Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

4.PACARKU PELAMPIASAN (POV REY)

Pagi itu seperti bias aku bangun jam 6, aku langsung mandi dan siap-siap untuk berangkat ke sekolahan. Namun sebelum itu mbak Eni menyuruhku untuk sarapan. Karena tidak ada papah di rumah, akhirnya aku makan pagi sendiri an. Dalam hatiku masih bertanya-tanya, apakah iya papah lembur di kantor, atau itu hanya alasannya saja yang aslinya papah nginep di rumah calon istrinya.

Aku menggelengkan kepalanya, betapa hebatnya papah yang sudah berumur 40 tahunan bisa mendapatkan dua perempuan muda sekaligus. Tapi gak apa-apa sih, kalo papah menikahi mereka, itu berarti nanti aku bisa manja-manja sama kedua ibu tiri yang cantik dan memiliki tubuh yang montok.

Tanpa aku sadari ternyata sejak tadi mbak Eni memperlihatkan aku yang senyum-senyum sendiri.

"Kamu kenapa, Den? Makan kok sambil senyum-senyum?" tanya mbak Eni yang saat itu sedang duduk sambil menyetrika baju.

"Owh, enggak. Aku seneng aja, Mbak. Makasih yah semalam udah mau bantuin aku," jawabku tersenyum.

"Iya ... Sebenarnya suda lama mbak juga tahu kalo kamu sering main sendiri," ucap mbak Eni yang seketika membuat ku kaget

Aku teridiam heran, kenapa mbak Eni bisa tahu kalo aku sering melakukan hal itu ketika sudah nonton film blue.

"Mbak ngarang aja. Tahu dari mana, Mbak?" tanya ku penasaran.

"Tiap pagi kan mbak selalu ngambil sampah di kamar den Rey. Mbak sering lihat banyak sampah tisu yang ada cairan itu," jawab mbak Eni sembari meledek.

Sumpah aku malu banget mendengar itu. Tapi ya sudahlah toh mbak Eni juga sudah tahu dan dia juga siap buat bantuin aku jika aku pengen. Di situ aku hanya senyum-senyum saja. Setelah sarapan aku pamit sama mbak Eni lalau berjalan keluar menuju garasi.

Dengan menggunakan motor sport aku pun berangkat ke sekolahan. Tapi sebelum langsung ke sekolahan, aku jemput Vita terlebih dahulu karena dia gebetan ku. Vita itu orangnya cantik, selain itu juga dia pinter. Selama aku pacaran sama dia, aku belum pernah melakukan hal yang lebih selain hanya ciuman.

Namun setelah aku merasakan sentuhan dari seorang perempuan, ya walaupun itu dari pembantu ku. Tapi disitu lah aku merasa ingin sekali melakukan pacaran dan bisa menjamah tubuh Vita. Setelah melaju kurang lebih sepuluh menit, akhirnya aku sampai di depan rumah kediaman Vita. Untungnya saat itu dia sudah menunggu di luar gerbang rumahnya, jadi aku tidak perlu repot-repot untuk mengajaknya berangkat.

"Pagi, Sayang," sapa ku lalu tersenyum.

"Pagi juga, Sayang," jawabnya.

Vita hari itu terlihat lebih cantik, entah kenapa mataku tertuju ke arah buah dadanya. Ya walaupun masih berukuran tidak begitu besar, tapi aku ingin merasakan meremas-remas buah dada kekasihku itu.

"Ehh ... Kamu lihatin apa sih, Sayang?"

Sontak aku kaget dan langsung mengalihkan pandangan ku. Aku garuk-garuk kepala ku yang tidak gatal.

"Ya udah yuk, naik," ucapku yang tidak mau dicurigai aneh-aneh.

Akhirnya Vita naik dan aku langsung tancap gas, aku mempercepat laju motor ku, disitu Vita memeluk erat, dan di saat itu juga aku merasakan ada yang mengganjal di punggung. Aku yakin itu buah dadanya. Dengan begitu aku semakin sengaja memainkan gas motor. Namun Vita nampaknya tidak suka, ia langsung memprotes dan memintaku untuk membawa motor yang benar.

***

Pukul 15:00 Sepulangnya dari sekolahan aku dan Vita tidak langsung pulang. Karena hari itu aku ingin berlama-lama bersamanya, Hinga akhirnya aku ajak dia makan di salah satu restoran supaya bisa berduaan.

"Gak apa-apa kan, Sayang? Kalo kita pulang nanti aja?" tanya ku.

"Ya enggak apa-apa lah. Kan ortu aku juga udah tahu, dan papah sama mamah juga percaya jika aku sama kamu, Sayang."

Mendengar jawaban Vita, aku sangat senang. Karena dengan begitu aku bisa lebih lama berduaan, dan akan aku coba meminta sesuatu kepadanya. Sumpah hari itu aku benar-benar ingin melakukan hal seperti gaya pacaran temen-temen ku yang lain, mereka bahkan sudah sering melakukan hal yang lebih dari ciuman.

"Kamu kenapa sih, Sayang? Dari tadi kok senyum-senyum gitu lihatin aku?"

"Aku seneng aja, Sayang. Abisnya kamu cantik sih," ucapku merayu.

"Ahh kamu gombal terus." Vita terlihat malu-malu.

"Serius loh. Hari ini kamu tuh beda banget," ucap ku.

"Beda apanya sih? Aku biasa aja kok, gak ada yang berubah," ucapnya.

"Ada kok. Itu bibir kamu pake apa coba?"

"Owh ini. Ya pake lipstik tipis-tipis aja," jawabnya tersenyum.

Senyumnya begitu manis, ingin rasanya aku melumatinya, namun aku harus tahan keinginan ku karena aku sadar posisiku sedang berada di sebuah restoran mewah yang banyak orang. Hingga mau tidak mau, aku harus menunggu dan mencari tempat lain.

"Sayang. Habis ini kita ke taman yang di sana yuk," ucapku mengajak.

"Boleh, aku sih terserah kamu aja, Sayang."

Jawaban Vita membuat ku tersenyum, ternyata dia mau aja aku ajak kemana-kemana. Aku beruntung bisa mendapatkan dia, selain dia cantik, dia juga nurut terhadap ku. Meski begitu aku belum pernah sama sekali menyentuh bagian-bagian terlarang, kita berdua hubungan biasa saja, hanya sekedar pelukan dan ciuman, tidak lebih dari itu.

Namun kali ini, aku benar-benar ingin melakukan hal yang lebih dari itu. Meskipun tubuhnya belum seindah tante Aina dan tante Aini, tetapi yang terpenting aku bisa menjamahnya, dan aku bisa mendapatkan kenikmatan darinya.

Setelah selesai makan di restoran itu, sesuai keinginanku, akhirnya aku langsung mengajak Vita menuju taman yang tidak jauh dari restoran itu. Taman itu sudah biasa dijadikan tempat orang-orang pacaran, hingga aku memutuskan untuk berduaan di tempat itu. Vita dengan senang hati mengiyakan ajakan ku, karena dia pun ingin berlama-lama berduaan dengan ku.

Sesampainya di sana, kita aku mencari-cari tempat yang nyaman, setelah aku lihat ada bangku kosong dan terlihat di sebelah sana nampak sepi, aku langsung menggandeng tangan kekasihku menuju ke sana. Sore itu masih terlihat ramai, aku dan Vita hanya duduk-duduk ngobrol dan bercanda di taman itu.

Tidak terasa akhirnya tiba malam hari, yang dimana lampu-lampu yang menghiasi taman itu sudah menyala dengan indah. Aku merasakan nyaman berada di tempat itu, begitu juga dengan Vita, aku lihat dia sangat menyukai tempat itu.

Di situlah aku genggam tangannya, aku mulai merayunya. Vita sedikit kaget dengan kelakuan lu yang beda, aku selalu memegang pahanya dan sesekali menyentuh buah dadanya.

"Sayang ... Ihh kamu kenapa sih?"

Vita benar-benar heran melihat ku. Aku hanya tersenyum dan mengatakan bahwa aku sangat mencintainya, dan aku ingin pacaran yang bebas.

"Ih kamu kok aneh sih, gak biasanya loh kamu kayak gini," ucapnya seperti heran menatap ku.

"Habisnya kamu cantik banget, Sayang."

Aku kembali merayunya, namun tanganku tidak mau melepaskan genggamannya. Disitu lah aku langsung mendaratkan bibirku, aku lumat bibirnya yang lembut. Vita diam saja, dia pun sepertinya menikmati permainan itu. Namun ketika aku menyentuh buah dadanya, sontak dia kaget dan mencoba menepis tangan ku.

"Yang ... Jangan pegang bagian ini lah," pintanya.

Aku hanya tersenyum saja, dan sedikit memaksa untuk meremas-remas buah dadanya yang masih berukuran kecil.

"Hhhhmmmhhh.

Dia terlihat mulai menggeliat, sepertinya Vita mulai menikmati setiap sentuhan tanganku. Walaupun tidak terlalu lama aku melakukan hal itu, namun aku cukup merasa senang karena aku bisa meremas-remas buah dadanya. Aku yang sangat bernafsu, ingin rasanya menuntaskan hasrat birahiku.

"Sayang. Kita ke sana yuk," ucapku mengajak ke sebuah tempat yang di situ terlihat rimbun dengan pepohonan bonsai.

Aku menunjuk tempat itu supaya tidak ada orang yang melihat kemesraan aku dan dia. Vita terlihat kaget, ia menatapku heran. Namun aku terus merayunya supaya dia mau menuruti ku. Vita tidka tahu dengan apa yang ingin aku lakukan, tetapi sepertinya dia sudah bisa menebak karena melihat celana yang aku kenakan nampak menyembul.

*****

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel