Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Epsd 5 Untung Kak Kira Pulang

"Capek banget anjing ngomong sama lu, di ajak ngobrol malah diem" Keluh bagas karena aku sama sekali ga ngehirauin ucapannya yang terus menghinaku.

"Bodo ah.. mending tidur dah gua" Ucap bagas sambil memiringkan badannya membelakangiku. Aku menunggu beberapa saat membiarkan bagas tertidur. Karena didorong rasa penasaranku, aku memberanikan diri untuk pelan - pelan melangkah ke arah tangga berharap dapat mengetahui apa yang sedang lala dan geri lakukan. Namun saat aku sudah berada dekat dengan tangga, aku meraskaan sebuah tangan meraih pundaku. Aku melihat ke belakang.

"Udah bosen idup lu ye?" Tanya bagas sambil terus memegang pundaku. Akhirnya untuk beberapa saat aku hanya terududuk terdiam, sementara bagas berjalan mondar - mandir seperti sedang memeriksa rumah. Tiba - tiba aku mendengar suara mobil berhenti di depan rumah, aku mengintip dari jendela dan melihat kak kira yang sedang turun dari mobilnya. Aku langsung meraih hpku. "Ada kak kira" Bagas sepertinya tersadar ada yang datang saat ia mendengar suara gerbang yang sedang dibuka oleh kak kira. Bagas langsung berlari keruang tamu menghampiriku.

"Panggil geri gih gas" Ucap ku ke bagas sambil mulai melangkah ke luar rumah untuk membantu kak kira memarkirkan mobilnya.

"Didalem ada temen ku dua orang, tadi abis ngerjain tugas kelompok..gapapa kan ya?" Bohongku memberi tau keberadaan geri dan bagas di dalam rumah. Jawab kak kira malah mulai berjalan menuju ke pintu rumah. Aku mengikuti langkah kak kira sambil berharap geri sudah turun dari lantai dua. Tanya kak kira saat memasuki ruang tamu, aku merasa lega saat melihat geri sudah berada di ruang tamu.

"Iya kak.. saya geri"

"Saya bagas" Ucap bagas dan geri sambil menyalimi tangan kak kira, bahkan mereka mencium bagian atas tangan kak kira. Aku bisa melihat mata geri juga sempat memperhatikan tubuh kak kira yang saat itu sedang menggunakan celana jeans panjang ketat dan kemeja lengan panjang berwarna merah marun.

"Ohiyaiya..hmm kalian masih lama? Kalo mau biar kakak pesenin makan dulu" Tanya kak kira setelah menerima saliman dari geri dan bagas

"Eh..gausah kak.. kita udah makan trus bentar lagi juga udah mau pulang kok" Jawab geri, matanya terus menatap wajah kak kira.

"Yaudah kalo gitu..kalian terusin deh..kakak mau istirahat dulu" Ucap kak kira sambil mulai melangkah ke arah tangga, aku melihat mata geri dan bagas terus saja menikmati bongkahan pantat kak kira yang menjiplak dari balik celana jeansnya. Setelah kak kira sudah tak terlihat, geri dan bagas langsung meraih tasnya masing - masing yang berada di sofa, lalu berjalan keluar rumah. Aku mengikuti mereka untuk membukakan gerbang menyadari bahwa mereka ingin pulang.

"Kakaknya cakep banget anjir" Ucap bagas saat kami masih melangkah menuju parkiran.

"Asli dah...kerjain seru kali ye" Ucap geri yang membuat kupingku sedikit panas mendengarnya.

"Jangan aneh - aneh lah ger" Ucapku reflek meminta geri agar tidak melakukan hal aneh kepada kak kira. Geri menghentikan langkahnya lalu melihat ke arahku. Geri menarik kerah bajuku lalu memajukan kepalanya hingga mulutnya berada di samping kupingku. Aku bener - bener kaget mendengar bisikannya geri. Geri melepaskan kerah bajuku lalu melanjutkan langkah kakinya menuju motor.

"Serah lu dah maunya gimana...itu gerbang bukain dulu" Ucap geri melihatku yang masih terdiam setelah mendengar bisikannya. Aku berlari ke arah gerbang lalu membukakan pintu pagar untuk mereka berdua.

"Mending lu pikiran dah ye" Ucap geri saat ia lewat di hadapanku menggunakan sepeda motornya. Saat ini aku baru aja selesai mengganti bohlam lampu kamar mandi yang putus. Setelah memastikan bahwa bohlam yang baru dapat menyala, aku menutup pintu kamar mandi lalu melangkah keluar rumah untuk membuang bohlam lama yang saat ini ku genggam.

"Lampunya udah di ganti to?" Teriakan kak kira dari teras rumah.

"Udah kak" Jawabku sedikit berteriak sambil melempar bohlam melewati pagar rumah dan berhasil mendarat di tong sampah depan.

"Ih kok dilempar gitu sih to? Nanti kalo belingnya kena kaki tukang sampah gimana?" Kak kira malah mengomeliku. Jujur aku malas bila harus membuka pagar hanya untuk membuang bohlam tadi.

"Eh...engga pecah kok kak" Sautku mencoba melakukan pembelaan diri. Kak kira ga menjawab teriakanku, aku melihat ke arahnya, ternyata kak kira memilih untuk duduk di kursi teras rumah, matanya terus melihat ke arahku. Setakut takutnya aku terhadap geri, aku lebih takut jika kena omelannya kak kira, karena kak kira bisa saja mengusirku dari rumah ini kapanpun yang dia mau. Aku memberanikan diri untuk mulai melangkahkan kaki ke arah kak kira. Mata kak kira terus menatapku. Hingga akhirnya aku sudah berada beberapa meter dari hadapan kak kira.

"Kamu kenapa sih to?" Tanya kak kira seperti kebingungan.

"Oh..aku kira kak kira marah" Jawabku sambil menggaruk kepala.

"Dih ge-er banget sih kamu.." Balas kak kira terlihat menahan tawa karena ketakutanku.

"Sini to...duduk sini" Suruh kak kira menepuk kursi kayu disampingnya. Jawabku tersenyum lega sambil melangkah ke samping kak kira lalu duduk disampingnya.

"Gimana sekolahnya to? Lancar kan?'

"Lancar kok kak.. aman" Jawabku, sebentar membalas tatapan kak kira namun langsung ku sudahi karena merasa canggung bila bertatapan terlalu lama dengannya.

"Bagus deh" Balas kak kira lalu mengalihkan pengelihatannya ke arah taman di depan kami berdua. Aku kaget saat kak kira dengan santainya menggenggam tangan kiriku yang berada pada pinggiran kursi.

"Kalo kamu butuh apa - apa bilang aja yah to" Ucap kak kira sambil mengelus bagian atas tanganku dengan jempolnya. Hatiku merasa sejuk mendengar ucapan kak kira. Sejak ibuku meninggal, baru kali ini aku merasakan ada sosok wanita yang mampu membuatku merasa aman.

"Iya kak" Jawabku pendek. Aku memberanikan diri untuk membalas genggamannya. Kak kira menolehkan kepalanya ke arahku lalu tersenyum, aku dengan tulus juga ikut tersenyum sambil membalas tatapannya. Namun tiba - tiba aku mendengar suara teriakan yang memanggil namaku.

"Antooo" Teriakan dari dalam rumah yang aku hapal adalah suara lala.

"Ini antonya didepan dek" Kak kira malah mendahuluiku yang sempat ingin berdiri untuk mendatangi lala sehingga aku mengurungkan niatku. Tau lala akan datang, aku segera melepaskan genggamanku, namun kak kira ternyata masih terus saja menggenggam tanganku.

"Ih kirain dimana" Keluh lala saat keluar dari pintu rumah.

"Kok pake acara pegangan tangan sih kak?" Tanya lala saat melihat tangan kak kira.

"Biarin sih..kamu cemburu yah?" Ucap kak kira malah mengangkat tanganku seakan menunjukannya ke lala.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel