Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

#07. Mulai Beradaptasi

Saat pemuda itu setengah tersadar dan setengah tertidur. Tiba-tba ia di kejutkan lagi dengan suara ngigau Stevy.

"Jangan!! jangan buli aku, aku tidak gila!!" ucap Stevy mengigau.

Pemuda itu terkejut dan langsung mendekat padanya. Ia menatap Stevy dengan rasa kasihan. Saat ia mencoba merapikan rambut yang menutupi wajahnya, tiba-tiba tangan Stevy meraih tangan pemuda itu dan langsung memeluk dengan erat. Pemuda tersebut terkejut dan berusaha melepaskan genggaman Stevy namun sulit, terpaksa ia menarik paksa tanganya dan akhirnya lepas dari genggaman Stevy, lalu pemuda itu kembali ke tempatnya untuk istirahat.

"Citt.. citt.." Suara kicauan burung terdengar bising dan matahari mulai menerangi hutan itu. Stevy terbangun sambil menguap, kemudian duduk dengan lemasnya.

"Hoaaahm, duh.. badanku sakit semua, ternyata tidur di tanah tak se-enak tidur di kasur rumahku" ucap Stevy terbangun sambil membentangkan kedua tangannya.

Saat Stevy mulai sadar, ia melihat pemuda berjubah hitam itu sedang tertidur pulas bersenderan pohon. Stevy menatapnya sambil tersenyum.

"Wah.. kasian sekali dia terlihat lelah, pasti dia berjaga semalaman, coba lihat wajahnya, meski begitu tetap saja tampan, membuatku jadi meleleh, pagi-pagi sudah di suguhkan dengan pemandangan indah ini, siapa yang nolak?" gumam Stevy.

"Dia pria pertama yang kutemui di sini, namun aku merasa sedikit familiar dengannya? apa jangan-jangan dia pria yang ada di mimpiku? eh! tidak mungkin, pria di mimpiku berjubah emas bak seorang Raja, sedangkan ini terlihat pria biasa!" gumamnya lagi sambil memandangi pemuda itu.

Karena asik menatap wajah pemuda tersebut, tiba-tiba pemuda itu terbangun dan melihat Stevy sedang memandangnya.

"Apa sudah cukup memandangiku terus? apa kau tidak lelah menatap wajahku??" tegur pemuda itu.

Stevy terkejut dan langsung berpura-pura merapikan rambutnya, sedangkan pemuda itu kemudian berdiri.

"Ayo kita lanjutkan perjalanan, cepatlah! jika lambat kau akan kutinggal" ujar pemuda itu sambil berjalan pergi.

"Eh tunggu! kau sangat menyebalkan, saat pertama bertemu kau sangat pendiam tak mengatakan sepatah katapun, tapi sekarang kau begitu cerewet!" ujar Stevy sambil berlari menyusulnya.

Setelah beberapa jam berjalan, Stevy merasa sangat canggung. Tak ada yang bisa di bicarakan dan tiba-tiba Stevy terpikir sesuatu.

"Oiya, namamu siapa tuan? bukankah kita belum saling mengetahui nama satu sama lain?" tanya Stevy sedikit ada rasa tak enak hati.

"Untuk apa kau bertanya namaku?" jawab pemuda itu dengan sikap dingin.

"Aa.. aku hanya bertanya saja, agar mempermudah memanggil namamu, itu saja" ujar Stevy.

"Namaku.. Wangji" ucap pemuda itu menjawab dengan ragu.

WANGJI adalah nama samarannya, namun lebih tepatnya nama panggilan sewaktu kecil oleh ayahnya. Sesungguhnya nama aslinya adalah YING XHUCIN, demi penyamaran ia menggunakan nama itu untuk menutupi identitasnya.

"Ooh, kalau namaku?? em.. namaku YUNXI, iya Yunxi, hehe.." ujar Stevy asal-asalan.

Stevy terpaksa berbohong dan menutupi nama aslinya, karena jika ia memberitau nama aslinya di dunia modern maka akan terdengar aneh bagi Wangji, dan akan menimbulkan banyak pertanyaan, Stevy hanya berusaha menghindari hal itu. Setelah hari mulai siang dan terik panas mulai terasa, akhirnya Wangji dan Stevy tiba di sebuah pemukiman penduduk yang begitu ramai dan terlihat tersembunyi. Kemudian Wangji memanggil seseorang di sana dan memintanya membantu Stevy mengganti pakaiannya.

"Kau tolong bantu dia mengganti pakaiannya" ujar Wangji kepada salah satu penduduk wanita di situ.

"Kau ikutlah dengannya untuk menganti pakaian anehmu itu, kemudian temui aku di sana, kau mengerti?" ucap Wangji pada Stevy.

"Iya, aku mengerti" ujar Stevy.

Saat Stevy berjalan pergi, ia menoleh dan melihat beberapa orang menghampiri Wangji di sana sambil memberi hormat padanya, kemudian Stevy memalingkan wajahnya. Setelah mengganti pakaian, ia pun keluar dan mencari keberadaan Wangji. Awalnya Stevy mengenakan pakaian dari dunia modernya itu dan kini telah berganti mengenakan hanfu.

"Kemana perginya Wangji ya?? wah.. pakaian ini lumayan indah juga, akhirnya aku bisa merasakan mengenakan pakaian seperti ini, aku suka sekali" ucap Stevy sambil berputar-putar.

"Nona saya tinggal dulu, jika nona ada perlu lagi, cari saja saya" ujar salah satu penduduk di situ.

"Baiklah" ujar Stevy.

Setelah berkeliling mencari Wangji, akhirnya ia menemukannya. Wangji terlihat tersenyum tipis dari kejauhan dan Stevy terpukau melihat senyuman tipis Wangji yang begitu sempurna.

"Waah.. ternyata senyuman orang tampan itu berbeda ya, tipis saja tapi sudah membuat hati berbunga-bunga melihatnya" ucap Stevy.

Setelah Stevy menemukan keberadaan Wangji, ia langsung mendekatinya dan berdiri di sampingnya. Saat itu Wangji sedang meminum arak dengan temannya. Ia terkejut melihat Stevy mengenakan pakaian hanfu tersebut, terlihat berbeda dan sangat cantik.

Wangji bahkan melamun menatapnya namun dengan raut wajah dingin. Ia tak percaya gadis yang bersamanya sejak kemarin ternyata sangat cantik sekali dan teman Wangji pun juga terpukau melihat penampilan Stevy.

"Hey! apa yang kalian lihat? apa pakaian ini sangat tidak cocok untukku?" ucap Stevy mengejutkan mereka semua. Karena terkejut, Wangji tersadar dan langsung memalingkan wajahnya.

"Waah.. nona kau sangat cocok mengenakannya, kau sangat cantik sekali" ujar salah satu pemuda di situ memujinya.

"Ekhem! Tuan Wangji? dari mana kau mendapatkan gadis ini? tak kusangka orang sepertimu bisa membawa pulang gadis secantik ini?" ujar pemuda lainnya.

"Hahaha.. kalian semua bisa saja menggodanya, apa kalian tau kalau ini adalah kali pertama tuan Wangji membawa seorang wanita ke sini" ujar Cufeng yang merupakan salah satu teman yang paling dekat dengan Wangji.

"Apa? benarkah?! aku??" ujar Stevy dengan jari telunjuk yang ia arahkan ke diri sendiri.

"Sungguh nona, baru kali ini Wangji membawa gadis kemari, dia itu terkenal sangat dingin, jangankan di sentuh, dekat dengan wanita saja dia sangat risih, tapi aku lihat saat kalian datang bersamaan tadi terlihat sangat akrab" ujar Cufeng sambil menggoda Wangji.

"Jaga mulutmu Cufeng, apa kau mau kehilangan lidahmu?!" ketus Wangji mulai kesal dengan perkataan Cufeng.

"Nah.. lihat itu nona, sifatnya sangat dinginkan? kusarankan padamu untuk lebih berhati-hati saat berada di dekatnya" ujar Cufeng berbicara ke Stevy sambil memainkan matanya. Stevy hanya tertawa melihat tingkah temannya Wangji.

"Ayo kemari nona? gabunglah bersama kami, mari duduk nona cantik" ujar pemuda lainnya.

Kemudian Stevy duduk dan Wangji masih bingung menatapnya, karena ia masih tak percaya gadis yang ia bawa tadi bisa berubah secantik ini. Bahkan sampai membuatnya pangling.

"Sepertinya Wangji masih terpukau olehku, itu bagus, ia tak menyangka aku bisa berubah begini, memangnya dia tak menyadari bagaimana pakaianku, kusamnya wajahku dan berantakannya rambutku kemarin, sekarangkan aku sudah rapi, tentu saja aku cantik, karena memang aslinya aku sangat cantik, hihihi" batin Stevy sambil tersenyum sendiri.

Bersambung...

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel