Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

#06. Salah Paham

Stevy masih dengan terdiam melotot menatap pedang yang pria itu todongkan padanya.

"Hey! apa yang kau lakukan?! kau ingin membunuhku??" ucap Stevy gemetar ketakutan.

Pemuda itu menatap Stevy dengan tatapan tajamnya. Ia melirik dan memandang Stevy dari atas sampai bawah, seakan menaruh curiga.

"Apa yang kau lihat? dasar mesum!!" ucap Stevy ketakutan.

"Seharusnya aku yang bertanya padamu, kau berasal dari mana? dari desa atau kerajaan mana? apa kau seorang mata-mata? apa jangan-jangan kau adalah bagian dari mereka yang ingin membunuh penduduk dan menguasai wilayah kami?" ucap pria itu nampak jelas curiga pada Stevy.

Stevy bingung mendengar perkataan pemuda itu dan ia merasa pusing karena tak mengerti apa yang dia pertanyakan padanya.

"Kau ini bicara apa tuan? aku tidak berasal dari kerajaan apalah itu aku tidak tau, aku adalah orang yang tesesat!!" ujar Stevy mulai kesal.

"Aku tidak percaya padamu!! mengakulah sekarang juga! atau pedang ini akan memutuskan lehermu!" ketus pemuda itu.

"Yayaya!! baiklah aku akan mengatakan semuanya. Sebenarnya aku berasal dari dunia modern, aku mencoba alat tabung sejenis mesin waktu milik kakekku dan tak di sangka aku terjebak masuk ke alam ini dan tidak bisa kembali ke duniaku!! apa kau puas?!" ucap Stevy berkata tanpa henti dan raut wajah pemuda misterius itu seakan sedang berpikir keras.

"Dunia modern? tabung mesin waktu? kakek? apa itu semua?? aku tidak mengerti semua yang kau katakan, bicaralah dengan jelas!" ujar pria itu sambil mengerutkan dahinya.

"Aku bersungguh-sungguh, aku tidak bohong! aku berasal dari alam modern, masa depan! aku berasal dari masa depan!!" tegas Stevy.

"Masa depan??" ujar pria itu mulai kebingungan.

Stevy langsung menepuk dahinya dan mulai menyerah berbicara dengan pria itu. Namun, tiba-tiba ia teringat kalau dirinya sedang berada di dunia masa lalu.

"Oiya!! akukan dari dunia modern, sedangkan ini adalah dunia masa lalu, biar sampai aku berubanpun pria ini tak akan paham, lalu aku harus bilang bagaimana ya??" batin Stevy mulai berpikir keras.

"Ooh! sekarang aku ingat! aku berasal dari desa sebrang, maaf! mungkin karena tadi sempat terbentur aku sedikit lupa ingatan, sekarang aku sudah ingat aku dari desa sebrang, iya desa sebrang, hehehe.." ujar Stevy berkata mengada-ngada.

"Dari desa sebrang?? tapi aneh, aku belum pernah melihat orang yang seperti dirimu di negeri ini? pakaianmu juga sangat aneh, kau berpakaian tak seperti kami, dari mana asal pakaian itu?" tanya pemuda itu.

Stevy mulai paham ternyata pakaiannyalah yang membuat pemuda tersebut menatapnya terus dari atas sampai bawah.

"Pakaian ini?? e.. em, oh! aku sendiri yang merajutnya, iya! awalnya pakaianku sama denganmu tapi karena sudah rusak aku menggantinya dengan pakaian yang aku rajut sendiri, iya aku rajut sendiri, benar!!" ucap Stevy berusaha mencari alasan.

"Apa kau berani bersumpah, kau bukan seorang mata-mata? atau suruhan dari mereka?? karena jika kau sampai berbohong, maka malam ini akan aku lenyapkan dirimu!!" ujar pemuda itu sambil menaikkan salah satu alisnya menatap Stevy dengan sinis.

"Aku berani bersumpah! aku sebatang kara, aku tidak berbohong, percayalah?" sela Stevy takut hingga tertegun dengan ekspresi tegang menatap pria itu.

Kemudian Pemuda itu menurunkan pedangnya dan kembali memasukkan ke dalam tempatnya. Saat pria itu hendak kembali untuk istirahat, Stevy menoleh ke arah samping dan tiba-tiba terkejut ada seekor ular di sampingnya. Karena panik, Stevy langsung loncat ke arah pemuda itu dan jatuh ke tanah bersama. Stevy jatuh tepat di atas tubuh pemuda misterius tersebut dan pria itu terdiam tak bisa bergerak karenanya.

Tangan Stevy tepat meraih pada kain hitam yang menutupi wajah pria itu, dan alhasil kain penutup tersebut terlepas. Wajah pemuda itu terlihat jelas meski di hutan gelap. Awalnya Stevy ketakutan namu, saat melihat wajah pria itu, ia langsung terdiam menatapnya. Pemuda tersebut juga menatap Stevy.

"Astaga! aku membuka penutup wajahnya, ada apa ini? jantungku! wajah pria ini benar-benar sangat sempurna, aku tak percaya di dunia masa lalu ada pria setampan ini, aku jadi sulit bernafas, bahkan di duniaku belum ada pria setampan ini, wajah setampan ini kenapa malah ia tutupi??" batin Stevy.

Setelah lama menatap pria itu, ternyata pria tersebut mendengar suara detakan jantung Stevy yang begitu kencang. Pemuda itu langsung menghempasnya dengan kuat, Stevy terkejut dan kesakitan terkena dahan pohon.

"Aww!! kau? kasar sekali jadi orang, wajah saja yang tampan tapi sifat dingin sedingin es!!" celetuk Stevy memarahi pemuda itu.

Dan rupanya pemuda tersebut mendorong Stevy karena ia hendak membunuh ular yang hampir mematuk kakinya. Stevy tersadar dan merasa salah paham kemudian kembali duduk dengan tenang. Kain penutup wajah pria itu telah terbuka dan pria itu menyimpannya di saku jubahnya.

"Mengapa kau tak mengenakan penutup wajahmu lagi? aku tadi tidak sengaja karena panik jadi menarik penutup wajahmu, maaf" ucap Stevy.

"Sudahlah tidak apa-apa, lagi pula kau sudah tau wajahku, buat apa aku menutupinya lagi" ujar pria itu sambil membuang bangkai ular yang habis di tebasnya tersebut.

"Hehehe.. kau benar juga, oiya? apa kau seorang pangeran??" tanya Stevy asal bicara.

"Kau!! bagaimana kau tau?! kau sungguh mata-mata ya??" ketus pria itu kembali marah lalu mendekat dan mencengkram leher Stevy dengan kuat. Stevy terkejut dan batuk-batuk karena sulit bernafas.

"A-aku tidak tau kau siapa! a.. aku hanya iseng bertanya dan asal menebak, ka.. karena di dalam buku komik dan kaset filmku pria setampan kau pasti bukanlah rakyat biasa, pasti keturunan bangsawan" Stevy berucap dengan terbata-bata.

"Komik?? film? benda apa itu?" tanya pemuda itu dengan wajah emosi.

"Haizss.. lupakan saja! sekarang lepaskan cengkramanmu ini dari leherku, jika tidak aku akan mati!!" jerit Stevy padanya. Kemudian Pemuda itu melepaskan cengkramannya dan kembali duduk di samping Stevy.

"Aku hanya menebak, aku berani bersumpah demi ayah dan ibuku di depanmu, aku bukanlah mata-mata, ataupun ada niat jahat, aku sungguh orang baik, lagi pula akukan hanya asal bicara, mengapa kau jadi sewaspada ini padaku!" ujar Stevy kesal.

Pria itu menatap Stevy dengan tatapan tajam kemudian kembali menatap ke arah api unggun. Stevy masih kesal dengan cara pemuda itu memperlakukannya.

"Kau ini pria aneh, tiba-tiba menyelaku dengan pedang, atau tidak mencekikku, apa nanti saat aku tertidur kau akan membunuh dan membuangku di sini begitu saja?? padahal aku seorang wanita lemah dan sebatang kara" ucap Stevy menunduk sedih.

"Hhhh.. jika kau tak memiliki keluarga maka ikutlah denganku, sekarang kau istirahatlah dulu, karena perjalanan kita besok sangat panjang" ujar pemuda itu dengan tenang.

"Baiklah.. aku istirahat dulu" ujar Stevy berbaring dengan beralaskan dedaunan dan juga selimut dari daun.

"Oiya, aku lupa menanyakan padanya saat ini aku berada di abad ke berapa, em.. tapi lebih baik nanti saja aku tanyakan padanya, dia masih begitu waspada denganku" batin Stevy.

Pemuda itu pindah menjauh darinya dan menatap terus ke arah Stevy, ia masih bingung dan sedikit agak ragu padanya. Ia takut jika Stevy adalah orang suruhan atau mata-mata yang berusaha mencari informasi tentang keberadaan penduduk yang bersembunyi di hutan tersebut.

"Aku harus terus berjaga-jaga dan mengawasi gadis ini. Dia masih sangat mencurigakan, aku harus waspada kapan saja" gumam pria itu.

Bersambung...

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel