Bab 2
Ketika aku keluar dari kantor sepulang kerja, aku melihat Romand berdiri di depan pintu masuk perusahaan, menungguku.
Dia sangat tinggi dan tampan, kaos yang sedikit usang yang dia kenakan tidak cocok dengan penampilannya.
Aku teringat kalau Linda yang membelikan kaos itu untuknya secara asal.
Romand bilang dia tidak suka warna hitam dan lebih suka warna putih.
Namun, dia memakai kaos hitam ini ketika hari begitu panas. Dia bilang tidak peduli, tetapi perilakunya berbeda.
Karyawan wanita yang habis pulang kerja berseru dan memuji Romand, menganggapnya begitu tinggi dan tampan.
Di masa lalu, aku pasti akan merasa bangga dan langsung menggandeng tangan Romand. Aku akan mengungkapkan kepemilikanku, meminta mereka untuk tidak menginginkan priaku.
Namun, sekarang aku melihat kosong ke arah lain, tidak ingin berjalan ke arahnya.
Romand berdiri di kejauhan dan langsung mendekat begitu melihatku.
Dia berkata dengan ramah, " Yasmine, malam ini temani aku ke perjamuan."
Aku menjawab lirih, "Kamu bisa minta Linda menemanimu."
Aku memutari Romand, menghindarinya seperti dia adalah virus.
Setelah Linda kembali, Romand selalu bersamanya dan aku menjadi sendirian.
Romand berpikir sejenak, baru setelah itu mengatakan sesuatu.
"Dia duduk di kursi A di perjamuan malam ini."
Aku tersenyum pahit. Ternyata dia ditinggalkan dan diabaikan oleh wanita itu.
Aku menganggukkan kepala dan menyetujuinya.
Ketika sampai di mobil, aku bisa melihat pengharum ruangan beraroma mawar di kursi penumpang mobil.
Aku dulu menganggap aroma mobilnya kurang enak, jadi membelikan pengharum ruangan untuknya. Dia tidak menyukai aroma mawar, jadi tidak pernah menggunakannya.
"Aku ingat kalau kamu bilang pengharum ruangan aroma mawar tidak enak."
Romand menjawab sambil tersenyum tipis, "Linda suka aroma ini, jadi aku membelinya. Ternyata aromanya lumayan wangi juga."
Aku tidak bertanya lagi kepadanya, merasa hawa dingin menyelimuti hatiku.
Akulah pacarnya, aku pula yang keberadaannya tidak pernah dia anggap.
Ketika kami tiba di tempat perjamuan.
Linda tersenyum tipis saat melihat Romand. Namun, dia langsung memalingkan wajahnya dengan dingin saat melihatku di sampingnya.
"Kak Romand, akhirnya kamu datang juga."
Aku merasa tidak nyaman berdiri di samping mereka, jadi aku mencari tempat duduk yang sepi.
Saat perjamuan.
Para rekan kerja dibuat penasaran dengan foto Romand yang memberikan cincin nikah kepada Linda hari itu.
Orang-orang itu bertanya kepada Romand, menanyakan kebenarannya.
Romand memeluk Linda dengan senyum penuh kasih sayang dan mengangguk pelan.
"Aku membuat cincin nikah itu karena terinspirasi oleh Linda. Jadi, aku bersedia memakaikan cincin itu di jarinya."
Semua yang hadir memberikan tatapan selamat kepada Linda.
Aku hanya duduk di pojok seperti bukan siapa-siapa, tidak terpengaruh oleh apa pun atas pertunjukan cinta mereka.
Para rekan kerja yang datang sudah tahu kalau aku pacar Romand dan mereka merasa bahwa Romand dan aku tidak cocok.
Mereka tidak pernah memberikan restu atas kebersamaanku dan Romand.
Dulu, aku selalu merecoki Romand untuk mengajakku ke berbagai kesempatan dengan tujuan agar teman-teman Romand mengenalku.
Namun, mereka hanya tertawa, membicarakan dandanan dan pakaianku yang mereka anggap memalukan.
Baru saat inilah aku menyadari kebodohanku.
Aku duduk dan memperhatikan mereka saling berbincang dan bergurau. Mereka benar-benar cocok satu sama lain.
Romand membantu Linda mengambil semua daun bawang yang tercampur di dalam piring.
Aku ingat bahwa aku juga tidak suka daun bawang.
Namun, Romand menyukainya. Jadi, aku harus makan daun bawang untuk menemaninya.
Romand sudah seperti ibu bagi Linda.
Linda memandang Romand dengan gembira.
Romand juga bisa memperhatikan dan peduli dengan orang lain.
Ketika melihat hal ini, hatiku seperti tersengat sesuatu.
Aku mengingatkan diriku sendiri kalau aku tidak mencintainya dan tidak peduli kepadanya. Namun, aku tidak bisa menghentikan rasa sedih di dalam hatiku. Bahkan, aku tidak bisa menahan air mataku.
Wanita di sebelahku menyadari ada yang salah denganku. Alih-alih peduli denganku, dia menatapku seolah-olah sedang melihat sesuatu yang aneh.
Dia berkata kepada Romand, "Pak Romand, kamu tidak boleh pilih kasih dan mengabaikan pacarmu."
Romand menyadari maksud perkataannya dan menatapku yang duduk di sudut lain.
Dia berjalan menghampiriku dan menarikku duduk ke kursi utama.
"Kamu mau makan apa? Aku akan minta pelayan membawakannya untukmu."
"Aku tidak mau apa-apa, aku sudah kenyang," ucapku sambil melihat mangkuk kosong di depanku.
"Aku ingat kamu suka udang. Mau udang?"
Mendengar kata udang disebutkan, wajahku makin muram.
Aku alergi terhadap udang! Aku tidak percaya dia tidak mengingatnya.
"Tidak mau," jawabku dengan dingin.
"Kepiting mau?"
Aku alergi terhadap udang dan kepiting!
Aku menggelengkan kepala.
Romand menjadi sedikit marah. Dia belum pernah melihatku menolaknya seperti ini sebelumnya.
Dia menatapku dengan tatapan aneh.
Aku menatapnya dengan dingin. "Aku tidak bisa makan semua ini!"
"Kak Yasmine, kamu tidak suka makanan laut, jadi buat aku saja semuanya. Aku suka, kok." Linda menyeletuk.
"Ya, berikan pada Linda saja."
Aku tidak tahan lagi dan mengambil tasku untuk meninggalkan perjamuan.