Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 3

Malam ini, Edo merasa betapa beruntungnya dirinya karena bisa bertemu kembali dengan Bella, wanita yang menggoda imannya itu. Gadis itu pasti masih perawan, pikir Edo tersenyum sinis dalam hati. Dia bahkan sudah tidak sabar untuk membawa gadis itu ke atas ranjangnya.

“Aku pernah datang ke restoran, tempatmu bekerja. Kamu yang mengantarkan pesananku. Apa sudah lupa denganku?” Tanya Edo mengingatkan Bella.

Bella menganggukkan kepalanya. Tetapi, dia masih belum bisa mengingat siapa Edo sebenarnya. Begitu banyak pelanggan di restoran tempat dia bekerja. Dan dirinya tidak akan pernah mau menatap wajah pelanggannya satu per satu.

“Oh… Maaf…. Maafkan aku. Aku sungguk lupa. Aku tidak bisa mengingat satu per satu wajah pelangganku di restoran.” Ucap Bella merasa sangat bersalah pada Edo.

Edo menggeleng. “Wajar saja jika kamu lupa denganku. Pelanggan di restoran tempatmu bekerja, bukan hanya aku saja, kan?”

Bella mengangguk. Dia membenarkan ucapan pria tampan itu. Dan kenapa juga pria tampan itu mau ramah tamah dengan dirinya. Padahal Bella bukan siapa-siapa baginya. Dirinya hanyalah gadis miskin dan selalu saja bekerja dan bekerja.

“Kalau begitu, saya permisi dulu. Saya masih mau melanjutkan pekerjaan saya di sini.” Pamit Bella.

Tapi, baru saja salangkah, Edo sudah berani menarik pergelangan tangan Bella, sehingga gadis itu terpaksa menghentikan langkahnya dan menatap Edo dengan tatapan yang penuh kebingungan.

“Sebentar. Jangan pergi dulu. Aku belum tahu siapa nama kamu?” Tanya Edo langsung tanpa basa-basi lagi.

Bella tersenyum sambil menyingkirkan tangan Edo dari pergelangan tangannya. “Namaku Isabella. Kamu bisa memanggilku dengan panggilan Bella.” Sahut Bella.

Edo tersenyum senang. “Namaku Edward. Sering dipanggil Edo. Senang berkenalan dengan kamu, Bella.” Bella mengangguk dan kembali melanjutkan langkahnya menjauhi Edo. Dirinya tidak akan mungkin meladeni pria itu terus-menerus. Dirinya harus bekerja supaya bisa mendapatkan uang untuk biaya pengobatan mamanya yang sedang dirawat di rumah sakit.

Sekarang dia memerlukan banyak uang untuk membayar biaya rumah sakit mamanya. Bahkan dia rela bekerja dari pagi sampai pagi lagi. Dia hanya ingin mamanya kembali sembuh dan tersenyum padanya lagi.

Edo menatap kepergian Bella dengan tatapan elangnya. Dia harus mendapatkan gadis itu sampai membawanya ke atas ranjangnya. Bahkan dia sekarang mempunyai ide bagus untuk mendapatkan Bella. Mengingat Bella bekerja dari pagi sampai pagi lagi.

Ahh…. Kenapa dia tidak menjadikan Bella sebagai isterinya saja. Dirinya akan menawarkan uang yang banyak pada Bella agar mau menjadi isteri kontraknya.

Edo menyeringai, mengambil ponselnya dari dalam saku celananya dan menyuruh orang kepercayaannya untuk mencari tahu mengenai Isabella, gadis yang begitu menawan dan menggoda hatinya.

Edo terus tersenyum sambil berjalan menuju salah satu sofa yang ada di sudut klub malam. Dirinya terus menerus memperhatikan gerak-gerik Bella, membuat dirinya semakin mengembangkan senyumannya.

Dia sudah tidak sabar untuk menjadikan gadis itu menjadi isteri kontraknya. Bila Bella berhasil dia dapatkan, maka keluarganya tidak akan kena marah lagi oleh keluarga Dirgantara.

“Edo, kamu masih waras, kan? Kenapa kamu senyum-senyum sendiri?” Tanya Ivan bingung melihat Edo yang sedari tadi senyum-senyum sendiri tanpa sebab yang jelas.

Edo mendengus kesal mendengar pertanyaan dari Ivan. Ivan yang terlambat datang ke klub malam, malah sekarang menuduhnya tidak waras, padahal Ivan tahu bahwa dirinya masih sangat waras.

“Aku masih waras, Ivan! Kamulah yang sudah tidak waras!” Serunya menatap kesal pada Ivan sambil menyesap minumannya.

Ivan tertawa mendengar ucapan Edo barusan. Dia juga ikutan mengambil minumannya yang berada di atas meja. Walau minuman di atas meja hanya sebuah bir kaleng saja, bagi mereka tidak masalah. Belum saatnya mereka memesan minuman yang berbobot dari yang ini.

Namun, Edo memanggil pelayan klub malam itu. Kemudian dia memesan minuman terbaik yang ada di klub malam itu. Dia hanya ingin minum-minum saja malam ini, tanpa mau ditemani wanita penghibur yang bisa membuat juniornya terpuaskan. Saat ini, dia hanya menginginkan Bella seorang, bukan wanita lain.

Bila dia mengingat Bella, maka akan membuatnya ingin memeluk tubuh seksi dan mencium bibir Bella dengan gerakan yang sensual. Membayangkannya saja, sudah membuat junior Edo langsung menegang. Ivan melayangkan pandangannya menatap sekeliling klub malam itu, matanya membulat sempurna ketika melihat gadis yang dipuja-puja oleh sahabatnya itu ada di sana juga. Pelayan restoran yang sangat cantik dan menggoda itu ada di sana juga. Sekarang gadis itu sedang menuju ke arah mereka mrngantarkan pesanan mereka dengan senyuman tipisnya.

“Edo, lihat! Ada gadis pelayan restoran itu! Dia gadis pelayan restoran yang waktu itu, bukan? Aku tidak salah lihat, kan?” Tanya Ivan menunjuk pada Bella, seolah tidak percaya akan apa yang baru saja dilihatnya.

Edo mengikuti jari telunjuk Ivan. Dia tersenyum melihat Bella mengantarkan pesanan mereka dengan senyumnya yang tipis. Gadis itu terlihat begitu sangat cantik dan menggoda.

“Ya, Ivan. Tadi aku sempat berkenalan dengannya.” Ucap Edo dengan senyuman bangga.

Ivan mendelik kaget. Sahabatnya itu benar-benar sungguh playboy sejati, yang tidak ada tandingannya. Dia tahu bagaimana Edo selalu bergonta-ganti pasangan dengan mudahnya. Dalam hati Ivan, dia sangat berharap agar sahabatnya bisa setia pada isterinya kelak.

“Ternyata kamu sudah bergerak cepat. Kamu berulang kali makan di restoran itu, namun tidak menemukan gadis itu. Sampai pada malam ini, kamu melihatnya dan langsung mengajaknya berkenalan. Benar-benar playboy sejati kamu, Do.”

Edo mengangkat bahunya, acuh tak acuh pada perkataan Ivan barusan. Dia kembali menyesap minuman bir yang ada di tangannya. “Aku bahkan mempunyai rencana untuk menikahinya. Bagaimana menurutmu, Van?” Tanya Edo meminta pendapat sahabatnya itu.

“Apa?! Kamu sudah tidak waras ya, Do?! Kamu mau menikahinya?!” Tanya Ivan balik. Dia kaget mendengar perkataan Edo itu.

Ivan sangat terkejut mendengar perkataan Edo itu. Pria brengsek ini mau menikahi gadis baik-baik, seperti Bella? Walaupun Bella bekerja di klub malam, tapi Ivan sangat yakin kalau Bella adalah gadis baik-baik. Dia hanya bekerja di klub malam sebagai pelayan pengantar pesanan pelanggan di sini, bukan sebagai wanita penghibur.

Ivan tidak ingin gadis itu merasakan nasib sial menikahi pria playboy seperti Edo. Edo tidak mau menikah untuk selamanya. Dia hanya mau menikah sementara saja. Dan pastinya gadis itu sedang mencari pendamping hidupnya, bukan sementara seperti seorang Edo.

“Aku tidak gila, Van. Aku masih waras. Aku benar-benar akan menikahi gadis itu. Aku akan menjadikan dia sebagai isteri sementaraku dan akan melakukan pernikahan kontrak denganku.” Ucap Edo yang manatap tajam pada Bella yang terus tersenyum ketika mengantarkan pesanan Edo.

“Aku akan menikahinya. Kamu lihat saja nanti! Dalam waktu dekat, aku akan menikah dengannya.”

Ivan menggeleng-gelengkan kepalanya dan hanya terdiam mendengar ucapan sahabatnya itu. Dirinya sedang tidak mau meladeni ucapan Edo, yang menurutnya Edo sudah kehilangan kewarasannya. Semoga saja gadis itu bisa tahan dengan Edo nantinya, karena dia tahu kalau Edo adalah pria playboy.

Bersambung……………….

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel