Bab 5. Pencarian Kebenaran dan Bayangan Musuh
Hayato berdiri di depan gerbang Sekte Kura, matanya menatap jauh ke arah pegunungan yang membatasi dunia luar. Setelah kembali dari misi ke Sekte Langit Biru, perasaan gelisah menyelimuti hatinya. Meskipun ia telah membawa bukti yang mengungkapkan keterlibatan Sekte Langit Biru dan Klan Naga Hitam, ia tahu bahwa ancaman yang lebih besar sedang mengintai. Keberadaan artefak kuno dan eksperimen berbahaya yang melibatkan kekuatan Aether adalah hal yang tidak bisa dianggap remeh.
Sekte Kura, meskipun tampak damai, terancam oleh politik dan permainan kekuasaan yang sedang berkembang. Kini, Hayato merasa seolah-olah ia berada di tengah medan perang yang tak terlihat—tempat di mana musuh bisa muncul kapan saja, dan sekutu bisa berubah menjadi ancaman.
Di tengah keresahan yang melanda dirinya, Hayato memutuskan untuk mencari sekutu yang bisa membantu mengungkap lebih dalam lagi rahasia yang tersembunyi. Dalam dunia kultivasi, kekuatan seseorang tidak hanya terletak pada kemampuan bertarung, tetapi juga pada jaringan dan aliansi yang dimilikinya. Hanya dengan mengumpulkan sekutu yang kuat, ia bisa menghadapi ancaman besar yang tak terhindarkan.
Dengan pertimbangan matang, Hayato memutuskan untuk mengunjungi Sekte Bintang Emas, sekte yang dikenal dengan kemampuan mereka dalam hal strategi dan politik. Mereka tidak terlalu terlibat dalam pertempuran fisik, tetapi ahli dalam merancang taktik dan menjalin aliansi.
Ketika Hayato tiba di Sekte Bintang Emas, ia disambut oleh seorang wanita muda bernama Rei, seorang kultivator berbakat yang sudah mencapai tahap pertama dalam Ranah Langit.
"Apa yang membawa kamu ke sini, Hayato?" tanya Rei dengan senyuman ramah, meskipun matanya menyiratkan kewaspadaan.
Hayato mengangguk, menatap Rei dengan serius. "Aku membutuhkan bantuan Sekte Bintang Emas. Ada ancaman besar yang sedang mengintai dunia kultivasi. Aku tidak bisa menghadapinya sendirian."
Rei memeriksa wajah Hayato dengan seksama, merasakan aura yang terpancar darinya. Meskipun Hayato menyembunyikan kekuatan sejatinya dengan teknik Tirai Bayangan, Rei bisa merasakan sesuatu yang berbeda dalam dirinya—sesuatu yang kuat dan misterius.
"Aku tahu betul bahwa dunia ini penuh dengan bayangan dan kebohongan," kata Rei, suaranya berubah serius. "Apa yang kamu temui di Sekte Langit Biru adalah bagian dari teka-teki yang lebih besar. Dan aku bisa membantumu, tapi kamu harus siap untuk menerima kenyataan yang mungkin lebih buruk dari yang kamu bayangkan."
Hayato mengangguk. Ia tahu bahwa dalam permainan ini, tidak ada yang bisa dianggap enteng. Mencari kebenaran akan membawanya pada jalan yang penuh bahaya.
Di dalam ruang bawah tanah Sekte Bintang Emas, Rei membawa Hayato ke sebuah ruangan tersembunyi yang hanya bisa diakses oleh anggota terpilih. Di sana, mereka menemukan berbagai buku kuno yang berisi tentang sejarah dunia kultivasi, serta informasi mengenai eksperimen yang dilakukan oleh sekte-sekte besar.
Salah satu buku yang mereka temukan mengungkapkan fakta mengejutkan: Sekte Langit Biru bukan hanya menguasai energi langit, mereka juga sedang mencari cara untuk menggabungkan energi langit dengan energi bumi—yang dikenal dengan nama Aether. Energi ini adalah kekuatan murni yang mampu memanipulasi dunia fisik dan spiritual, tetapi sangat berbahaya jika tidak digunakan dengan hati-hati. Buku itu juga menyebutkan teknik terlarang yang bisa digunakan untuk memanipulasi Aether secara lebih maksimal, namun dengan resiko yang sangat besar bagi tubuh dan jiwa penggunanya.
"Teknik terlarang ini hanya bisa digunakan oleh mereka yang sudah mencapai tahap Pertapa Suci, dan bahkan itu pun sangat berbahaya," kata Rei, menunjukkan sebuah halaman yang menggambarkan sebuah mantra yang tidak lengkap. "Jika teknik ini berhasil, mereka akan menjadi tak terkalahkan. Tapi jika gagal, jiwa mereka akan hancur, dan tubuh mereka akan rusak tanpa bisa diperbaiki."
Hayato terdiam, menyadari bahwa eksperimen yang dilakukan oleh Sekte Langit Biru bukan hanya untuk kekuasaan—mereka berusaha mencapai kekuatan yang bisa mengubah keseimbangan dunia kultivasi selamanya.
Setelah menemukan lebih banyak informasi, Rei membawa Hayato ke sebuah tempat yang lebih jauh, sebuah ruang rahasia di mana para tetua sekte dan klan sering berkumpul. Di sini, mereka menemukan catatan-catatan yang menunjukkan bahwa hubungan antara Sekte Langit Biru dan Klan Naga Hitam telah ada sejak lama. Mereka telah bekerja sama dalam berbagai eksperimen yang melibatkan manipulasi energi Aether dan pencarian artefak kuno.
Namun, yang paling mengejutkan adalah adanya catatan yang menyebutkan Sekte Kura. Ternyata, sekte ini sudah lama terlibat dalam permainan kekuasaan antara sekte-sekte besar, meskipun di luar pandangan banyak orang. Sekte Kura memiliki hubungan yang kuat dengan tetua-tetua di berbagai sekte dan klan, meskipun selama ini mereka berpura-pura tidak terlibat dalam konflik besar.
"Sekte Kura bukan sekadar sekte kecil yang tidak berdaya," kata Rei, matanya tajam. "Mereka telah memainkan permainan ini dengan sangat hati-hati. Dan mereka tahu lebih banyak daripada yang kita bayangkan."
Dengan bukti-bukti yang mereka temukan, Hayato dan Rei memutuskan untuk menghadap Master Ryo di Sekte Kura untuk membicarakan langkah selanjutnya. Hayato tahu bahwa kini waktunya untuk mengambil keputusan besar—apakah ia akan terus berjuang sendiri, atau bergabung dengan sekte-sekte besar dalam pertempuran yang semakin mendekat?
Namun, dalam perjalanan kembali ke Sekte Kura, sebuah perasaan aneh mengusik hati Hayato. Ia merasa seperti sedang dibuntuti. Seolah-olah, bayangan-bayangan musuh sudah mulai bergerak di sekitar mereka, menunggu saat yang tepat untuk menyerang.
Saat mereka hampir tiba di Sekte Kura, sebuah ledakan hebat terdengar dari jauh. Hayato dan Rei berlari menuju suara itu, hanya untuk menemukan bahwa gerbang utama Sekte Kura telah hancur—serangan datang dari luar.
Ledakan itu mengguncang seluruh Sekte Kura. Tanah bergetar, dan asap hitam mengepul dari arah gerbang utama yang hancur. Hayato dan Rei berlari secepat mungkin menuju pusat ledakan, di mana mereka melihat sekumpulan kultivator yang mengenakan jubah hitam, lambang Klan Naga Hitam terjahit di dada mereka. Hayato bisa merasakan aura kekuatan mereka yang luar biasa. Ini bukan serangan acak; mereka datang dengan tujuan tertentu.
"Klan Naga Hitam!" teriak Rei, suaranya penuh amarah. "Mereka datang untuk menghancurkan sekte ini!"
Hayato tidak perlu bertanya lebih lanjut. Tujuan mereka jelas. Klan ini tidak hanya ingin menghancurkan Sekte Kura, tetapi mereka juga ingin mengambil alih artefak yang tersembunyi di dalam sekte tersebut, atau bahkan lebih, mereka ingin menguasai rahasia kekuatan yang dimiliki oleh Sekte Kura—sebuah kekuatan yang selama ini tersembunyi di balik tembok-tembok kedamaian sekte.
Hayato menyadari bahwa inilah saat yang tepat untuk menguji kemampuannya yang baru ditemukan. Meskipun ia baru saja berhasil menguasai teknik Tirai Bayangan dan masih merasakan kelelahan dari perjalanan panjang, ia tahu bahwa ia harus bertindak cepat. Menggunakan cincin penyimpanannya, ia menyembunyikan sebagian besar energi kultivasinya untuk menghindari deteksi langsung oleh musuh.
"Rei, bantu aku menahan mereka! Aku akan mencari tahu siapa yang memimpin serangan ini!" perintah Hayato. Rei mengangguk, segera mengeluarkan pedangnya yang bersinar terang, siap untuk bertarung.
Hayato melangkah maju dengan hati-hati, menyembunyikan dirinya di balik bayangan dengan teknik Tirai Bayangan yang hampir sempurna. Ia mengendap-endap di antara reruntuhan bangunan, mendekati kelompok musuh yang sedang memeriksa gerbang yang hancur. Dari tempat persembunyiannya, ia bisa melihat mereka sedang berkomunikasi dengan seseorang yang tampaknya merupakan pemimpin kelompok tersebut.
Pemimpin itu mengenakan jubah hitam dengan simbol Klan Naga Hitam yang lebih besar di bahunya. Ia mengangkat tangannya, dan Hayato bisa merasakan energi yang kuat mengalir dari pemimpin itu—sebuah aura yang jauh melampaui kebanyakan kultivator di tahap yang sama.
"Cepat, pastikan artefak itu ditemukan!" teriak pemimpin tersebut dengan suara yang rendah namun penuh tekanan. "Sekte Kura telah lama menghindari perhatian kita, tapi sekarang saatnya untuk menyelesaikan urusan lama."
Hayato mendengar setiap kata dengan jelas, dan semuanya mulai menyatu. Serangan ini bukan hanya tentang menghancurkan Sekte Kura, tetapi juga tentang mengambil artefak yang tersembunyi di dalamnya. Artefak itu, seperti yang diketahui oleh Rei dan dirinya, adalah kunci untuk menguasai energi yang lebih besar—energi Aether yang sudah lama dicari-cari.
Mereka tahu lebih banyak dari yang kita kira," bisik Rei di sampingnya, suaranya hampir tak terdengar. "Mereka tahu tentang artefak itu dan akan melakukan apa saja untuk mendapatkannya."
Hayato mengangguk, merasa lebih berat lagi beban yang harus dipikulnya. Tidak hanya sekte mereka yang terancam, tetapi juga dunia kultivasi itu sendiri. Jika artefak itu jatuh ke tangan yang salah, maka bencana besar bisa terjadi.
"Aku akan menghadapi mereka," kata Hayato dengan suara tegas. "Kamu harus menjaga gerbang utama. Aku akan mencari jalan ke ruang penyimpanan artefak."
Rei ragu sejenak, tapi akhirnya mengangguk. "Hati-hati, Hayato. Mereka bukan musuh yang mudah."
Dengan langkah mantap, Hayato bergerak menuju pusat sekte, melewati reruntuhan yang semakin banyak, sementara Rei bertempur melawan beberapa kultivator yang mencoba masuk ke dalam. Hayato memusatkan pikiran dan mulai menggunakan teknik Tirai Bayangan untuk tetap tersembunyi. Ia harus cepat sebelum musuh menemukan ruang penyimpanan artefak.
Ketika ia tiba di depan pintu ruang penyimpanan artefak yang tersembunyi di bawah tanah, Hayato merasakan getaran yang aneh. Sesuatu tidak beres. Pintu yang biasa terkunci rapat kini terbuka sedikit, dan sebuah cahaya samar tampak menyinari ruangan dari dalam. Tanpa ragu, Hayato melangkah masuk.
Saat pintu ruang artefak terbuka, Hayato terkejut melihat sosok yang tidak ia duga—seorang tetua sekte, yang selama ini dianggap sebagai sekutu mereka, berdiri di depan artefak kuno yang telah lama tersembunyi. Namun, kali ini, wajah sang tetua tampak jauh berbeda. Tanda-tanda keputusasaan dan ketamakan terlihat jelas di wajahnya.
"Jadi kamu datang juga, Hayato," kata sang tetua, suaranya tenang, namun penuh ancaman. "Kamu terlambat. Artefak ini akan membawa kita ke puncak kekuatan, dan aku akan memastikan tidak ada yang menghalangi jalan kita."
Di sinilah semuanya dimulai—pertempuran tidak hanya melibatkan kekuatan fisik, tetapi juga pengkhianatan dan rahasia yang telah disembunyikan selama ini. Dunia kultivasi telah berubah, dan Hayato kini harus memilih antara mempertahankan apa yang benar atau bergabung dengan kekuatan yang lebih besar demi ambisi yang lebih gelap.