Ringkasan
Salah seorang perawat di rumah memintaku untuk menikahi putrinya, katanya dengan begini dia bisa merawat ayahku dengan lebih baik. Tapi putrinya sudah putus sekolah sejak SMP, dan di usia 16 tahun menjadi pelacur di klub malam, tentu saja aku tidak menyetujuinya. Perawat itu pun langsung mengincar ibu tiriku. Kemudian, dengan perutnya yang sudah membesar, ibu tiriku mencoba mengusirku dan ayahku, dia juga bilang semua aset keluarga akan menjadi milikinya dan si perawat itu. Tapi dia lupa, semua yang dimilikinya adalah milik ayahku. Aku pun bisa menghancurkannya dengan mudah.
Bab 1
Aku yang baru pulang dari liburan mendapati ada seorang pria asing yang duduk di ruang tamu sambil meminum kopi dengan santai.
Rambutnya hitam dan bersinar, dia mengenakan jas yang lebih besar satu nomor dari ukuran tubuhnya, membuatnya terlihat sangat lucu.
Tapi jam tangan yang dia pakai itu cukup familier di mataku.
Pria itu tertegun sesaat setelah melihatku, kemudian dia langsung menghampiriku dengan wajah yang antusias.
"Kamu pasti Harry? Sungguh tampan."
Aku tidak meladeninya, tatapanku masih tertuju pada jam tangan yang dia pakai.
Kalau aku tidak salah ingat, seharusnya ini adalah merk Patek Philippe yang paling disukai oleh ayahku.
Aku melihat wajahnya lagi dan bertanya, "Kamu siapa?"
Pria itu mengelus jam tangannya dengan canggung, "Aku adalah perawat yang dipekerjakan ibumu untuk merawat ayahmu."
Aku bertanya balik, "Kalau kamu adalah perawat, kenapa kamu tidak merawat ayahku, malah duduk di sofa majikan sambil meminum kopi dengan santai?"
Selama ini ayahku tidak rela mengenakan jam tangan ini, katanya nilai jam tangan ini akan terus naik seiring berjalannya waktu.
Tapi tidak disangka jam tangan ini malah dipakai olehnya.
Tiba-tiba, terdengar suara langkah kaki dari lantai atas.
Itu adalah ibu tiriku yang sedang menuruni tangga.
"Apa yang terjadi? Bukankah sudah kubilang semua urusan yang ada di rumah ini akan diatur oleh George?"
Setelah dia baru selesai berbicara, dia melihatku yang sedang berdiri di ruang tamu.
Ibu tiriku yang bernama Kylie itu terlihat sedikit ketakutan, kedua kakinya yang sedang memakai sepatu hak tinggi itu pun bergetar, dan dia hampir terjatuh.
George langsung mendorongku, berlari ke arah ibu tiriku dengan panik untuk menopangnya.
"Kamu masih saja seperti anak kecil yang tidak bisa berhati-hati ketika sedang berjalan, untung saja ada aku yang menjagamu."
Ibu tiriku terlihat sangat menikmatinya, "Di rumah ini memang harus ada seorang pria yang menjagaku."