Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

3.PEMBANTU YANG PERHATIAN (POV REY)

Karena terus diledek seperti itu, dan aku rasa tida ada salahnya juga berterus terang sama mbak Eni. Aku langsung paham dengan pertanyaan.

"Kenapa? Serius loh, mbak nanya ini, udah keluar belum?"

Dengan perasan malu, akhirnya aku menjawab pertanyaan mbak Eni,"Belum, mbak"

Mbak Endi malah tertawa, kalo dilihat-lihat mbak Eni ini orangnya cukup cantik juga sih, cuma mungkin karena tidak berdandan aja. Tapi meski tanpa makeup, aku bisa melihat kali mbak Eni benar-benar cantik meski usianya sudah melebihi angkat 30 tahunan.

"Jadi belum?" tanya mbak Eni sambil senyum-senyum.

"Belum, Mbak. Tadi mau keluar gak jadi, mbak Eni sih ngetuk pintu," ucapku seolah kecewa.

"Hehe ... Ya sudah, sini Mak yang kocokin, biar cepet keluar," ucap mbak Eni.

Di situ aku kaget, perkataan mbak Eni benar-benar membuat aku tidak percaya karena dia seperti rela membantu ku untuk menuntaskan hasrat birahi yang sejak tadi menyelimuti ku. Mata mbak Eni menatap ke arah celanaku yang menyembul, aku merasa malu diperhatikan seperti itu olehnya.

"Jangan lihatin, Mbak," ucapku yang langsung menutupnya dengan kedua tanganku.

"Kenapa harus malu? Wajar lah kalo kamu ereksi. Itu tandanya kamu normal," balas mbak Eni.

Aku pikir iya juga sih apa yang dikatakan sama mbak Eni. Karena aku yang merasa sudah terlanjur diketahui, dan batang kejantanan ku yang juga tidak mau lemas, akhirnya aku mengiyakan ucapan mbak Eni yang seolah menawarkan diri untuk membantu ku menuntaskan birahi.

"Udah kamu diem aja, kamu berbaring aja."

"Iya, Mbak," ucapku pelan.

Dalam hati aku merasa senang karena ternyata mbak Eni ngertiin aku. Di atas tempat tidur aku langsung merebahkan tubuhku dengan posisi terlentang, hingga semakin jelas celana kolor yang aku kenakan menyembul. Mbak Eni hanya tersenyum menatap ku.

Meski begitu, aku masih merasa malu, karena belum pernah merasakan dikocok oleh perempuan selain main sendiri.

"Kamu nikmatin saja yah," ucap mbak Eni tersenyum.

Aku hanya diam sambil mengangguk. Perlahan-lahan mbak Eni menurunkan celana yang aku kenakan. Saat itu aku menatap baik-baik ekspresi mbak Eni yang seketika kaget melihat batang kejantanan ku yang sudah berdiri keras.

"Besar banget, Den."

Mbak Eni sepertinya kaget melihat ukuran batang kejantanan ku yang memang cukup besar dan panjang. Tangan mbak Eni memegang pelan senjataku.

"Emmmmm."

Di situ aku merasa melayang, Meksi pun hanya sebatas baru disentuh, namun aku sudah merasakan kenikmatan. Mbak Eni tidak langsung mengocok, ia terlihat memperhatikan baik-baik bantang kejantanan ku, dia terlihat menyukainya.

"Kamu masih sekolah, tapi punya mu gede banget, Den," ucap mbak Eni.

"Emang kenapa, Mbak?" tanyaku heran.

"Den. Suami mbak aja barangnya kecil, tapi punya mu ini gede banget," balas mbak Eni sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

Aku tersenyum, aku mengerti bahwa ternyata perempuan suka yang gede. Karena mbak Eni terus memegangi senjataku, yang akhirnya batang kejantanan ku semakin keras, aku merasa ingin segera dikocok oleh tangan orang lain.

"Kamu diam yah," ucap mbak Eni.

Aku hanya mengangguk, di sat itu lah mbak Eni perlahan-lahan menggerkan tangannya mengocok batang kejantanan ku.

"Hhhmmmm."

Sentuhan itu benar-benar membuat ku merasa kenikmatan, kocokan tangan mbak Eni membuatku mengerang kenikmatan. Mbak Eni hanya senyum-senyum melihat aku yang menggeliat. Kocokan tangan mbak Eni semakin lama semakin cepat.

Disitu aku yang sudah semakin bernafsu, meminta mbak Eni untuk membuka bajunya karena aku ingin meremas buah dadanya, walaupun suda tidak sekencang dan sebesar milik Tante Aina dan tante Aini, namun aku pikir itu sebagai pelatihan buatku.

Mbak Eni menuruti permintaan ku, hal yang belum pernah aku lakukan sebelumnya, kini aku bisa merasakan meremas buah dada perempuan. Meskipun aku mempunyai pacar, tapi aku tidak pernah melakukan hal itu. Nafsuku semakin memburu, aku remas kuat-kuat buah dada mbak Eni hingga dia pun menggeliat seolah menikmati sentuhan tanganku.

Saat itu aku yang juga sering nonton film panas, aku meminta mbak Eni untuk mengulum batang kejantanan ku.

"Kocok pake mulut, Mbak," pintaku.

"Pake mulut? Kamu mau di sepong?"

"Iya, Mbak. Aku pengen banget merasakan itu," jawab ku dengan nafas yang menggebu-gebu.

Mbak Eni tersenyum lalu mengambil posisi, tanpa lama-lama lagi, mbak Eni memasukan batang kejantananku kedalam mulutnya.

"Mmmm"

Mbak Eni terlihat kesulitan, karena ukuran batang kemaluanku yang besar. Namun aku tidak tinggal diam, aku sedikit memaksanya, kedua tanganku memegang kepalanya lalu menekannya supaya senjataku bisa masuk kedalam mulutnya.

"Ahhhhh. Ini enak banget, Mbak."

Aku memejamkan mata, sumpah pertama kalinya aku memasukkan batang kejantananku kedalam mulut perempuan, rasanya benar-benar nikmat. Meski sedikit kesulitan, namun akhirnya mbak Eni mulai mengocok senjataku perlahan-lahan. Aku benar-benar menikmatinya.

Entah kenapa saat itu aku semakin bernafsu, hingga aku pegang kembali kepala mbak Eni supaya lebih cepat mengocoknya. Terlihat mbak Eni kesulitan, aku merasakan batang kejantanan ku masuk kedalam tenggorokannya, itu sungguh nikmat.

"Uhhhhh ... Enak banget."

"Lebih cepat lagi, Mbak," pintaku sambil menekan kepala mbak Eni.

Aku menikmati permainan itu, rasanya benar-benar enak, dan aku juga tidak diam saja, aku terus menekan-nekan kepala mbak Eni supaya batang kejantanan ku bisa masuk lebih dalam mengocok mulutnya. Nafasku memburu, keringat pun sudah bercucuran, aku merasakan aliran darahku semakin memuncak.

"Ayok cepet, Mbak, ayok sedikit lagi," pintaku pada mbak Eni, karena aku merasakan batang kejantanan ku akan mencapai klimaks.

Mbak Eni seolah sudah mengerti, dia mempercepat mengocok senjataku dan akhirnya.

"Aaarrrgghhhh."

Aku mengerang nikmat, batang kejantanan ku berdenyut-denyut sambil menyemburkan lahar hangat di dalam mulut mbak Eni," Hhhmmmpp"

Rasanya benar-benar nikmat, aku tekan kepalanya supaya cairan yang aku keluarkan tidak jatuh. Terlihat mbak Eni kesulitan, dia memberikan kode supaya aku melepaskan tangan ku. Namun aku yang sedang menikmati puncak kenikmatan, aku abaikan saja dia.

Setelah batang kejantanan ku tidak lagi berdenyut, akhirnya aku melepaskan tangan ku. Saat itu juga mbak Eni langsung mengeluarkan batang kejantanan ku dari dalam mulutnya. Aku hanya tersenyum melihat mbak Eni yang terlihat bergegas mengambil tisu yang ada di meja kecil. Mbak Eni menutup mulutnya rapat-rapat sebelum akhirnya ia menumpahkan cairan itu dari dalam mulutnya.

Aku lihat cairan yang keluar dari mulut mbak Eni terlihat banyak, mbak Eni menumpahkannya di beberapa lembar tisu.

"Aduh, Den ... Banyak banget sih keluarnya," ucap mbak Eni seolah heran.

"Iya, Mbak. Soalnya aku udah lama gak ngeluarin," jawabku sambil tertawa kecil.

"Pantesan banyak. Ya udah yah, mbak mau istirahat. Kamu juga istirahat lah, besok kan mau sekolah."

"Iya, Mbak. Makasih yah," ucapku tersenyum.

Aku merasa beruntung, akhirnya aku bisa menuntaskan birahiku, ya walaupun tidak oleh Tante Aina dan tante Aini, tapi aku bisa mendapatkan kenikmatan yang dikasih oleh mbak Eni. Aku tak menyangka mbak Eni perhatian banget, dia mau membantuku. Hingga aku pikir sekarang aku tidak susah lagi kalo aku lagi kepengen.

Akan aku jadikan mbak Eni sebagai pelampiasan nafsu ku yang seketika datang ketika melihat kemolekan tubuh wanita. Dan disaat itu juga aku kepikiran untuk memanfaatkan kekasih ku, karena dari semenjak pacaran aku belum pernah menjamah tubuhya dan hanya masih sebatas ciuman.

"Pokoknya aku harus bisa mendapatkan semua yang aku inginkan," ucapku penuh ambisi.

*****

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel