Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

#02. Teman Sejati

Sampainya Stevy di kelas, semua temannya menatap penuh olokan ke arahnya.

"Hey? gadis tidak nyata! kau bermimpi apalagi pagi ini? apa kau berhasil menemukan jodohmu di alam dongengmu itu? Hahaha! dasar wanita konyol! memiliki harapan aneh, hahaha!" ucap teman sekelasnya. Namun tak sampai di situ, temannya yang lain juga ikut mengatainya.

"Aku rasa dia itu sejak lahir sudah gila, mana ada orang memiliki hayalan yang begitu aneh sepertimu, hahaha.. heh Stevy? sadarlah! kita ini hidup di dunia nyata, bukan dunia dongeng, ada-ada saja" ucap lainnya.

Semua murid di kelas itu beramai-ramai menertawakan Stevy. Namun Stevy tetap bersikap tenang dan duduk di kursinya tanpa memperdulikan omongan temannya. Sepulang sekolah, Stevy datang ke ruangan kakeknya. Ia masih penasaran kapan alat tabung itu bisa di gunakan.

"Em.. kakek? apakah alat ini sudah berfungsi?" tanya Stevy.

"Belum cucuku, kakek masih perlu menyambungkan beberapa kabel lagi, lalu tabung ini akan berfungsi" ujar kakeknya. Stevy terlihat sangat senang, kemudian ia menanyakan pada kakeknya bagaimana cara alat itu bekerja.

"Kakek beritau aku bagaimana cara alat ini bekerja?" tanya Stevy penasaran.

"Hm.. alat ini kakek modifikasi dengan sederhana, nanti saat kita masuk ke dalam tabung ini, akan ada beberapa kabel yang melekat pada dahi kita untuk menyambungkan dengan pemikiran kita, kira-kira kemanakah tujuan yang kita inginkan, kemudian menekan beberapa tombol ini saja dan dia akan otomatis mengarahkanmu ke tempat yang kau inginkan" jelas kakeknya. Stevy mendengarkan dengan baik ucapan kakeknya tersebut.

"Wah sederhana sekali, hmm.." ujar Stevy dengan senyuman dan akal di pikirannya.

Setelah itu, Stevy berlari ke kamarnya dan mulai mempersiapkan semua barang dan peralatan yang akan dia bawa ke dunia masa lalu itu nanti, lalu ia menatap semua poster pajangan yang ada di kamarnya.

"Fyuhh.. kalian bersabarlah, aku akan segera masuk ke dunia kalian, aku akan menemukanmu, aku tidak tau jodohku akan seberapa tampan nanti, intinya aku sudah tidak sabar" ucapnya.

Kemudian Stevy kembali berkemas sambil menyanyi dengan girang. Esok paginya di meja makan, kak JunBi memandang Stevy yang terlihat sedang tersenyum sendiri.

"Stevy? ayo makan sarapanmu, apa yang kau pikirkan? jangan bertingkah seperti orang bodoh!" tegur kakaknya.

Stevy langsung diam melirik kakaknya dengan wajah kesal sambil mencabik-cabik makanannya.

Di sekolah, Stevy seperti biasa selalu saja menyendiri, banyak yang mengatainya memiliki penyakit aneh, akan tetapi semua teman sekolahnya merasa Stevy anak yang kuat sekali. Banyak cemohan dan bulian dari teman-temannya namun ia tetap berani dan tenang menghadapi semua itu.

Stevy sebenarnya tidak gila ataupun depresi, hanya saja hayalannya itu mungkin sudah sangat melekat padanya. Ia sering bermimpi masuk ke alam dunia kerajaan kuno yang ia maksud.

Di mimpinya, Stevy bertemu dengan pria yang menggenggam erat sebuah pedang panjang, rambut yang tertiup angin melambai dengan indah. Jubahnya yang bersih dan suci terlihat berkilau terpantul cahaya matahari. Ia terbang dengan kemampuan kungfu seni bela dirinya yang begitu menakjubkan. Stevy mengingat jelas akan mimpinya itu, namun setiap kali ia bermimpi hal yang sama, pasti akhir dari mimpinya selalu saja sama. Stevy penasaran bagaimana kelanjutan dari mimpinya itu yang sampai kini membuatnya bersikeras mencari tau.

Saat jam istirahat, Stevy pergi sendirian ke taman sekolahnya. Tiba-tiba ada seorang pria yang memegang bahunya dari belakang. Stevy terkejut dan langsung menolehkan kepalanya. Ternyata orang itu adalah Lufi, dia adalah kakak kelas Stevy yang sangat baik padanya, dan satu-satunya yang lebih mengerti dirinya.

"Kak Lufi? kau membuatku kaget!" ujar Stevy sambil mengelus dada.

"Apa yang kau lakukan di sini Stevy? apa kau sedang sedih? apa kau di buli lagi hari ini?" tanya Lufi khawatir.

"Tidak kak aku baik-baik saja, aku hanya sedang ingin sendiri saja, oiya? aku ingin bertanya sesuatu padamu, apakah aku ini benar-benar terlihat seperti orang gila? apa kau tidak jijik denganku?" ujar Stevy terang-terangan.

Lufi terkejut dengan pertanyaan Stevy tersebut, kemudian menjawabnya dengan tenang.

"Menurutku kau tak seperti itu, namun kurasa kau hanya terlalu terobsesi saja, dan menurutku banyak orang di dunia ini yang sepertimu, jadi kau tak perlu khawatir tentang semua pikiran mereka terhadapmu" ujar Lufi dan Stevy menghela nafas lega sambil menundukkan kepalanya.

"Kak, apa kau tau? memang ku akui aku terihat sangat terobsesi, tapi semua itu terasa nyata, aku seperti memiliki penglihatan tentang alam dunia masa lalu itu kak, dan apa kau tau? hari ini kakekku selesai membuat alat canggih terbaru kak!" ujar Stevy.

"Alat cangih?? benarkah? alat apa itu?" ujar Lufi penasaran.

"Alat itu adalah alat yang kumau selama ini kak, aku akan membawamu ke rumah besok, kau akan menjadi saksi dari alat itu, alat itu bisa membawa kita menuju zaman ribuan tahun lalu kak!!" ujar Stevy.

"Apa?? kau yang benar saja Stevy?!" ujar Lufi tidak percaya.

"Sungguh kak, aku tidak bohong, maka dari itu kau yang akan menjadi saksi, aku akan buktikan padamu bahwa aku benar-benar bisa pergi ke dunia masa lalu itu" ujar Stevy.

Lufi hanya diam dan berpikir apakah Stevy mengatakan hal benar atau tidak.

"Baiklah besok aku akan melihatnya" ujar Lufi pada Stevy.

"Terima kasih kak, selama ini hanya kau yang bersedia mendengarkan ceritaku ini, padahal aku tau semua orang yang mendengar perkataanku pasti tertawa dan mual, tapi kau tidak" ujar Stevy dan Lufi hanya bisa tersenyum padanya.

"Dengan senang hati Stevy, aku sangat memahami karaktermu dan aku akan selalu ada untukmu, jika kau ada masalah, jangan sungkan beritau aku, maka aku akan membantumu" ujar Lufi padanya.

Saat waktu pulang sekolah tiba, Stevy berjalan pulang melewati belakang gedung sekolahnya, tanpa sengaja ia merasa seperti melihat ada cahaya aneh dari dedaunan rimbun yang ada di sebrangnya. Stevy penasaran dan mendekat ke arah cahaya itu. Saat ia sudah dekat, ia menyentuh dedaunan tinggi itu dan keajaiban pun muncul. Terlihat pintu rahasia yang tertutup rimbun dengan dedaunan tersebut muncul dengan perlahan seakan ada sihir di sana.

"Kreeak.." bunyi Stevy mendorong pelan pintu tersebut. Stevy terkejut dan merasa takjub dengan isi ruangan itu. Langkah kakinya masuk ke dalam dengan perlahan dan penuh hati-hati. Di dalamnya ternyata adalah sebuah ruangan yang penuh dengan buku-buku yang menjulang tinggi hingga ke langit dinding ruangan tersebut. Stevy menatap dengan penuh tanda tanya.

"Uwow!! apakah ini ruangan rahasia sekolah ini? aku sungguh tak pernah melihat tempat sehebat ini! waahh.." ucap Stevy.

Saat Stevy menoleh, ia melihat ada cahaya yang begitu terang dan menyala dari sebelah kanan. Di sana terlihat ada sebuah meja yang di atasnya terdapat bunga mawar yang di tanam dalam tempat yang terbuat dari kaca. Bunga yang tumbuh di dalam tempat pelindung kaca itu bersinar dan terlihat sangat inda. Stevy menatap sambil menyentuh dinding kaca dari bunga itu, dan tiba-tiba ada suara buku jatuh ke lantai.

"Buck!" bunyi itu membuat Stevy terkejut, ia melihat cahaya keluar dari buku itu. Stevy mendekati buku tersebut dan mengambilnya, ia membuka kemudian membacanya.

Betapa terkejutnya Stevy...

Bersambung..

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel