Tuh guru edan kali ya!!" umpat Tasya kesal. Karena harus ikut susah mengerjakan soal -soal ini.
"Bukannya guru idola lo? Kan ganteng," goda Bella sambil terkekeh.
"Ya emang ganteng. Pak Aga ku sayang, aku harus membantu Bella mengerjakan ini, ohh sungguh memusingkan sekali," Tasya terus berceloteh sambil di nyanyikan dengan nada yang fales dan tak masuk sama sekali.
Tak berselang lama. Bella berhasil menyelesaikan semua soal matematika yang berjumlah lima puluh itu.
"Huff selesai juga. Yuk anter gue ke ruang guru buat ngasih ini tugas habis itu makan di kantin, gue laper bisa -bisa gue makan orang ini kalau gak keburu ke kantin," ucap Bella sambil membawa lembaran kertas soal dan jawabannya menuju ruang guru untuk menemui Pak Aga.
Tasya hanya menurut saja dan berjalan di samping Bella. Langkah Bella memelan karena Tasya menarik tangan Bella untuk segera berhenti melihat Pak Aga yang berjalan bersama dengan guru bahasa inggris bernama Mis Lidia. Nampak sekali keduanya sedang berbincang dan tertawa lepas. Senyum Pak Aga memang manis sekali dan terlihat berbeda saat mengajar lebih bersikap dewasa, tegas, berwibawa dan galak.
"Beda banget kalau lagi di kelas, ini senyumnya manis banget ya, Bell," ucap Tasya takjub melihat Pak Aga yang semakin menjadi idamannya.
Bella sendiri ikut kagum melihat Pak Aga yang memang super ganteng.
"Bell ... Bella, lo malah melotot gitu lihatnya. Wahh ... Beneran saingan deh ini," ungkap Tasya kesal.
Bella melirik ke arah Tasya yang membuang muka ke arah lain dan berdecih pelan.
"Kagak!! Ambil aja buat lo. Gue gak nafsu!!" ucap Bella dengan cepat. Bella langsung masuk ke dalam ruang guru dan berjalan mendekati Pak Aga yang masih bersenda gurau dengan Lidia, guru bahasa inggrisnya.
"Maaf Pak mengganggu. Saya hanya mau mengumpulkan tugas matematika ini saja. permisi," ucap Bella yang terus menunduk tak kuasa menatap wajah Pak Aga dan meletakkan tugasnya di meja guru lalu pergi begitu saja.
Dada Bella terus bergemuruh dan jantungnya terpompa sangat cepat sekali. "Kenapa? Kenapa gue gugup gini sih? Kan cuma anter jawaban aja, kenapa mesti deg -degan gak jelas gini," batin Bella sambil menarik napas dalam agar jantungnya bisa berdetak dengan normal dan dadanya kembali tenang.
"Bell? Hello ... Lo kenapa?" tanya Tasya ikut bingung dengan tubuh Bella yang mendingin dan nampak sedikit pucat.