Bab 14
Bella berjalan masuk ke dalam ruang rawat mamanya. Dia sangat bersyukur dan berterima kasih pada Tuhan karena operasi mamanya berjalan dengan lancar. Hal ini membuatnya sangat senang mendengarnya. Hari ini dia akan memberitahu mamanya kalau dirinya akan menikah dan tentunya dia tidak akan memberitahu mamanya kalau dia menikah tapi secara kontrak.
Pernikahannya juga dilandasi karena Bella terdesak kekurangan dana untuk biaya operasi mamanya. Dia tidak mau kalau sampai mamanya jadi sedih, karena biaya operasi mamanya, dirinya harus menikah secara kontrak. Dia akan merahasiakan hal itu dari mamanya.
“Ma.” Ucap Bella memanggil mamanya.
Eva – mama Bella menatap Bella dengan senyum manisnya. Dia senang melihat Bella datang. “Bella, mama sudah sembuh sekarang. Apa mama boleh pulang?” Tanya Eva. Dia merasa sangat tidak nyaman berada di rumah sakit terus-menerus.
Eva ingin segera pulang ke rumah. Apalagi biaya di rumah sakit sangat mahal dan pastinya mereka tidak punya uang untuk membayar biaya di rumah sakit itu terus-menerus.
Bella menggeleng. Dia tidak mau ambil resiko dengan membawa mamanya pulang lebih awal. Dia akan merawat mamanya sebaik mungkin sampai mamanya sembuh dan tidak merasakan sakit lagi.
Dia sangat sedih bila dia membayangkan kalau mamanya sampai pergi meninggalkan dirinya. Kalau saja Edo tidak datang menolong dirinya, mungkin dirinya tidak akan bertemu dengan mamanya lagi.
“Mama belum boleh pulang. Mama masih harus dirawat di sini beberapa hari lagi.” Ucap Bella.
Eva menatap wajah putrinya bingung. Darimana mereka mendapatkan uang? Padahal biaya di rumah sakit ini sangat mahal dan ruangan yang ditempati mamanya saat ini juga merupakan ruangan terbaik di rumah sakit ini.
“Bella, kita tidak punya uang untuk membayar biaya rumah sakit ini. Apalagi kemarin kamu sudah membayar operasi mama. Kamu dapat darimana uang sebanyak itu?” Tanya Eva bingung.
Dia tahu kalau pekerjaan putrinya saat ini hanya sebuah pelayan di sebuah restoran dan pelayan di sebuah klub malam. Yang gajinya tidak seberapa, dan hanya cukup untuk biaya sehari-hari. Itu pun mereka masih kekurangan.
Bella berjalan menghampiri mamanya dan mengambil bangku, kemudian duduk di samping tempat tidur mamanya, lalu digenggamnya tangan mamanya.
Bella mencium tangan mamanya dan mengatakan lewat tatapan matanya, mengatakan kalau semua akan baik-baik saja.
“Mama tidak perlu merasa khawatir. Biaya rumah sakit dan biaya operasi mama sudah dtanggung oleh calon suami Bella.” Sahut Bella dengan mantapnya.
Eva menatap putrinya seakan-akan tidak percaya. Selama ini Bella bahkan tidak pernah mengatakan kalau dia sudah memiliki kekasih, apalagi calon suami. Dan kenapa anaknya sekarang malah mengatakan kalau biaya operasi dan biaya rumah sakitnya sudah ditanggung oleh calon suami putrinya. Apakah putrinya ini sedang berbohong, hanya untuk menyenangkan hatinya saja?
“Apa kamu sekarang sudah punya calon suami? Kapan kamu memilikinya? Yang mama tahu kamu tidak pernah pacaran, apalagi mengenalkan pacarmu dengan mama. Tapi, sekarang kamu bilang calon suami.” Ucap Eva kebingungan.
Bella memaklumi atas sikap bingung mamanya. Memang dirinya tidak pernah menjalin hubungan dengan pria mana pun selama ini. Hanya karena dia merasa berhutang pada Edo dan Edo meminta dirinya harus menjadi istri kontrak pria itu, selama pria itu inginkan dirinya, maka selama itu dia akan terus berbohong pada mamanya dan mencari alasan yang tepat.
“Selama ini Bella diam-diam sudah mempunyai kekasih, ma. Cuma Bella tidak pernah mengatakannya pada mama. Karena Bella tidak percaya diri untuk mengatakannya pada mama. Kekasih Bella dari kalangan atas. Bisa-bisa semua orang bisa menghujat Bella.” Jawab Bella dengan tertawa pelan.
Eva menggeleng mendengar ucapan Bella barusan. Memang mereka dari kalangan keluarga miskin dan tidak pantas untuk bersanding dengan keluarga kaya, bahkan banyak hujatan yang akan mereka dapat.
“Apa kamu sungguh-sungguh mau menikah? Sampai mengatakan kalau pria itu adalah calon suamimu.” Ucap Eva tidak percaya kalau anaknya akan menikah secepat itu.
Bella mengangguk. Dia akan menikah empat hari lagi. Dia tidak bisa membantah ucapan Edo yang ingin mempercepat pernikahan mereka.
“Ya, ma. Aku aku akan menikah. Aku juga akan memberitahu mama kalau aku akan menikah empat hari lagi.”
Eva semakin terkejut mendengar ucapan putrinya itu. Bella akan menikah empat hari lagi. Bahkan dia tidak tahu siapa pria yang akan menikah dengan putrinya dan secara tiba-tiba saja akan menikah empat hari lagi.
“Apa?! Kamu akan menikah empat hari lagi?! Kenapa kamu baru memberitahu mama sekarang?” Tanya Eva dengan nada lirih.
Belum sempat Bella menjawab pertanyaan mamanya itu, tiba-tiba saja terdengar ada suara lain yang menimpali pembicaraan mereka.
“Aku minta maaf jika aku tidak menemui tante sebelumnya. Tapi, aku memang akan menikahi putrimu empat hari lagi.”
Bella dan Eva menatap pada pria yang masuk ke dalam ruang inap dan tersesnyum manis pada mereka berdua. Bella merasa terkejut karena dia tidak menyangka kalau Edo akan menemuinya di rumah sakit dan mengatakan hal itu pada mamanya.
Padahal Bella tidak berharap Edo menemui mamanya sebelum mereka menikah. Mengingat dirinya sebagai calon istri kontrak pria itu, dia tidak berharap banyak dengan kesediaan Edo menemui mamanya.
“Apa kamu calon menantuku?” Tanya Eva dengan nada lembutnya. Mengingat pria ini dengan baik mau membiayai operasinya dan juga biaya perawatannya.
Edo mengangguk. Dia berdiri di samping Bella, kemudian menyalami mama Bella, sebagai tanda sopan santunnya sebagai calon menantu dari wanita yang sedang sakit ini.
“Iya, tante. Aku calon suami Bella. Aku minta maaf kalau pernikahanku dengan Bella mendadak seperti ini. Aku tidak tidak sabar lagi untuk memiliki putrimu ini. Putrimu telah berhasil mencuri hatiku.” Jawab Edo tersenyum pada Eva.
Bella yang mendengar ucapan Edo sedari tadi merasakan kalau jantungnya yang berdegup sangat kencang. Bella menggeleng, dia tidak boleh jatuh hati pada Edo. Tentunya ucapan Edo ini hanya untuk meyakinkan mamanya saja yang masih ragu dengan pernikahan yang akan dilaksanakan oleh mereka berdua.
“Apa kamu sungguh-sungguh mencintai putriku?” Tanya Eva yang ingin memastikan kalau putrinya nanti akan hidup bahagia. Dia tidak mau kalau nanti putrinya akan merasa sakit hati dan menderita nantinya.
“Ya, tante. Aku sangat mencintai putrimu. Izinkan aku menikah dengannya. Aku berjanji akan membahagiakan Bella semampuku dan tidak akan pernah menyakitinya. Karena Bella adalah wanita yang selama ini aku cari.” Ucap Edo ingin menyakinkan mama Bella.
Tidak apa Edo menyatakan cinta pada Bella walaupun seribu kali sekali pun. Yang penting pernikahannya dengan Bella akan tetap dilaksanakan dan tidak ada penghalang sama sekali. Edo hanya menganggap kata-kata cinta yang dia ucapkan itu hanyalah sebuah bualan dan omong kosong saja, tidak lebih dari itu. Bahkan tidak ada maknanya sama sekali.
Eva mengembangkan senyumannya. Dia yakin kalau anaknya akan bahagia bersama dengan pria ini nantinya. Melihat pria ini sangat mencintai putrinya. Eva merasa sangat bahagia, karena putrinya tidak perlu bekerja keras lagi dan tentunya hidupnya tidak akan susah lagi. Karena sudah ada suami yang akan memberinya nafkah.
“Aku hanya ingin kamu bahagiakan putriku dan jangan pernah kamu menyakiti Bella. Bella adalah harta satu-satunya bagiku.” Ucap Eva sambil mengelus-elus punggung tangan putrinya.
Edo mengangguk setuju. Dia akan membahagiakan Bella dengan harta yang dia miliki sekarang. Setelah berpisah nanti, dalam hati Edo berjanji akan memberikan Bella sebuah rumah, uang dan lainnya yang Bella perlukan. Sebagai ucapan terima kasihnya pada Bella yang sudah mau menikah kontrak dengan dirinya.
“Ya, tante. Aku pasti akan membahagiakannya. Tante tenang saja. Jangan khawatir. Aku tidak mungkin menyia-nyiakan wanita yang aku cintai.” Ucap Edo.
“Aku merasa ikut senang Bella akhirnya menikah.” Ucap Eva.
“Ya, aku juga lebih senang kalau dia menikah denganku. Aku harap tante bisa hadir di pernikahan kami nanti. Aku akan bicara pada dokter yang menangani tante untuk membawa tante pulang ke rumah.” Ucap Edo.
Eva yang mendengar dirinya akan pulang ke rumah, langsung saja melebarkan senyumnya. Dia merasa sangat senang karena dia tidak usah berlama-lama lagi di rumah sakit ini.
“Iya. Aku memang mau segera pulang dari rumah sakit ini. Bella tidak mengizinkan aku pulang.”
Edo tertawa mendengar perkataan calon ibu mertuanya barusan dan beralih menatap Bella yang sedari tadi hanya diam dan tidak mengatakan sepatah kata pun.
“Bella tidak mau tante kenapa-napa. Tapi, tante tangang saja. Setelah tante pulang ke rumah nanti, aka nada dokter yang datang ke rumah tante mengecek kesehatan tante.” Ucap Edo.
Bella dan Eva hanya mengangguk setuju. Mereka tidak mau membantah ucapan Edo itu. Karena Edo sudah banyak membantu mereka.
“Terima kasih banyak.” Ucap Bella pada Edo.
Edo mengangguk. Dia memang tampaknya sangat baik sekali di mata mereka. Bisa mendapatkan ucapan terima kasih dari Bella terus-menerus. Dan Edo melakukan semua itu tidak gratis. Asalkan Bella mau menikah dengannya, itu merupakan hal yang sangat penting baginya. Rasanya Edo sudah tidak sabar untuk menikah dengan Bella secepatnya.
Bagaimanakah pesta pernikahan Edo dan Bella nanti? Apakah pesta pernikahan mereka berjalan dengan lancar atau sebaliknya? Nantikan jawabannya pada bab berikutnya……………