Ringkasan
Pacarku, Romand Widiatmoko, terlambat datang pada hari di mana kami akan menikah. Hari itu juga, teman masa kecilnya, Linda Ayudiani, memprovokasiku dengan mengunggah foto-foto pernikahan mereka. Teman mereka mengejekku dengan mengatakan, "Linda dan Romand baru pasangan yang sesungguhnya Aku menjawab remeh, "Semoga hubungan wanita murahan dan pria brengsek bisa langgeng." Aku berbalik dan melihat Romand berlutut, "Yasmine, aku mencintaimu, bukan Linda, wanita murahan itu ...." Namun, aku menolak lamarannya dan menikah dengan seorang presdir yang sudah diam-diam menyukaiku selama lima belas tahun.
Bab 1
Aku berdiri di depan kantor urusan agama dan menunggu lama.
Pacarku, Romand Widiatmoko datang terlambat, ratusan panggilan telepon yang aku lakukan tidak kunjung diangkat.
Sampai aku membuka pesan di Instagram dan melihat sebuah pesan video.
Ternyata video itu menunjukkan Romand yang sedang memakaikan sebuah cincin berlian kepada Linda Ayudiani, teman masa kecilnya.
Linda mengenakan gaun putih. Cincin kawin di tangannya berkilauan di bawah sinar matahari. Dia tersenyum seperti pengantin wanita.
Aku pernah melihat cincin ini sebelumnya. Cincin ini dirancang sendiri oleh Romand enam tahun yang lalu.
Dia pernah mengatakan kalau cincin ini melambangkan cinta yang unik. Dia ingin memakaikannya di tangan gadis yang paling dia cintai!
Sementara aku dengan bodohnya berpikir bahwa dia sangat mencintaiku. Aku bahkan sangat menantikan saat di mana dia mengenakan cincin ini untukku saat menikahiku nanti.
Ternyata Linda barulah orang yang dia cintai.
Romand mencium punggung tangannya dengan lembut. "Linda, hari ini tepat dua puluh lima tahun kita saling mengenal. Kita akan berjalan bersama menghadapi suka dan duka dalam hidup!"
Linda dengan malu-malu berhambur ke dalam pelukan Romand, dengan latar belakang matahari terbenam yang sangat cantik.
Pada saat itu, hatiku seperti tersayat pisau dan kekecewaan membuncah tak terbendung.
Aku menunggunya di kantor urusan agama untuk mendaftarkan pernikahan kita, tetapi dia malah mengucapkan janji seperti itu kepada teman masa kecilnya. Ironis sekali!
Dalam video tersebut, Romand menatap Linda dengan penuh kasih sayang, berbeda dengan sikap tidak peduli yang dia tunjukkan kepadaku.
Aku menahan air mataku dan memalingkan muka dari layar, tidak ingin melihatnya lagi.
Aku menelepon Romand untuk terakhir kalinya. Kali ini dia mengangkatnya.
Suara Romand terdengar tidak sabar, "Ada apa?"
Di ujung telepon, terdengar suara tawa yang samar-samar.
Aku mengusap sepasang cincin nikah yang aku beli sendiri, tidak bisa menahan kesedihan ini lebih lama lagi.
Romand adalah seorang perancang cincin nikah, jadi aku pikir dia akan mendesain cincin nikah kami.
Dia bahkan tidak menyebutkan apa pun tentang cincin nikah sampai satu hari sebelum hari di mana kami akan mendaftarkan pernikahan. Jadi, aku diam-diam membeli cincin nikah sendiri.
Gadis mana yang akan menikah dan malah membeli cincin nikahnya sendiri?
Aku menjawab dengan suara tercekat, "Di mana kamu sekarang?"
"Perhiasan klien perlu segera diganti, aku sedang sibuk membuatnya di kantor."
Sepertinya dia pergi ke tempat yang sepi, suara bising di sekitar menjadi lebih sunyi.
Nada bicaranya tenang, tidak merasa kalau dia sedang berbohong.
Aku menatap cincin di etalase toko perhiasan dan tersenyum pahit.
"Romand, kita putus saja."
"Yasmine, kamu mau bikin masalah lagi?"
Aku tersenyum pahit dan menggelengkan kepala. "Desainer hebat, selamat, kerja kerasmu disaksikan oleh dunia."
Tanpa menunggu jawabannya, aku menutup telepon dan berbalik pergi.
Melihat cincin di tangan, aku membuangnya ke tempat sampah tanpa ragu-ragu.
Semuanya sudah berakhir, laki-laki bajingan memang pantas untuk wanita sok polos.
Aku mengemasi barang-barangku dan pindah dari rumah yang aku tinggali bersama Romand.
Aku pergi ke rumah sahabatku.
Setelah enam tahun tinggal di sini, dengan semua kenangan kami, aku berdiri di depan pintu dan mengucapkan selamat tinggal untuk yang terakhir kalinya.
Demi Romand, aku melakukan perjalanan empat jam dengan menaiki bus setiap hari.
Aku harus bangun pagi-pagi sekali untuk menyiapkan sarapan untuknya karena lambungnya lemah.
Dia tidak menjaga tubuhnya dengan baik dan dia pun tidak menghargai keberadaanku.
Aku pergi ke rumah temanku, mengemasi barang-barangku, mandi dan tidur nyenyak.
Ketika bangun keesokan harinya, ponselku dibanjiri dengan panggilan tak terjawab.
"Yasmine, ke mana kamu? Kamu masih marah?"
"Aku menunggumu di kantor urusan agama, kamu di mana?"
"Kamu juga tidak pulang? Apa maumu sebenarnya?"
Dia masih tidak menanggapi perkataanku dengan serius, hanya menganggap remeh semua yang aku ucapkan kemarin.
Aku tidak mau buang-buang waktu menanggapinya, mandi dan berangkat kerja.
Hal ini telah terjadi berkali-kali, saking banyaknya aku sampai tidak bisa menghitungnya.
Salah satu yang paling berkesan adalah saat bermain game di salah satu pesta. Linda mendapatkan tantangan digendong oleh orang lain, tetapi Romand tidak mengizinkannya dipeluk oleh pria lain.
Dia tersenyum cerah dan berkata, "Kak Romand, kalau begitu kamu saja yang menggendongku."
Romand terdiam sejenak. Aku menarik pakaian yang dia kenakan, memohon agar dia tidak melakukannya. Namun, dia merangkul Linda dan berbisik, "Yasmine, Linda itu gadis baik-baik. Keluarganya tidak akan mengizinkannya bersentuhan kulit dengan pria lain."
Romand bukan keluarga Linda dan bukan pacarnya, kenapa dia harus peduli dengan urusan Linda!
Aku bertengkar hebat dengan Romand, tetapi tidak ada yang berubah. Dia berkata, "Hubunganku dan Linda lebih dalam dari hubungan pertemanan biasa."
Aku tidak tahu hubungan seperti apa yang dia maksud. Keluarga, kekasih, persahabatan? Dia sendiri juga tidak mengerti, aku pun tidak ingin terlalu banyak bertanya.
Namun setelah itu, aku tidak lagi bertengkar karena masalah dia dan Linda.
Aku tidak tahu apakah dia merasa bersalah atau bagaimana, tetapi setiap kali dia dan Linda melakukan sesuatu yang biasa dilakukan pasangan, dia akan membelikanku berbagai macam barang untuk membujuk dan menyenangkanku.
Pada saat itu, aku juga akan memberikan sesuatu untuknya, saling timbal balik.
Namun, mulai sekarang aku tidak akan menahannya lagi.