Bab 11
Bella menatap takjub rumah keluarga Edo yang berada di depan matanya sekarang. Dia sering melihat rumah orang kaya yang besar dan megah. Rumah keluarga Edo bagaikan istana kerajaan Inggris. Sangat besar dan megah. Bella meringis membayangka dirinya akan menikah dengan pria dari kalangan atas.
Memang setiap orang mengatakan bahwa kita sama-sama manusia dan semua sama derajatnya, tidak ada yang membedakan. Tapi, tetap saja harta yang akan membedakan setiap manusia. Karena di dunia ini ada yang miskin dan ada yang kaya.
Banyak orang kaya yang mengejek orang miskin dan mengatakan kalau orang miskin tidak sederajat dengan mereka. Selalu saja perkataan seperti itu yang didengar oleh Bella sejak dirinya hidup di atas dunia ini. Dan tidak sedikit dia mendapat hinaan dari orang-orang yang ada di sekitarnya.
“Ini rumahmu?” Tanya Bella yang tidak melihat ke arah Edo.
Edo mengangguk. “Ya, inilah rumahku. Tapi, aku tidak tinggal di sini.” Jawabnya.
Bella menatap bingung pada Edo. “Ini rumah Edo, tapi kenapa dia tidak tinggal di sini? Jadi selama ini dia tinggal dimana?” Tanyanya dalam hati.
“Aku tinggal di apartemen. Aku malas tinggal di sini. Setiap hari orang tuaku selalu mengomel tidak jelas.” Ucap Edo mendengus, seolah-olah dia tahu apa yang sedang dipikirkan oleh Bella saat ini.
Bella semakin bingung. “Orang tua mana yang dimaksudkan olehmu? Kenapa orang tuamu selalu mengomel tidak jelas padamu yang kaya dan tampan ini?” Tanyanya lagi.
Edo melihat ke arah Bella, kemudian tertawa pelan. Dia langsung menarik tangan Bella. Diajaknya masuk ke dalam mansion keluarganya. Dia tidak akan menjawab pertanyaan Bella tadi, yang tampak kebingungan dan tidak mengerti sama sekali. Edo malas menjelaskannya pada Bella. Baginya Bella akan mengetahuinya nanti.
“Ayo, kita masuk. Nanti di dalam kamu akan bertemu dengan kedua orang tuaku. Kamu harus menutup kupingmu karena mereka sangat cerewet sekali.”
“Siapa yang kamu bilang cerewet? Jangan begitu. Nanti kamu jadi anak durhaka mengatai orang tuamu sendiri.” Kata Bella menasehati.
“Siapa yang kau bilang cerewet, anak durhaka?”
Edo dan Bella langsung menengok ke sumber suara yang berbicara barusan. Edo tertawa pelan, kemudian menghampiri wanita separuh baya yang mengatainya sebagai anak durhaka.
“Ma, jangan sering-sering mama memanggilku dengan sebutan anak durhaka. Aku ini anak berbakti dan juga baik hati.” Ucap Edo pada mamanya, kemudian memeluk mamanya dengan erat.
Lina adalah nama mama Edo. Dia mendengus. Putranya ingin dibilang baik, tapi kelakuannya seperti iblis. Lina melepaskan pelukan putranya, kemudian menatap pada gadis yang dibawa putranya. Gadis itu hanya menunduk seolah-olah tidak berani menatap ke arahnya.
Lina terlihat berpikir sejenak, “Siapa gadis yang dibawa Edo ini? Kelihatannya gadis ini bukan wanita jalang yang sering aku dengar.” Tanyanya dalam hati. Dia meringis mengingat anaknya yang yang terus dekat dengan wanita-wanita yang tidak benar sama sekali. Wanita-wanita itu hanya ingin menguras uang Edo saja.
“Siapa dia?” Tanya Lina sambil menunjuk gadis di depannya.
Edo menatap ke arah Bella dan tersenyum, berjalan menghampiri Bella, kemudian menarik tangan Bella untuk lebih dekat dengan mamanya. Dia akan mengenalkan Bella lebih dulu pada mamanya, siapa Bella sebenarnya. Tentu saja dia tidak akan mengatakan pada mamanya akan merencanakan pernikahan kontrak.
“Gadis ini adalah calon istri Edo, ma. Berita di media sosial itu semuanya bohong, ma. Edo bahkan sekarang sudah memiliki calon istri yang sangat cantik dan tentunya Edo juga sangat mencintainya, ma.” Deg……………
Jantung Bella berdetak lebih kencang ketika Edo mengatakan cinta. Bella menggelengkan kepalanya mengartikan secara diam-diam kalau mana mungkin Edo mencintai dirinya. Pria itu pasti berbohong di hadapan mamanya. Edo hanya sedang berusaha sekuat tenanganya untuk menyakinkan keluarganya kalau pernikahannya nantinya akan benar-benar terlihat sungguhan terjadi karena atas dasar cinta.
Lina yang mendengar ucapan Edo sangat terkejut dan lamgsung menarik Bella agar lebih dekat dengannya. Menatap Bella dari ujung rambut sampai ujung kaki.
“Apa Edo serius dengan kata-katanya? Apa benar kamu adalah calon istri anakku? Bukan wanita yang dibayar untuk mengaku-ngaku jadi calon istri anakku dan bukan menutupi sifat buruk anakku ini?” Tanya Lina karena dia merasa tidak yakin atas perkataan Edo tadi. Apalagi Edo terkenal dengan sifat playboy-nya, malah sekarang tiba-tiba datang mengenalkan calon istrinya padanya.
Apakah dunia sudah mau kiamat?
Edo mendengus mendengar ucapan mamanya, selalu saja seperti itu. “Ma, mama jangan berprasangka buruk terus padaku. Mana mungkin aku membayar Bella untuk berpura-pura menjadi calon istriku. Aku mencintainya dan dia juga mencintai aku. Benar kan, sayang?” Edo memeluk Bella dan mencium pipinya sekilas.
Lina memejamkan matanya dan mendesah kasar. Tidak ada angin dan tidak ada hujan, tiba-tiba saja Edo membawa calon istrinya. Sungguh diluar nalar. Sungguh hebat sekali. Tidak ada kata perkenalan sedikit pun.
“Bawa gadismu masuk ke ruang keluarga. Kebetulan juga adik-adikmu sedang berkumpul hari ini.” Ucap Lina.
Edo mengangguk, kemudian menggandeng tangan Bella untuk membawanya ke ruang keluarga, tempat keluarganya sering berkumpul. Bella terliat sangat gugup. Dia tidak tahu harus berbuat apa di depan keluarga Bella. Edo tiba-tiba saja membawanya ke sini, bahkan sebelumnya dia tidak mengatakan apa pun pada Bella.
Edo yang menyadari kegugupan Bella, dia tertawa pelan, kemudian mengusap punggung tangan Bella. “Kamu jangan gugup. Kamu hanya perlu menjadi dirimu sendiri dan jangan katakan kalau kita menikah secara kontrak di depan keluargaku.” Bisik Edo ke telinga Bella.
Bella mengangguk mengerti dan berusaha menenangkan pikirannya. Dia tidak boleh gugup, apalagi kalau terlihat seperti berbohong.
“Wah… Wah… Apakah kalian di sini berkumpul setiap hari, semenjak aku tidak tinggal di sini lagi?” Edo menyindir pada adik-adiknya yang sedang berkumpul itu.
“Kamu pulang, kak? Tumben kamu pulang hari ini. Masih ingat jalan pulang juga rupanya.” Balas salah satu adik Edo.
Edo tertawa mendengar ucapan adik bungsunya itu. Dia melangkahkan kakinya mendekati adik bungsunya. “Kamu semakin pintar menyindir orang, Selly.” Ucapnya sambil memeluk adik bungsunya itu.
Selly Dirgantara adalah anak bungsu keluarga Dirgantara. Dan sedang menempuh pendidikan di universitas ternama di luar negri. Selalu saja bisa melawan ucapan pedas Edo, bahkan dia tidak pernah merasa takut dengan Edo.
“Aku belajar darimu! Ups… Salah! Aku belajar dari saudara-saudaraku yang sering menyindir.” Ucap Selly.
Ucapan Selly barusan membuat Edo tertawa.
Semua anggota keluarga Dirgantara menatap pada Bella. Mereka sangat bingung siapa wanita yang berada di depan mereka ini. Apakah wanita ini adalah salah satu teman tidur Edo?
“Edo, siapa wanita ini? Apa dia wanitamu?” Tanya Robin, papa Edo.
Edo mendengus mendengar ucapan papanya. Tidak bisakah keluarga Dirgantara berpikir yang positif sedikit saja padanya.
“Dia Bella, calon istriku, pa.” Jawab Edo. Jawaban Edo membuat seluruh anggota keluarga Dirgantara menjadi terkecut, kecuali Selly, tentunya.
Robin menatap Bella dari ujung rambut sampai ujung kaki. Dia menilai kalau gadis yang ada di depannya sekarang ini adalah gadis baik-baik, tidak seperti yang sering didekat Edo. Semuanya wanita jalang.
“Apa kamu benar-benar calon istri anakku? Kamu pasti sedang linglung sekarang, sehingga tidak sadar mengiyakan permintaan Edo untuk menikahimu.” Ucap Robin pada Bella.
Bella mengerutkan keningnya. Kenapa semua anggota keluarga Edo bilang seperti itu padanya? Kenapa semua orang di rumah Edo tidak percaya kalau dia bukan calon istrinya? Sebenarnya apa yang terjadi?
Malah mengatakan kalau Bella yang linglung? Malahan pikiran Bella sehat saat menerima Edo. Lebih tepatnya menerima persyaratan dari Edo.
“Pa, papa jangan mengada-ada. Mana mungkin Bella linglung saat menerimaku. Kami saling mencintai. Dan sudah sewajarnya kami merencanakan untuk menikah.” Ucap Edo sambil tersenyum manis pada Bella.
Robin mendengus, “Kenapa Edo sekarang terlihat seperti seorang budak cinta. Apa mungkin keturunan Dirgantara semuanya seperti itu? Sekarang terlihat jelas kalau anggota keluarga Dirgantara semuanya terlihat seperti budak cinta.”
“Aku masih tidak percaya. Kamu sering menjadi pendusta, Edo. Kamu hanya suka main-main dengan wanita dan tidak bisa berubahnsampai saat ini. Kali ini pun aku tidak percaya padamu lagi.” Ucap Robin menatap Edo penuh selidik.
Edo mengumpat dalam hatinya. Dia tidak menyangka kalau ternyata papanya ini pandai sekali mengintimidasi orang. Dalam pikirannya dia tidak boleh terlena dan harus menyakinkan papanya. Demi misi memperbaiki nama keluarganya dan juga kehidupan dia yang bebas tanpa ada berita miring nantinya, dia tidak boleh sampai gagal. Dia harus berhasil.
“Kalian seolah-olah tidak percaya kalau aku mau menikah. Dan kalian boleh tidak percaya aku akan menikah. Sekarang aku akan menikah dengan gadis yang aku cintai.” Ucap Edo sambil tersenyum manis.
“Tidak. Kami tetap tidak akan percaya padamu.” Ucap keluarga Edo serempak.
Apa yang akan terjadi pada Edo selanjutnya? Ikuti terus cerita Edo dan Bella selanjutnya………