Bab 2
George?
Nama yang tidak asing.
Ibuku meninggal ketika melahirkanku dan ayahku membesarkanku seorang diri. Setelah aku menginjak usia dewasa, dia baru menikahi Kylie.
Tapi satu tahun yang lalu, ayahku mengalami kecelakaan sehingga mengalami koma sampai sekarang.
Selama beberapa tahun ini aku terus belajar bagaimana cara mengurus keluargaku sambil berkarir, sehingga aku sangat sibuk dan meminta ibu tiriku itu untuk mempekerjakan beberapa perawat untuk merawat ayahku.
Ibu tiriku tidak bersedia mempekerjakan perawat wanita, karena takut perawat wanita memiliki niat yang macam-macam terhadap ayahku, dia bersikeras mau mempekerjakan perawat pria, aku pun menyetujuinya karena merasa akan lebih mudah jika ayahku dirawat oleh perawat pria.
Awalnya kukira ibu tiriku adalah wanita yang perhatian, dia pasti bisa menemukan seorang perawat yang dibutuhkan oleh ayahku.
Tapi tidak disangka, dia malah mempekerjakan perawat yang dibutuhkan oleh dirinya sendiri.
Mereka berdua turun ke lantai bawah bersama-sama, lalu ibu tiriku memperkenalkan kami berdua.
"Dia adalah anak tiriku, Harry."
"Dia adalah perawat ayahmu, George."
Sambil melihatku, ibu tiriku lanjut berkata, "Kamu juga bisa memanggilnya paman, cepat sapa dia."
Aku hanya tersenyum sinis dan tidak meladeninya, lalu langsung duduk di atas sofa, dan memakan buah di atas meja.
Sambil menunjukku, ibu tiriku berteriak, "Kamu sudah sebesar ini masih tidak memiliki sopan santun? Sikap macam apa itu?"
George melihatku sekilas, lalu menepuk-nepuk punggung ibu tiriku, "Sudah, kamu tidak perlu marah, semua pria memang seperti itu."
Lalu dia melihatku, "Harry, kita adalah sesama pria, setiap pria pasti akan menjadi lebih dewasa setelah menikah, aku memiliki seorang putri yang cantik dan pengertian, bagaimana kalau kalian berdua berkenalan?"
Aku tetap tidak meladeninya.
Ibu tiriku mengerutkan keningnya, "Kamu bisu ya? Tidak bisa bicara lagi?"
George cepat-cepat menenangkannya, "Kamu tidak perlu marah, Harry masih kecil, nanti kalau sudah menikah dan diurus oleh istrinya, dia pasti akan berubah."
Ibu tiriku hanya mengedipkan kedua matanya dan tidak mengatakan apa-apa lagi.
Aku malas melihat mereka berdua, jadi aku langsung naik ke lantai atas untuk melihat keadaan ayahku.
Ada seorang perawat lain yang kupekerjakan sendiri, sejak ayahku mengalami kecelakaan, perawat ini sudah merawatnya dengan sungguh-sungguh dan penuh perhatian.
Tapi kali ini, aku melihat raut wajahnya ada yang aneh, dia juga beberapa kali menghela napas.
Setelah pintu kamar ditutup, dia langsung menarikku ke dalam, kedua matanya bersinar.
"Akhirnya tuan muda pulang juga."
Aku bisa mendengar suara langkah kaki yang pelan dari luar kamar, jadi aku memintanya untuk diam dulu.
Dia pun langsung menyadari bahwa ada orang yang sedang menguping dari luar kamar sehingga dia sengaja berkata, "Tuan muda, Tuan George yang dipekerjakan oleh nyonya Kylie sudah merawat tuan besar dengan sangat baik."
Aku dan sang perawat itu sama-sama melihat ke arah ayahku yang sedang terbaring di atas ranjang.
Kedua mata ayahku tertutup rapat, wajahnya yang tampan sudah mulai terlihat menua.
Sang perawat itu menggulung lengan baju ayahku ke atas.
Ketika melihat lengan ayahku dipenuhi dengan bekas cubitan yang sudah membiru, aku langsung mengepalkan tanganku dengan kesal.
Sang perawat itu juga terlihat tidak tega, dia sengaja berkata: "Tuan George benar-benar merawat tuan besar seperti sedang merawat ayahnya sendiri, nyonya Kylie juga sangat puas dengan pekerjaan Tuan George, rumah ini sungguh tidak bisa apa-apa tanpa Tuan George."
Aku mengepalkan tanganku dengan erat sambil menahan amarah di dalam hatiku.
"Sepertinya Paman George benar-benar baik, aku akan berterima kasih padanya."
Setelah berbicara, aku langsung memperhatikan pergerakan di luar kamar.
Setelah memastikan orang-orang yang ada di luar kamar sudah pergi, aku baru bertanya pada sang perawat itu, "Apa yang sebenarnya terjadi?"
Sang perawat itu menggeleng-geleng dengan pasrah, "Mereka... mereka menyiksa tuan besar, mereka berharap tuan besar cepat meninggal, tapi aku selalu memperhatikan gerak-gerik mereka di sini, jadi mereka tidak memiliki kesempatan untuk berbuat macam-macam, tapi sekarang mereka sedang mencari alasan untuk memecatku."
"Selain itu, George juga sering keluar masuk dari kamar utama, setiap kali masuk, dia bisa tinggal selama beberapa jam, dia juga sering memakai pakaian dan jam tangan tuan besar."
Bagaimana mungkin aku tidak memahaminya? Sepertinya ibu tiriku itu sudah menganggap rumah ini sebagai miliknya.
Setelah menenangkan diri, aku memberikan nomorku pada perawat itu, juga memberinya sejumlah uang, memintanya untuk terus memperhatikan gerak-gerik George.