Bab 13
Edo tersenyum senang saat melihat undangan pernikahan di tangannya, undangan pernikahan dirinya dengan Bella. Dan tentu saja undangan ini sudah disebar pada para wartawan, rekan bisnis, artis, pejabat, dan lainnya. Dia juga sudah melihat berita yang sudah tersebar di internet dan mengatakan kalau dirinya sudah menyadari kesalahan masa lalunya dan akan segera memperbaikinya dalam pernikahan ini.
Tentu saja Edo sangat senang mendengarnya. Sehingga dirinya tidak perlu bermain kucing-kucingan lagi saat menghadapi awak media, yang suka meliput berita yang tidak-tidak tentang dirinya. Karena berita buruk di media itu dia harus kena marah orang tuanya. Untuk itu Edo harus memulihkan nama baiknya dan juga keluarganya.
“Edo, apa kamu serius akan menikah?”
Dengan pandangan malas, Edo melihat pintu ruangannya dan memutar bola matanya. “Ivan lagi, Ivan lagi.” Katanya dalam hati.
Bukankah Ivan sudah menerima undangan pernikahan darinya secara khusus. Apa lagi yang mau ditanyakan oleh Ivan. Apa kurang menyakinkan, kalau dirinya akan segera menikah? Yah, walau hanya pernikahan kontrak.
“Ya, aku memang mau menikah dengan Bella. Bukankah kamu sudah tahu dari awal? Kenapa dirimu masih saja bertanya lagi? Sku serius mau menikah atau tidak, bukankah kamu juga tahu alasannya?” Kata Edo dengan nada ketusnya.
Ivan mengangguk, kemudian berjalan mendekati Edo dan mendudukan bokongnya di kursi depan meja kerja Edo. Dirinya memang sedari awal sudah mengatahui kalau Edo memang benar-benar akan menikah dengan Bella. Tapi, dia tidak menyangka akan secepat ini pernikahan Edo dengan Bella. Pernikahan Edo tinggal empat, ah, tiga hari lagi saja.
Perasannya baru kemarin Edo mengatakan akan membawa Bella ke rumah orang tuanya, tapi sekarang Edo sudah menyebar undangan pernikahannya. “Gilla! Ini benar-benar gila! Kenapa Bella mau saja menikah dengan laki-laki spesies seperti Edo, yang pastinya dia tidak akan percaya dengan adanya cinta sejati dan hanya menganggap pernikahan adalah sebuah permainan semata. Sungguh kasihan nasib Bella.”
Ivan hampir saja melupakan kalau Bella menikah dengan Edo karena uang. Uang yang diberikan Edo pada Bella dan Bella membalasnya dengan menikah kontrak dengan Edo. Tentu saja Bella menerima untuk menikah dengan Edo, karean Bella tidak akan sanggup membayar uang yang diberikan Edo pada dirinya.
“Edo sebaiknya kamu pikirkan kembali. Bukan apa-apa, pernikahan bukanlah sebuah mainan. Pernikahan adalah sesuatu yang sakral. Kamu tidak boleh mempermainkan pernikahan.” Ucap Ivan masih berusaha menasehati sahabatnya itu untuk kesekian kalinya.
Edo memutar bola matanya. Bahkan dia tidak mau membatalkan pernikahan kontrak ini. Hanya dengan pernikahan kontrak ini dirinya akan lebih terasa bebas, tidak mencoreng nama keluarganya, tidak dicap sebagai laki-laki brengsek di hadapan publik dan tidak ada yang berkomentar pedas tentang dirinya lagi. Yang paling penting baginya adalah orang tuanya tidak akan marah-marah lagi pada dirinya.
Bella bisa dikatakan adalah gadis yang paling penurut. Dia selalu melihat bahwa gadis itu selalu mengikuti kehendak dirinya. Saat dia mengatakan pada Bella akan menikah bebrapa hari lagi, Bella hanya menganggukkan kepalanya saja dan tidak membantah ucapan Edo. Itulah yang selalu dia harapkan pada Bella.
“Kamu jangan menasehati aku terus. Aku tidak akan membatalkan pernikahan ini. Bagaimana pun ini adalah cara satu-satunya untuk bisa bebas dan tidak kena marah lagi pada keluargaku.” Ucap Edo menatap tajam pada Ivan.
Iven menggeleng. Edo memang keras kepala dan tidak mungkin akan mau mendengarkan nasehatnya. “Terserah kau sajalah! Kau juga tidak berencana memiliki anak nantinya, kan?” Tanya Ivan. Dia penasaran mengenai soal anak. Karena Edo tidak pernah membahas tentang anak. Bisa jadi Edo juga tidak ingin memiliki anak dengan Edo.
Edo mendengar pertanyaan Ivan mematung sejenak, kemudian tertawa. Mana mungkin dia ingin memiliki anak dengan Bella. Memiliki anak sama saja dirinya harus serius menjalin hubungan pernikahan dengan Bella. Dia tidak akan memiliki anak dengannya. Pernikahannya dengan Bella hanya sementara saja.
“Apa?! Kau gila?! Mana mungkin aku mau punya anak. Punya anak sama aku harus serius menjalin hubungan pernikahan dengan Bella. Sampai kapan pun aku tidak mau punya anak. Anak akan jadi penghalang bagiku nantinya.”
Ivan menggeleng, seolah tidak percaya dengan apa yang diucapkan Edo barusan. Mana mungkin seorang anak bisa jadi penghalang sebuah pernikahan? Bahkan banyak pasangan di luar sana yang menginginkan anak dan menjadikan anak sebagai malaikat kecil diantara mereka.
Sedangkan Edo dengan kejamnya bisa mengatakan dia tidak mau memiliki anak. Mungkin memang benar kalau otak sahabatnya ini harus dicuci. Atau bahkan Edo memang sudah tidak waras sekarang.
“Apa kau akan membuat perjanjian baru dengan Bella?” Tanya Ivan tersenyum sinis.
Edo membalasnya dengan senyuman sinis juga. Dia menatap Ivan dengan tajam. Ingin rasanya dia membunuh sahabatnya ini dan membuangnya ke laut.
“Aku tidak perlu membuat perjanjian baru dengan Bella. Aku cukup mengatakan kalau aku tidak mau memiliki anak dan Bella mau tidak mau, dia harus meminum pil pencegah hamil. Aku tidak mau mengenakan pengaman saat berhubungan dengannya nantinya. Kau tahu rasanya tidak enak sekali.” Jelas Edo pada Ivan.
Ivan mengumpat. Dia lupa kalau Bella adalah wanita terbodoh di dunia. Dia mau saja ditipu oleh laki-laki seperti Edo, bahkan sangat penurut pada Edo. Seandainya saja dirinya jadi Bella, dia tidak akan masuk perangkap Edo. Lebih baik dirinya mati daripada harus menuruti kemauan Edo.
“Kau memang laki-laki yang jahat. Setiap wanita menginginkan anak dalam pernikahan mereka dan kau malah tidak mau punya anak. Bahkan melarang Bella untuk hamil. Kau benar-benar pria yang kejam.”
“Kalau aku kejam itu sudah biasa. Perlu kau ingat! Aku tidak akan menjadikan pernikahan ini sungguhan. Antara aku dan Bella ada sebuah perjanjian kontrak. Dan hanya aku yang boleh mengakhiri perjanjian kontrak ini. Bahkan membuang Bella sesuka hatiku. Aku tidak akan pernah mau untuk menjalin hubungan pernikahan ini dengan serius.” Edo menutup laptopnya dan tersenyum sinis pada Ivan.
Edo tidak bisa menasehati dirinya kerena dirinya sudah membuat keputusan dengan bulat, yakni pernikahan kontrak. Tidak ada anak. Tidak ada cinta. Dan yang pasti, dia bisa membuang Bella sesuka hatinya. Ah….. betapa bahagia membayangkannya.
Menikmati tubuh molek Bella. Edo akan memakai Bella sampai dia bosan.
“Kau memang berandalan, Do. Aku tidak sadar telah bersahabat dengan pria seperti dirimu selama ini.” Ucap Ivan tertawa sumbang.
Edo pun iku-ikutan tertawa dan mengasihani Ivan. Yang seolah-olah Ivan telah menyesal sudah bersahabat dengan dirinya. Padahal mereka sudah tahu sifat masing-masing dari dulu.
“Ya, mungkin bagi dirimu aku berandalan.kamu jangan seperti orang yang menyesal seperti itu. kamu harusnya beruntung memiliki sahabat yang tampan dan kaya raya seperti diriku ini. Bahkan aku tidak perlu memanggil pendeta untuk menceramahiku karena kau dengan senang hati setiap hari menceramahiku.” Ucap Edo sambil menyindir Ivan.
Ivan mengangguk. “Ya, aku memang harus menceramahimu setiap hari. Namun, telingamu saja yang tuli, sampai-sampai kau tidak bisa mendengarkan nasehat baikku untukmu. Kalau suatu saat kau menyesal, aku dengan senang hati akan mengatakan padamu ‘selamat atas penyesalanmu itu.’ Tapi saat kau merasa menyesal, itu sudah terlambat.”
“Aku tidak akan pernah merasakan penyesalan itu. Mana mungkin aku merasakan penyesalan. Jelas-jelas aku merasa sangat bahagia dengan pilihanku yang sekarang. Aku bebas sekarang. Bebas dengan apa yang mau aku lakukan.”
“Ya, ya, ya. Nikmatilah kata-kata bebas yang kau katakan itu sekarang. Aku mau keluar dulu. Aku lupa kalau di sini aku digaji dengan gaji yang besar oleh bossku yang berandalan ini.” Ucap Ivan sinis.
Edo tertawa mendengar ucapan Ivan barusan. Dirinya tidak bisa marah pada sahabatnya itu. Dia sudah terbiasa mendengar perkataan seperti itu keluar dari mulut Ivan. Mereka berdua selalu saja bertengkar. Mereka tidak bisa menggunakan kata-kata yang baik selama ini, selalu saja saling menyindir, menyindir dan terus menyindir.
Bahkan karena sebuah ucapan sindiran itu mereka bisa bersahabat sampai sekarang. Betapa menjijikkannya persahabatan seperti itu.
“Ya, memang kamu harus bekerja. Daripada aku memecatmu nantinya.” Balas Edo.
Ivan tidak membalas ucapan Edo lagi. Dia sudah bosan selalu saja berdebat dengan Edo. Dia berjalan keluar dari ruangan Edo. Biar saja Edo menikmati hari-hari menuju kebahagiannya menikah dengan Bella. Dan dia hanya bisa menunggu dimana Edo menyesal nantinya. Bahkan dia sudah tidak sabar untuk melihat penyesalan Edo.
Bersambung……….