Bab 5
Bella menghembuskan nafasnya. Mamanya sudah dirawat selama seminggu dan belum juga menunjukkan perkembangan yang baik dari hari ke hari.
Tabungan Bella juga sudah tidak ada lagi. Namun, dia tidak ingin kehilangan mamanya, apalagi dengan membawa mamanya pulang ke rumah dengan kondisi yang belum sembuh total.
Bella menghapus air matanya. Kenapa hidupnya selalu daipenuhi kesulitan seperti ini? Dia ingin seperti gadis-gadis lain yang tidak memikirkan kesusahan hidup dan mereka bisa bersenang-senang dengan uang yang diberikan oleh orang tua mereka. Tapi, dia bukanlah gadis-gadis seperti itu. Dia harus memikirkan bagaimana agar mamanya bisa cepat sembuh dan pulang ke rumah mereka lagi.
“Bella, mama kamu harus segera dioperasi. Melihat keadaannya semakin hari semakin memburuk, bahkan tidak menunjukkan kemajuan sama sekali dengan perawatan selama seminggu di sini.” Jelas dokter yang menangani mamanya itu.
Bella menatap dokter yang ada di depannya, kemudian menganggukkan kepalanya pelan. Kemana dirinya mendapatkan uang sebanyak itu untuk biaya operasi mamanya? Dia hanyalah seorang pelayan di restoran atau pun di klub malam. Dia tidak mau menempuh jalan dengan cara menjual diri.
Walaupun beberapa temannya di klub malam sudah menganjurkan dia menjadi seorang p*****r atau wanita panggilan agar mendapatkan uang yang banyak untuk membayar biaya pengobatan mamanya di rumah sakit.
Dengan tegas Bella menggelengkan kepalanya. Dia tidak mau memnyerahkan keperawanannya kepada pria yang bukan suaminya. Dia tidak mau menjadi wanita hina dengan menjual dirinya hanya demi uang. Dia akan berusaha mencari pinjaman pada bossnya di restoran atau di klub malam.
Ya. Dirinya akan meminta pinjaman. Mudah-mudahan saja mereka mau memberikan dan membantu Bella dalam kesulitan seperti sekarang ini.
“Saya akan berusaha mencari uang untuk biaya operasi mama saya, dokter.” Ucap Bella pada dokter yang menangani mamanya, yang bernama dr. Anna itu.
Dr. Anna mengangguk pelan. Dia merasa kasihan pada Bella. Dia tahu kalau Bella adalah gadis yang sangat mandiri dan sangat sayang pada mamanya. Bahkan dokter itu ingin sekali membantu Bella.
Namun, dirinya tidak bisa. Keluarganya juga sangat membutuhkan biaya saat ini.
“Saya harap mama kamu bisa segera dioperasi. Saya tidak bisa menjamin kalau mama kamu bisa bertahan lebih lama lagi.” Ucap dr. Anna.
Mendengar ucapan dokter itu, Bella semakin sedih dan menangis. Dia harus segera mendapatkan pinjaman uang secepatnya. Dia tidak mau kehilangan mamanya, wanita yang sangat disayanginya dan hanya mamanya saja yang dia miliki sekarang.
“Saya harus segera mendapatkan uangnya.” Bella keluar dari ruangan dr. Anna dengan pemikiran yang sudah bercabang dalam benaknya.
Mamanya harus selamat. Bella akan sangat sedih bila mamanya pergi dan meninggalkannya seorang diri di dunia ini. Dia tidak mau sendirian. Dia ingin bersama dengan mamanya.
********
Edo sedari tadi memperhatikan Bella dari kejauhan sambil menyeringai. Dia tahu kalau gadis itu sekarang sedang membutuhkan uang untuk biaya operasi mamanya. Dia akan memanfaatkan kelamahan gadis itu dan kemudian akan menjeratnya dalam pernikahan kontrak.
Edo bahkan sudah tidak sabar lagi untuk menikmati tubuh Bella dan memasuki Bella dengan kasar dan penuh gairah. Membayangkannya saja sudah membuat kejantanannya sampai menegang.
“Kamu ikuti dia terus. Segera beritahu aku kalau dia tidak mendapatkan pinjaman dari bossnya di restoran atau klub malam.” Ucap Edo pada orang kepercayaan yang diperintahkan untuk mengikuti kemana pun Bella pergi.
Pria yang memakai baju serba hitam itu mengangguk. Kemudian beranjak dari hadapan Edo untuk mengikuti Bella yang sedang menunggu taxi online.
“Kamu yakin akan memainkan permainan in dengan Bella. Dia sudah hidup dalam kesusahan, ditambah kamu yang sekarang membuat hidupnya makin bertambah susah.” Ucap Ivan yang berada tepat di samping Edo.
Edo mendengus kesal mendengar perkataan Ivan barusan. Kenapa sahabatnya ini tidak mau mendukungnya, malah mengatakan kalau dia akan membuat hidup Bella bertambah sudah dan malahan akan terjadi sebaliknya, dia akan membuat hidup gadis itu serba berkecukupan. Asalkan Bella mau mengikuti semua perintahnya.
“Kamu seolah-olah mau mengatakan kalau aku ini jahat, bukan? Aku ini pria yang sangat baik, Van. Aku mau membantu kesulitan yang dialami Bella. Asalkan Bella mau menjadi istri kontrakku. Bahkan kehidupan Bella nantinya akan serba berkecukupan. Coba beritahu aku sekarang, dimana letak kesusahan Bella nanti bersamaku?” Tanya Edo dengan sinis.
Ivan menghembuskan nafasnya. Dalam hatinya dia bertanya-tanya, “Kenapa aku punya sahabat sangat bodoh sampai-sampai menanyakan dimana letak kesusahan Bella? Letak kesusahannya adalah di hati nantinya.”
Ivan sangat yakin sekali bahwa pernikahan Bella dan Edo nantinya akan melibatkan sebuah perasaan diantara mereka berdua. Entah Edo yang mencintai Bella lebih dulu, atau sebaliknya.
Kalau Edo yang mencintai Bella terlebih dulu, itu bukan sebuah masalah. Karena Edo akan memperbaiki kesalahannya. Tetapi, kalau Bella yang mencintai Edo lebih dulu, maka di sinilah letak kesalahannya. Maka, akan membuat Bella tertekan batinnya dan merasa sangat sedih dengan perbuatan Edo nantinya.
“Letak kesusahannya ada di hati. Aku tidak menjamin kalau kamu dan Bella nanti tidak akan melibatkan hati di dalam pernikahan kalian nantinya.” Ucap Ivan sambil menatap Edo dengan sinis.
Edo tertawa mendengar ucapan Ivan. Lagi dan lagi Ivan selalu membahas tentang hati dalam pernikahan kontrak yang akan diakhirinya ketika dia sudah bosan nantinya. Ya, Edo akan mengakhiri pernikahannya jika dia sudah bosan dengan tubuh Bella dan akan menemukan wanita yang lebih baik dari Bella nantinya.
“Kamu ini sangat bodoh sekali. Atau kamu sangat mudah dibawa perasaan. Mana mungkin aku mau begitu saja melibatkan sebuah perasaan dalam pernikahan ini nantinya. Bagiku perasaan cinta yang sering kau katakan itu hanyalah sebuah sampah yang harus aku buang jauh-jauh.
Sampah yang tidak berguna dan tidak layak untuk diagungkan. Sampah tetaplah sampah.”
Ivan menghela napasnya. Dia tidak pernah berhasil menasehati sahabatnya ini tentang pernikahan dan perasaan yang ada di dalam sebuah pernikahan nantinya. Dia tidak mau melihat sahabatnya itu menyesal dan menyalahkan diri sendiri nantinya.
“Aku sudah memperingatimu berulang-ulang kali. Jangan bermain api kalau kau tidak siap terbakar di dalamnya. Jangan bermain di tengah sungai yang deras kalau kau tidak mau hanyut nantinya. Jangan kau bermain tentang pernikahan kalau kau tidak mau menyesal nantinya. Menyesal datang terlambat itu sangat menyakitkan.
Tapi, kau sudah mendaftarkan diri untuk merasakan sebuah penyesalan itu.”
Edo mengibaskan tangannya. Dia tidak mau mendengar nasehat Ivan lagi. Kalau bukan karena Ivan memaksa ikut dengannya, dia tidak akan membawa Ivan dan akan memberikan Ivan kerjaan yang banyak sekali. Mulut Ivan sekarang sepert mulut wanita yang suka bicara dan membuat kupingnya sakit mendengarnya.
Lebih baik dia mendengar suara desahan wanita yang berada di bawahnya daripada mendengarkan suara Ivan yang sangat cempreng. Seperti suara malaikat maut saja.
“Kenapa kau akhir-akhir ini berubah menjadi sangat berisik sekali. Sebaiknya kau diam saja dan menerima undangan pernikahanku dengan Bella nanti.” Ucap Edo menatap tajam sahabatnya itu.
Kalau Edo sudah menatapnya dengan tajam, maka Ivan hanya bisa mengangguk. Pria itu sangat tidak suka bila diberikan komentar atau dinasehati. Lebih baik Ivan diam saja seperti saran dari Edo tadi, untuk menunggu undangan pernikahannya dengan Bella.
“Aku akan menunggu undangan pernikahanmu dengan Bella. Tenang saja, aku tidak akan mengatakan hal apa pun lagi. Selain kata selamat. Selamat kau telah berhasil memperbudak Bella dan mendapatkan Bella.” Ivan menepuk pundak Edo dengan senyuman paksaan.
Bersambung.....