Bab 6
Edo masuk ke dalam klub malam tempat Bella bekerja. Dirinya sengaja datang ke sana untuk menemui Bella, setelah mendengar bahwa gadis itu tidak mendapatkan pinjaman uang dan itu membuat Edo merasa sangat senang karena hal itu yang akan segera memiliki Bella secepatnya. Dia akan menawarkan uang dalam jumlah yang banyak pada Bella agar gadis itu mau menikah dengannya secara kontrak.
Edo melayangkan pandangannya melihat sekeliling klub malam dan mencari keberadaan Bella. Namun, keberadaan Bella belum juga terlihat olehnya. Kemudian dia melangkahkan kakinya, memasuki ruang VVIP. Di ruangan itu, dia akan memesan minuman dan menyuruh Bella datang ke ruangan itu untuk mengantarkan pesanannya ke ruangan VVIP yang sedang ditempatinya sekarang ini. Dia juga telah menghubungi pemilik klub malam untuk meminta izin supaya Bella bisa menemaninya minum untuk malam ini saja.
Edo meminta izin pada pemilik pada pemilik klub malam tersebut. Walaupun Edo hanya minta Bella untuk menemaninya minum, tetap saja dia harus membayar karena sudah menunda pekerjaan pengantar minuman di klub malam ini.
*************
Bella sudah bolak-balik mengantarkan minuman dan beberapa kali dirinya mendapatkan godaan dari berbagai pria hidung belang. Walaupun dirinya sedang membutuhkan uang saat ini, namun dirinya tidak akan menjual tubuhnya atau menjadi seorang wanita penghibur. Bella akan memberikan keperawannya pada suaminya kelak.
Bella meletakkan nampan kosong di atas meja bartender dan mengusap keringatnya. Siang dan malam dirinya harus bekerja, hanya untuk menghidupi kebutuhannya dan kebutuhan mamanya. Apalagi saat ini, mamanya sedang jatuh sakit dan sedang dirarwat di rumah sakit. Tentu saja, dia sangat membutuhkan uang yang yang sangat banyak untuk membiayai pengobatan mamanya. Sampai saat ini, dia tidak juga mendapatkan pinjaman uang dari pemilik restoran maupun pemilik klub malam tempat dia bekerja.
“Bella, kamu antarkan minuman ini ke ruang VVIP nomor 2 ya. Sekarang!” Kata salah satu bartender pada Bella.
Bella manatap bartender yang meletakkan dua botol minuman di atas nampan dan manyuruh Bella untuk mengantarkannya.
Bella mengerutkan keningnya. Selama dia bekerja di klub malam itu, dia tidak pernah mengantarkan minuman ke ruang VVIP. Tapi sekarang, kenapa dia yang disuruh mengantarkannya?
Bukankah ruangan itu juga sering dijadikan tempat untuk….?
Yah, suatu hal yang sangat menjijikan untuk dibayangkan oleh Bella sekarang.
Maka dari itu, Bella tidak pernah mau mengantarkan pesanan pelanggan ke ruangan VVIP. Dia takut pada pria-pria hidung belang yang akan berbuat kurang ajar padanya. Karena dia tidak mau hal buruk terjadi pada dirinya.
“Aku tidak pernah mengantarkan pesanan sampai ke ruangan VVIP. Dan aku juga sudah mengatakan pada boss kalau tugasku hanya mengantarkan pesanan sampai sebatas di sini saja. Tidak termasuk ruangan VVIP. Aku tidak mau. Suruh yang lain saja.” Ucap Bella menjelaskan pada bartender itu bahwa dia tidak mau mengantarkan minuman ke ruang VVIP.
Bekerja di tempat seperti ini saja sudah membuat dirinya merasa was-was ketika banyaknya lelaki hidung belang yang terus saja menggoda dirinya dan menyuruh Bella untuk melayani mereka sampai ke atas ranjang. Namun, dia tetap pada pendiriannya, sampai kapan pun dia tidak akan pernah mau berbuat seperti itu.
“Kamu tidak bisa menolaknya. Ini perintah dari boss!” Seru bartender itu pada Bella.
Bella menghembuskan nafasnya. Kenapa dirinya harus terlihat lemah seperti ini? Seandainya dia memiliki uang banyak, pastilah dirinya tidak akan sudi bekerja di tempat seperti ini dan akan bekerja di tempat yang lebih baik.
Dengan ragu-ragu, dia mengambil nampan yang sudah berisi minuman, kemudian membawanya ke lantai dua, tempat ruangan VVIP berada.
Dia harus mempersiapkan dirinya, dia harus berjaga-jaga kalau seandainya ada pria hidung belang berada di ruangan VVIP itu akan berbuat tidak sopan padanya. Dia tidak akan segan-segan untuk memberi pelajaran pada pria hidung belang itu.
Dengan hati-hati Bella membawa minuman yang lumayan berat dan harganya mahal itu. Bahkan gajinya saja pasti tidak akan cukup untuk mengganti botol minuman ini. Bisa-bisa dirinya dijadikan wanita penghibur di tempat ini, kalau sampai memecahkan botol minuman ini.
Dulu pernah terjadi, ada salah satu pelayan pengantar minuman memecahkan botol minuman dan dia harus membayarnya dengan menjadi wanita penghibur di tempat ini. Bella tidak mau hal buruk sampai terjadi pada dirinya. Dia juga tidak mau menjadi wanita penghibur.
Bella menatap lama di depan pintu ruang VVIP nomor 2 itu sebelum masuk ke dalam. Dengan hati-hati Bella masuk ke dalam ruangan itu. Di dalam ruangan VVIP, dia hanya melihat satu orang laki-laki yang membelakangi dirinya dan duduk dengan gaya angkuhnya.
“Tuan, pesanan Anda sudah datang.” Ucap Bella mulai meletakkan minuman itu di atas meja.
“Hai, Bella.” Sapa pria itu pada Bella.
Bella yang merasa dirinya dipanggil, menatap ke arah laki-laki itu dan terkejut. “Kau?!”
Bella menatap pria yang ada di hadapannya itu sambil mencoba mengingat siapa nama pria itu. Dia merasa pernah berkenalan dengan pria itu beberapa waktu yang lalu, tapi entahlah. Entah kapan dia berkenalan dengan pria itu. Pria itu sepertinya adalah langganan di klub malam di sini, mengingat beberapa kali dia pernah melihat pria ini masuk ke dalam klub malam ini.
“Apa kamu lupa padaku? Kamu lupa pada pria setampan diriku. Kamu sangat keterlaluan sekali, Bella.”
Bella menggaruk tengkuknya yang tidak gatal dan tersenyum canggung. Dirinya memang lupa pada pria yang berdiri dihadapannya ini. Kehidupan Bella yang sangat rumit. Sering kali membuatnya menjadi lupa pada orang baru yang dikenalnya, apalagi hanya mengenal secara sepilas.
“Maaf. Aku sungguh tidak ingat siapa namamu, tapi aku masih ingat kalau kita pernah berkenalan, tapi entah kapan dan dimana.” Ucap Bella memintaa maaf pada pria tampan yang ada di hadapannya itu.
Pria itu menggaruk dan mengulurkan tangannya pada Bella, yang langsung disambut oleh Bella dengan senyuman khasnya.
“Namaku Edward Dirgantara. Nama panggilanku Edo. Panggil saja aku Edo. Kamu harus mengingatnya mulai sekarang. Kalau kamu melupakannya lagi, berarti kamu sangat kejam karena tidak mau mengingat pria tampan sepertiku. Bahkan banyak sekali wanita-wanita di luar sana yang mengingat namaku, tapi malah kamu tidak mengingat namaku. Aku sangat sedih kalau sampai kamu tidak mengingat namaku lagi.” Ucap Edo mendramatisir ucapannya.
Bella meringgis dan merasa sangat bersalah sekali pada Edo. Dirinya tidak sengaja bermaksud untuk melupakan Edo. Karena banyak masalah yang menderanya sehingga dia jadi tidak bisa mengingat tentang siapa saja yang berkenalan dengannya baru-baru ini.
“Maaf. Aku tidak sengaja untuk melupakanmu. Aku banyak pikiran akhir-akhir ini. Masalah yang kuhadapi sangat banyak, sehingga aku membuatku tidak bisa mengingat orang-orang yang berkenalan denganku belakangan ini.” Ucap Bella sambil tersenyum manis pada Edo.
Edo mengerutkan keningnya. Dia mendengar ucapan gadis itu tentang banyak orang yang berkenalan dengan gadis itu selain dirinya akhir-akhir ini. Siapa saja mereka? Apa mereka itu para pria yang menyukai Bella. Dia tidak akan membiarkan para pria itu mendekati Bella yang akan menjadi isteri kontraknya sebentar lagi.
“Kamu bilang akhir-akhir ini kamu berkenalan dengan banyak orang? Apakah mereka para pria yang menyukaimu?” Tanya Edo datar. Dia tidak suka membayangkan kalau tangan Bella banyak disentuh oleh pria lain, selain dirinya.
Ternyata Edo cemburu saat Bella berdekatan dengan laki-laki lain. Apakah dia mulai menyukai Bella?