Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

#04. Harapan Jadi Nyata

Stevy terus memohon dan memohon pada kakeknya.

"Kumohon kek? biarkan aku saja yang menjadi bahan uji coba kakek, plieess.." ucap Stevy kepada kakeknya.

"Apa kau sudah gila?! jika terjadi apa-apa denganmu bagaimana??" ujar kakeknya menentang Stevy.

"Tidak akan kek! aku janji tidak akan membuat kakek khawatir, tolong turuti keinginan cucu kesayangan kakek ini ya? kakek kan paling baik?" bujuk Stevy membuat Kakeknya itu tidak tega melihat cucuknya memohon padanya.

"Baiklah-baiklah, kau ini sangat keras kepala, pakai alat ini dulu, tempelkan di bajumu" ujar kakeknya dan Stevy langsung terlihat senang bukan main.

"Yeyy!! thank you kakek" ujar Stevy.

Lufi justru terlihat takut melihat alat itu, tabung misterius yang di buat kakek Stevy nampak menyeramkan.

"Stevy?? kau sungguh akan mencoba masuk ke tabung itu? apa kau tidak takut?" ujar Lufi pada Stevy.

"Tenanglah Lufi, aku akan baik- baik saja, oiya? saat aku masuk, kau lemparkan tasku itu padaku ya?" ujar Stevy. Lufi hanya bisa geleng kepala melihat Stevy yang begitu nekat dan bersemangat.

Kakek Stevy mulai memasangkan alat-alat ke bagian kepala, tangan dan kaki Stevy. Tanpa ragu ia terus saja tersenyum. Setelah semua alat terpasang, kakek Stevy menutup pintu tabung itu, namun tiba-tiba Stevy menghentikan kakeknya.

"Kakek tunggu! aku mau memasukkan tasku juga, takutnya jika aku tidak kembali, aku sudah ada persiapan" ujar Stevy.

"Kau bicara apa nak? tentu saja kakek tau cara mengembalikanmu, tenang saja" ujar kakeknya.

Setelah itu kakek Stevy menekan beberapa tombol yang begitu banyak. Stevy merasa tak sabaran. Setelah tinggal satu tombol lagi yang harus di tekan, Lufi tiba-tiba berteriak pada Stevy.

"Stevy apa kau yakin?? sebelum terlambat kau masih bisa membatalkannya?" ujar Lufi khawatir.

"Tidak Lufi, aku yakin dengan ini, kau tenang saja" ujar Stevy meyakinkan Lufi untuk tidak khawatir.

Saat kakek Stevy menekan tombol terakhir, tiba-tiba tabung itu mulai bergetar. Tabung itu mengeluarkan asap dan cahaya berwarna hijau, Lufi ketakutan sedangkan kakek Stevy hanya santai memperhatikan tabung itu bereaksi, dan tanpa Stevy sadari juga tasnya seperti mengeluarkan cahaya aneh yang nampaknya berasal dari buku ajaib yang ia bawa bersamanya di dalam tasnya tersebut. Stevy mulai memikirkan keinginanya dengan begitu dalam di pikirannya.

Beberapa detik kemudian, getaran tabung itu mulai semakin kuat dan mengeluarkan suara seperti robot berbicara.

"Hitungan ke 3 kami akan mengantarkan anda ke tempat yang anda tuju, 3.. 2.. 1!!." Seketika pintu tabung itu terbuka seakan meledak dan ada yang membanting pintu tabung tersebut dengan kuat. Asap yang begitu banyak keluar dari tabung tersebut. Saat Lufi berusaha menghempaskan kabut asap itu, ia menyadari Stevy sudah menghilang dan kepanikan Lufi mulai menjadi.

"Kakek? kemana Stevy pergi kek? cepat kembalikan dia!" ujar Lufi panik.

"Wahh ternyata penelitian tabung baruku benar-benar berhasil, aku akan mencetak rekor terbaru lagi" ucap kakek Stevy.

"Rekor apanya kek!! bagaimana dengan cucumu? ayo kembalikan dia sekarang!" ujar Lufi panik.

"Iya.. iya Lufi, kau tenang saja, kita hanya perlu menekan 3 tombol ini bersamaan, kau liat ya.. Stevy pasti akan kembali, 1.. 2... 3!" ujar kakek Stevy.

Suasana hening di ruangan itu membuat Lufi geram, tak terjadi apa-apa setelah kakek Stevy menekan ke 3 tombol itu. Kakek Stevy pun juga mulai panik melihat tabungnya tak memberikan reaksi apapun. Suasana menjadi tegang campur aduk tak karuan. Lufi berteriak histeris membuat ayah, ibu dan kakak Stevy terkejut lalu berlari ke ruangan kakeknya tersebut.

"Ada apa Lufi? mengapa kau teriak?!"

ucap ayah Stevy.

"Iya nak, ada apa?" tanya ibu Stevy.

Lufi menangis bingung, "Paman? Stevy hilang!!" ujar Lufi.

"Apa?? hilang apanya? bicara yang benar!!" ujar ayah Stevy mulai panik dan ketakutan.

"Kakek mencoba hasil penelitiannya paman, Stevy nekat meminta ia yang menjadi bahan percobaan itu, saat kakek mau mengembalikan Stevy tombol itu tak berfungsi, Stevy menghilang dan tak akan bisa kembali paman!!" ujar Lufi menjelaskan semuanya.

"Apa? alat apa?! itu tidak mungkin! ayah, apa yang kau lakukan pada cucukmu? alat apa yang kau buat lagi kali ini??" ujar ayah Stevy.

"Aku tidak bermaksud, Stevy yang memaksaku! aku tak tega, jadi.. tapi aku sungguh tak mengira tombol ini tak akan berfungsi" ujar kakeknya.

"Suamiku, putri kita? bagaimana putri kita? putriku!!" jerit ibu Stevy kemudian jatuh pingsan tak sadarkan diri. JunBi terkejut dan langsung menahan ibunya yang pingsan.

"Ya tuhan apa lagi ini? JunBi? kau bawa ibumu ke kamarnya" ujar ayah Stevy.

"Baik ayah" ujar JunBi.

Ayah Stevy langsung mendekati tabung itu. Ia menyentuh tabung tersebut sambil menangis khawatir di manakah putrinya sekarang berada.

"Apa yang harus kita lakukan paman? apakah ada jalan keluar?" tanya Lufi.

"Ayah, apakah ada jalan keluar??" ujar ayah Stevy.

"Tentu bisa, aku hanya perlu memeriksa alat ini sebentar, tapi akan ada kendala, jika Stevy berjalan semakin jauh maka sulit untuk mengembalikan dia. Tapi jika dia diam di tempat itu saja, maka dia bisa kembali" ujar kakek Stevy.

"Baiklah ayah, lakukan yang terbaik, cepat bawa putriku kembali" ujar ayah Stevy.

Kakek Stevy kembali memprogram alat itu. Ayah Stevy kembali ke ruang tamu dengan rasa tak percaya, putrinya menghilang entah kemana ia pun tidak tau. Ia tak menyangka kakek Stevy membuat alat canggih seperti itu. Namun, tiba-tiba ayah Stevy berpikir apakah yang selama ini Stevy bilang benar-benar terjadi, sekarang Stevy sudah msuk ke dunia yang selama ini ia inginkan. Sedangkan Ibu Stevy tak kunjung sadar, kakak Stevy terlihat khawatir dan bingung harus apa.

"Stevy kau kemana??" ucap kak JunBi khawatir.

Di samping itu, Stevy yang berhasil masuk ke alam dunia masa lalu itupun sedang tergeletak tak sadarkan diri di tanah. Tas yang ia bawa tersangkut dengan kuat di pundaknya. Tak lama kemudian, jari tangan Stevy mulai bergerak.

Stevy tersadar dan langsung bangkit dari tanah itu. Ia berdiri dan memandangi hutan tempat ia berada sekarang, sangat persis dengan hutan yang ia masuki lewat buku ajaibnya tersebut. Menyadari itu, Stevy langsung loncat bahagia karena akhirnya keinginannya terwujud.

"Woah!! akhirnya aku bisa ke sini juga? apakah ini mimpi?? aku takut jika ini mimpi lagi!" ucap Stevy lalu mencoba mencubit pipinya sendiri dan sungguh terasa sakit.

"Auw!! sakit sekali, ini sungguh bukan mimpi?? kyaaaa!! aku senang sekali!!!" ucap Stevy.

"Baiklah, sekarang aku harus fokus mencari pria yang ada di mimpiku itu, tapi kemana aku harus berjalan? ke arah sana atau kesana??" ucap Stevy bingung.

Saat Stevy sedang bingung memilih arah jalan, tiba-tiba ada segerombol perajurit yang terlihat sedang berlari dari arah lurus menuju ke arah Stevy dengan membawa senjata pedang dan tombak. Ia terkejut dan langsung menoleh ke kanan dan kiri. Stevy berpikir apakah dia yang akan di serang. Namun, langkah segerombolan prajurid itu semakin dekat ke arahnya, ia hanya bisa termundur dan mulai berteriak minta tolong.

"Aaaaa!! tolong aku! aku tidak ingin mati secepat ini! aku baru saja tiba, aku belum bertemu kekasih impianku, kumohoon!!" teriak Stevy ketakutan.

Bersambung...

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel