Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 5 Menjatuhkan

Bab 5 Menjatuhkan

Hari menggelap, matahari sudah menjatuhkan dirinya di ufuk barat. Malam seakan mendukung suasana kelam di kontrakan itu. Terlebih, tiga dari empat kamar yang dikontrak sepi, penghuninya sedang pulang ke rumah masing-masing karena libur kuliah akhir semester ini. Jadi bisa diperkirakan, tidak ada yang mendengar kegaduhan di kamar Herdi.

Suasana di kamar Herdi kembali hening dalam lima menit terakhir. Nira berdiri mematung di tengah-tengah pasangan pengkhianat yang tidak pernah ia bayangkan. Herdi menatap Nira, sedangkan Poppy sibuk menyeka air matanya. Poppy merasa bingung karena harus dihadapkan dalam situasi seperti ini. Ia kira, rencana dirinya dan Herdi akan berjalan lancar. Herdi akan membuat Nira memutuskan hubungan mereka karena rasa bosan. Pasalnya, Herdi tidak mau jika ia yang memutuskan, itu malah akan sangat menyakiti hati Nira. Tapi ternyata, Nira tidak kunjung memutuskan hubungan mereka. Alhasil, perselingkuhanlah yang terjadi.

Poppy dan Herdi sudah menjalani perselingkuhan itu selama tiga bulan. Ya, semenjak Nira menolak ajakan mesum Herdi di kontrakannya.

“Jadi, selama ini kalian mengkhianati aku?” Nira menatap Poppy dan Herdi secara bergiliran.

Herdi berjalan mendekati Nira. Ia menyapu raut penyesalan di wajahnya dengan tangan.

“Ayo, kita omongkan baik-baik. Aku bisa jelaskan, Nir,” ucap Herdi.

“Apa yang perlu dijelaskan lagi? Sudah jelas-jelas kalian bermain gila di belakangku!”

Herdi meraih tangan Nira. “Maafkan aku, sungguh maafkan aku.” Ia menunduk. Nira langsung menepis tangan Herdi.

“Sudah setahun kita bersama, tapi seperti tiada artinya. Mana janji kamu, katanya tidak akan sama seperti lelaki lain yang mudah selingkuh? Setelah aku melihat ini, ternyata kamu sama saja,” ucap Nira dengan napasnya yang naik turun.

Nira terduduk di Kasur Herdi, lantas melirik Poppy yang masih mematung di depan pintu kamar mandi.

“Pop, aku sudah sering menceritakan Herdi padamu. Apakah ceritaku membuatmu tertarik padanya? Ya, kita memang selalu menyukai hal yang sama sejak kecil. Tapi mengapa kamu sampai melakukan ini di belakangku?” Air mata Nira tertahan, ia masih bisa menguasai amarahnya. Tangannya mencengkeram sisi kasur.

Poppy menunduk. “Rasa itu datang tiba-tiba, Nir. Pertemuan pertama kami membuatku terpikat. Awalnya aku menahan diri untuk tidak mendekatinya, karena aku tahu dia adalah kekasihmu. Tapi dia tiba-tiba saja hadir dan mendekatiku di setiap kesempatan. Dari situlah, kami dekat, dan menjadi sangat dekat seperti sekarang,” jelas Poppy jujur.

“Hufft, aku tidak percaya ini.” Nira bangkit dari duduknya, lantas memandang Poppy dengan lekat. Ia tersadar, tubuh Poppy begitu gemulai, wajah putih bersihnya begitu memesona. Jelas saja, dia jauh lebih cantik dari Nira, dan Herdi pun tentu sangat setuju perihal itu.

Rupa memang memberi pengaruh besar pada sebuah hubungan. Mau bagaimanapun, manusia pertama kali selalu melihat rupa dahulu hingga akhirnya menimbulkan rasa suka. Tidak mungkin kita serta merta menyukai seseorang yang kita sendiri tidak mengenalinya atau tidak pernah melihat wajahnya. ‘Dari rupa, turun ke hati’ kata-kata yang cocok untuk berbagai fenomena percintaan di negeri ini. Tapi tidak jarang pula, ada hal yang membuat seseorang bisa menyukai dalam pertama kali pertemuan, yakni perbuatannya. Ada pula yang melihat dari sisi hartanya, dan ada pula yang melihat dari jabatannya. Ya, ternyata alasan untuk mencintai itu berupa-rupa.

Namun, ada yang lebih besar pengaruhnya daripada rupa, ia adalah hati. Hati yang tulus mencintai dan memanfaatkan apa pun yang baik-baik. Pengaruhnya begitu besar terhadap pasangan kekasih. Jika sudah saling memiliki hati, perselingkuhan tidak akan terjadi.

“Pakai bajumu, Poppy, dan segera pergi dari sini!” ucap Nira sembari menunjuk Poppy.

Poppy dengan langkah lemas mengambil pakaiannya, lantas kembali ke kamar mandi.

“Ini bukan salah Poppy, Nira. Jangan membentaknya,” seru Herdi.

“Kamu lebih mencintai dia daripada aku Herdi?”

Herdi terdiam.

“Ya, pasti kau lebih mencintainya.” Air mata Nira mengalir lembut membasahi pipi dan masker yang ia kenakan.

“Iya, aku mencintainya,” ucap Herdi.

“Ya, seharusnya aku sadar diri, lelaki setampan dirimu tidak mungkin benar-benar menerima wanita dengan wajah jelek sepertiku.” Nira membuka maskernya. Sontak terlihat jelas wajahnya yang lebam.

Herdi terkejut melihat wajah Nira. “Wajahmu?”

“Ya, wajahku semakin buruk. Namun, tidak lebih buruk dengan keadaan hatiku sekarang.”

Herdi yang semula berada dekat dengan Nira, tiba-tiba menjauhinya. Poppy keluar dari kamar mandi, ia sudah mengenakan pakaiannya.

Dia begitu cantik, batin Nira.

Herdi melihat ke arah Poppy dengan tatapan terpesona.

Nira semakin geram, ia berdiri dan langsung menghampiri Poppy.

“Cepat pergi!” sentaknya.

Poppy masih terdiam dan menunduk.

“Pergi!” teriak Nira dengan suara meninggi.

“Nir…” lirihnya.

“Aku bilang pergi, ya, pergi!” Nira semakin emosi.

Tiba-tiba Herdi menarik lengan Nira dengan kasar. “Hey, mengapa kamu membentaknya? Sudah kubilang jangan membentaknya!” teriak Herdi.

Nira tersentak mendengar teriakan Herdi. “Kamu…”

“Apa? Apa masih belum jelas, hah? Di sini, aku sering melakukannya dengan Poppy. Kau mau apa?” Herdi menatap tajam mata Nira. “Aku sudah berkata bahwa aku mencintainya. Lalu, mengapa kamu malah mengusirnya? Ini kontrakan siapa? Seharusnya kamu yang pergi, Nira!” Herdi semakin keras membentak Nira.

Sungguh, baru kali ini Herdi membentaknya begitu. Herdi yang ada di depannya seperti bukan Herdi yang ia kenal. Herdi yang ia kenal belum pernah membentak sekalipun. Jika marah, Herdi lebih memilih diam, bersikap dingin, lantas pergi. Mengerikan rasanya harus melihat Herdi berubah sangat kasar.

“Kamu membentakku, Her?” tanya Nira tak percaya atas apa yang ia dengar dan lihat.

“Iya! Aku sangat membentakmu! Lihat wajahmu sekarang. Buruk rupa, aku jijik melihatmu. Sudah lama aku mengeluh atas wajahmu yang tidak bisa berubah cantik sekalipun itu dirias. Aku muak, Nir, melihat wajahmu itu. Aku malu memiliki pacar jelek sepertimu.”

“Lalu, mengapa kamu mendekatiku dan bertahan lama dengan hubungan ini?”

“Haha, karena aku ingin memanfaatkanmu. Kamu cerdas, kamu selalu mau mengerjakan tugas-tugas kuliahku dengan sukarela. Jadi, dulu aku merasa, sangat sayang rasanya jika harus melepasmu begitu saja!” ucap Herdi sembari tersenyum sinis.

“Tega sekali, ternyata kamu hanya memanfaatkan aku selama ini.” Nira mengusap air mata yang kembali mengalir di pipinya.

“Aku memang pernah mencintaimu karena kamu baik. Namun, kebaikanmu itu tidak bisa memuaskan hasratku. Kamu selalu menolak ketika kuajak bercumbu atau tidur bersama. Untuk apa hubungan ini diteruskan jika nafsuku tidak terpenuhi?”

Nira terdiam, ia sulit untuk berkata-kata lagi. Ternyata, lelaki yang berada di hadapannya ini sangat bajingan.

“Ketika aku mulai bosan denganmu yang selalu menolak untuk memberikan apapun yang kumau, aku menemukan Poppy yang cantik dan memesona. Lama-lama kita dekat, ia ternyata begitu mencintaiku. Dia selalu memberikan apa pun yang kumau, dan aku bahagia bersamanya. Tidak seperti bersama kau!

“Aku tidak menyesal untuk ini, aku bahagia. Daripada bertahan dengan dirimu yang punya wajah jelek, aku lebih memilih wanita yang cantik. Sungguh, memalukan sekali mempunyai pacar yang jelek rupanya! Daripada kamu membentak kekasihku seperti tadi, lebih baik kamu berkaca. Dan lihat wajahmu, tubuhmu, dan semuanya. Tidak ada yang membuatku tertarik, mungkin lelaki yang lain pun sama,” ucap Herdi sembari mendorong kepala Nira dengan jari telunjuknya.

Hati Nira sangat teriris mendengar perkataan Herdi. Ia merasa harga dirinya telah dijatuhkan. Perkataan Herdi mengenai dirinya, membuatnya merasa tidak pantas untuk dicintai dengan tulus.

Mengapa sesak sekali rasanya, Tuhan.

Nira memejamkan mata. Ia meresapi kesakitan yang merasuk ke dalam hatinya. Berat, Nira seperti ditenggelamkan ke dalam air dengan paksa. Napasnya tertahan cukup lama. Tubuhnya melemas. Namun, ia ingin sekali memberontak.

Poppy yang tengah duduk di kursi melayangkan tatapan kasihan pada Nira. Ia ikut merasakan sesak, seperti yang sahabatnya rasakan. Persahabatannya sejak kecil harus rusak karena kesalahannya. Poppy merasa bersalah telah melakukan ini semua. Namun, ia sudah telanjur mencintai Herdi. Ia pun telah memberikan kesuciannya pada lelaki itu. Ia begitu dilema akan semua ini. Di sisi lain, ia tidak terima Nira dihina sedemikian rupa oleh Herdi, tapi, ia pun tidak bisa jika harus berpisah dengan kekasih gelapnya itu.

***

Bersambung

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel