Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Sekertaris pengganti

Hari yang di nanti tiba, kini saatnya Olivia memulai hidup barunya. Tidak ada waktu lagi untuk bersedih, dia harus segera menuntaskan dendamnya secepatnya.

Targetnya adalah Nicholas Ganesha, seorang pengusaha muda dengan banyak usaha guritanya. Dia juga mendengar kabar kalau pria itu suka dengan dunia malam.

Bila dunia malam sudah melekat, itu berarti pria itu sangat mudah di taklukkan. Olivia hanya perlu berpakaian kurang bahan dan sedikit ketat. Dia harus sedikit gila untuk menghadapi orang gila.

Entah kenapa semua pria sama saja. Hanya memandang fisik dan paras. Semua akan bertekuk lutut.

Kini Olivia sudah siap dengan rok span pendek sedikit ketat dan kemeja putih dengan balutan jas hitam. Rambutnya panjangnya sengaja dia gerai agar terlihat lebih menawan.

Dia meraih map yang ada di hadapannya. Di dalamnya sudah terisi lengkap semua persyaratan untuk masuk ke perusahaan terbesar tempat Nicholas berada.

Anton sudah menyiapkan segalanya. Dia sangat bersyukur masih ada orang yang tulus membantunya.

Olivia segera keluar kamar dan melangkah menuju ruang makan, di sana sudah ada Anton dan istrinya. Tidak ketinggalan dua anak yang sedang menantikan kedatangannya.

"Wah, Kakak, cantik banget," puji kedua anak itu bersamaan.

Penampilan Olivia saat ini memang sangat memukau, hanya sekali kedip. Pasti Nicholas akan terpesona.

"Nyonya luar biasa," ucap Anton kagum.

"Olivia, Paman." Olivia menatap tajam ke arah Anton. Menegaskan agar dia memanggilnya dengan namanya saja.

Anton dan Fika tersenyum. Mereka mulai melihat perubahan pada Nyonya mudanya ini. Setidaknya kebangkrutan ini bisa memberi pelajaran yang begitu berarti.

Olivia duduk di samping Fika. Di hadapannya sudah tersaji sepiring nasi dan beberapa lauk seperti telur dan tempe. Di tambah beberapa sayuran yang di tumis.

Menu ini adalah menu alakadarnya. Namun memiliki kesan tersendiri bagi Olivia. Sebelumnya dia pernah mencaci makanan ini. Saat ini, mereka lah yang mengisi perut kosongnya.

"Maaf ..." Fika tidak dapat menghentikan kalimatnya karena di potong oleh Olivia.

"Terima kasih, Bibi, aku akan memakannya. Aku ... aku hanya ingin beradaptasi dengan semua ini." Olivia mencoba menahan air matanya yang mulai turun.

"Kakak pulang jam berapa?" tanya Boy sambil melahap sesendok nasi.

"Kalau urusan Kakak cepat selesai, pasti Kakak langsung pulang." Olivia bersemangat.

"Kita main boneka nanti, Kakak mau kan?" ucap Gadis penuh harap.

Olivia tidak mampu menahan rasa harunya. Di saat seperti ini. Dia menemukan keluarga yang memberi kehangatan dalam hidupnya.

Olivia melempar pandangan ke Fika dan Anton. Mereka tersenyum teduh. Seolah tau apa yang di maksud Olivia, Fika segera mengambil alih pembicaraan ini.

"Doakan pekerjaan kakak lancar, dan kalian akan bermain bersama nanti. Sekarang kita sarapan," ucap Fika melempar pandangan ke arah kedua anaknya.

Boy dan Gadis patuh. Mereka mulai fokus dengan sepiring sarapan paginya tanpa berisik. Kini giliran Anton yang akan menjelaskan pekerjaan Olivia nanti.

"Aku sudah menghubungi pihak kantor, kau hanya perlu menemui sekertarisnya saja." Anton meneguk air putih.

"Kau sangat beruntung, sekertarisnya akan mengundurkan diri dan kau yang akan menjadi penggantinya," lanjut Anton setelah segelas air berpindah ke perutnya.

Olivia mengangguk lirih, sepertinya semua ini tidak sesulit yang dia kira. Memang peran orang dalam sangatlah penting dalam mencari pekerjaan.

Coba saja Olivia tidak punya, pasti dia saat ini masih di jalanan dan entah apa yang akan terjadi.

"Terima kasih ..." ucap Olivia menundukkan kepala.

"Oke guys waktunya kalian berangkat, Mama akan mengantar kalian," ucap Anton bersemangat.

Dia tau apa yang akan di ucapkan oleh Olivia. Telinganya sudah panas mendengar ucapan terima kasih dan maaf yang di ucap berkali-kali pagi ini.

Saat ini yang dia lakukan hanya menolong orang yang berjasa dalam hidupnya. Meskipun dia berhutang pada orang tuanya, tetap saja Olivia pantas mendapatkan ini.

Fika mencium tangan Anton di ikuti oleh Boy dan Gadis. Kedua anak itu tidak lupa mendaratkan ciuman ke punggung tangan Olivia.

Ini merupakan hal baru baginya dan semua terasa sangat canggung.

"Sampai jumpa nanti Kakak," ucap Gadis melambaikan tangan.

Di tempat yang berbeda. Seorang pria sedang asik memainkan rambut wanita yang saat ini berada di pangkuannya.

Sedangkan jemarinya yang lain sedang asik berselancar di pangkal tubuh wanita tersebut. Wanita itu hanya mampu menikmati semua permainan gila ini.

Sebentar lagi dia tidak akan lagi merasakan belaian lembut ini. Sesungguhnya ini sangat nikmat, tetapi dia tidak bisa terus menjadi boneka pria arogan yang saat ini memangkunya.

Terdengar lenguhan panjang, jemari wanita itu mencengkram erat tengkuk sang pria.

Pria tersebut segera merubah posisi dan memutar wanita itu, sehingga mereka saat ini saling berhadapan.

Sebuah benda keras sudah menggelitik pangkal tubuh wanita tersebut.

"Kenapa kau menghalanginya?" tanya Nich.

"Maaf Pak ..." wanita tersebut menunduk.

Tanpa pikir panjang Nich merobek kain penghalang dan membuangnya kesembarangan arah.

"Pak, saya mohon. Saya akan menikah sebentar lagi " Wanita itu menatap Nick dengan wajah melas.

"Tidak lama, hanya 15 menit saja," ucap Nich mulia membuka kancing kemejanya.

Nich menggeser wanita itu sedikit mendekat dan merasakan kehangatan di bawah sana. Sudah mulai terasa berair.

"Lihatlah, mulut dan tubuhmu sangat berbeda." kekeh Nick.

Benda keras itu sudah merasakan kehangatan, hanya kurang satu dorongan lagi dia bisa merasakan surga dunia.

Sayangnya telpon berdering nyaring. Ini adalah kesempatan emas wanita itu.

"Maaf Pak, saya harus mengangkat telpon." Wanita tersebut beranjak dari pangkuan Nick.

Dengan berat hati Nick melepaskan mangsanya.

"Sial, entah siapa itu. Kau harus membayar ini semua," ucap Nick geram. Dia sangat tidak suka bermain setengah-setengah seperti ini.

"Baik, antar dia keruangan Pak Nicholas," ucap Wanita itu dengan mata berbinar.

"Siapa?" tanya Nich ketus. Sambil merapikan bajunya.

"Pengganti saya sudah datang Pak," jawab wanita itu.

"Lihat, apakah dia bisa melayaniku sepertimu. Kalau tidak? Kau harus kembali ke sini!"

Wanita itu segera melangkah menuju kamar mandi untuk merapikan penampilannya yang baru saja di berantakan oleh sang Bos.

Nich menatap penuh kecewa saat wanita yang biasa melayaninya harus pergi begitu saja. Entah siapa pengganti wanita itu, semoga saja dia bisa memuaskan dan tidak membuat kecewa.

Setelah beberapa menit, Chelsea keluar kamar mandi. Wanita itu melangkah keluar ruangan dan menuju ruang tunggu. Tempat di mana seseorang akan menggantikan pekerjaan gila ini.

Chelsea menatap wanita yang sedang duduk dengan wajah cemas. Melihatnya membuat dia teringat saat pertama kali menginjakkan kaki ke kantor.

Parasnya cukup cantik, ini adalah modal utama agar wanita ini akan tetap baik-baik saja berada di perusahaan. Karena bagi Nich, sexi yang utama. Selebihnya bonus.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel