Bab 5. Puncak Kenikmatan Brian
Rumah Sakit.
“Dokter!” panggil Sandra saat melihat dokter pertama yang melintas di tempatnya berada. “Saya Sandra. Saya dapat kabar kalau adikku kecelakaan!”
“Oh, Kinan?” tanya Dokter wanita berjas putih itu.
“Iya, Dokter kenal adik saya?”
“Kami mengenalinya dari ponsel yang ada dekat dengannya. Dia sekarang ada di ruang ICU, mari ikut denganku!” Dokter wanita itu lalu menemani Sandra menuju ruangan di ujung rumah sakit dan betapa hancur hatinya saat melihat adiknya terbaring lemah dengan selang infus yang terpasang di kiri kanan tangannya. “Adikmu mengalami pendarahan otak. Dia butuh dioperasi segera.”
“Ya, ampun!” bisik Sandra tak tega melihat adiknya.
“Untuk biaya rumah sakitnya aku akan usahakan meminta keringanan pada pihak rumah sakit. Tapi kau harus bisa melunasinya baru kami akan mengeluarkan adikmu!”
Sandra menangguk, tentu bukan hal yang mudah baginya menemukan uang secepat yang diminta dokter muda itu mengingat pekerjaannya saat ini. Tapi ancaman tak boleh keluar sang adik dari rumah sakit tentu akan membuatnya kembali berpikir keras bagaimana caranya melunasinya agar sang adik bisa segera pulang.
"Kalau begini, aku benar-benar harus bertahan bekerja di rumah Brian. Tapi aku nggak bisa mastiin aku bakal sanggup kalau sikap Brian sangat genit sama aku!" Sandra mulai berada di ambang dilema.
“Kalau begitu saya akan kembali secepatnya membawa uangnya, Dokter!”
“Tunggu! Ikut saya untuk menandatangani perjanjian ini. Aku meminta pihak rumah sakit mempercepat operasinya agar kita bisa menyelamatkan adikmu!”
“Baik, berikan surat perjanjiannya dan operasi adikku secepatnya!” tegas Sandra meski dia tak tau dari mana dia kelak membayar biaya rumah sakit yang pasti tak murah itu.
Setelah menanda tangani semua surat perjanjian, Sandra kembali ke mobil dan bergegas untuk pulang. Selama dalam perjalanan dia terus saja menundukkan kepalanya berharap Brian berbaik hati memberikannya uang sekedar untuk melunasi hutang peninggalan sang ayahnya dan tentunya hutang untuk biaya operasi Kinan.
***
Rumah Brian.
Sandra kembali ke rumah Brian. Dia melakukan pekerjaan seperti seharusnya. Tapi tak cuma mengurus tuannya, dia juga membantu pelayan lain membersihkan rumah meski tubuhnya sudah kelelahan.
“Hey, kenapa kau membantu kami. Bukankah kau hanya ditugaskan mengurus tuan muda?” tanya seorang pelayan muda yang melihat wajah Sandra yang lesu.
“Adikku kecelakaan, aku berharap bisa dapat uang lebih untuk mengurus biaya operasinya. Apa kalian pikir aku akan mendapatkan uang lebih dari semua ini?”
“Mmm, sebenarnya meski tuan muda sangat galak, Nyonya sebenarnya mau membantu pelayannya. Ya, asal kau bisa bekerja dengan baik!”
Tentu apa yang didengar Sandra ini membuat hatinya sedikit lega. Dia berharap bisa mendapat apa yang dia butuhkan. “Kalau begitu, berikan aku pekerjaan lain dan aku akan membantu kalian! Aku mohon ini sangat mendesak!”
“Baiklah, kami akan membantumu!” tutur pelayan itu lagi membuat Sandra semakin senang.
“Tapi kau harus ingat, tugas utamamu itu mengurusi Tuan Brian. Jangan lupakan itu ya!”
“Siap!” jawab Sandra penuh semangat.
Hari beranjak sore dan ini saatnya Sandra pulang, dia memilih pulang agar bisa menjenguk adiknya nanti malam atau besok pagi. Dia ingin sekali menjenguk sang adik meski sesaat.
“Jadi kau mau pulang?” tanya Pelayan senior saat gadis muda ini minta izin.
“Iya, ijinkan saya pulang. Saya janji akan kembali besok!”
“Tapi aku tanya Tuan dulu, ya. Aku takut dia mencarimu saat kau tak ada!”
Pelayan senior itu pun bergegas meninggalkan Sandra dan menuju kamar Brian yang masih terduduk di samping tempat tidurnya.
“Tuan!”
“Ada apa?” tanya Brian lirih.
“Sandra minta pulang. Katanya adiknya kecelakaan jadi dia mau pulang dulu dan menjenguk adiknya di rumah sakit!”
“Suruh dia kemari!” perintah Brian singkat.
“Baik!” Pelayan senior yang tak banyak bicara itu lalu kembali ke lantai satu dan meminta Sandra naik untuk menyampaikan niatnya.
Mendengar perintah itu Sandra akhirnya kembali ke kamar Brian, dia kemudian menutup pintu kamar dan mendekat ke arah tuannya seperti yang diperintahkan pelayan senior padanya.
“Tuan, saya mau pulang!” ujarnya lirih saat tiba di kamar Brian.
“Aku dapat kabar adikmu sakit, benar?” tanya Brian dengan suaranya yang lembut begitu berwibawa.
“Benar!” jawab Sandra yang masih menunduk.
“Kalau begitu ini untukmu!” ujar Brian yang menyodorkan uang ke arah Sandra.
“I—ini uang apa, Tuan!”
Brian tersenyum nakal ke arah Sandra lalu meraih tangan mantan kekasihnya itu. “Cium aku!” pintanya.
“Apa?” Sandra kaget bukan main. “Apa maksudmu, Tuan!”
Tanpa aba-aba Brian kemudian meraih tangan Sandra dan mendaratkan wanita cantik itu di dadanya.
Dengan liar Brian kemudian mulai mengecup bibir merah pelayan cantiknya meski Sandra terus meronta.
“Diam! Kamu mau izin pulang, kan? Kalau begitu diam!” teriak Brian begitu marah membuat Sandra paham kalau uang yang dia terima bukanlah uang yang bisa dibawa pulang dengan gratis.
Brian lalu mengulum bibir Sandra lagi bahkan kali ini dia memainkan lidahnya dengan nakal.
Jijik!
Hanya itu yang dirasakan oleh Sandra, tapi dia butuh uangnya dan dia tahu uang yang diberikan oleh Brian tidaklah sedikit.
“Nungging!” Brian mendorong Sandra hingga mendarat tertelungkup di atas kasurnya.
Hah!
Sandra teringat kejadian kemarin saat dia harus melayani pria kaya ini padahal dia sudah punya tunangan.
“Tapi saya mau pulang,” tolak Sandra yang hanya bisa memutar wajahnya ke arah Brian tanpa merubah posisinya saat ini.
“Cuma ngocok sebentar. Nggak akan lama!”
Brian melepas celananya lalu menyiapkan batang kuatnya. “Lepas celanamu saja. Roknya angkat! Cepat!”
Sandra mengikuti arahan majikannya, menurunkan celana dalamnya dan mengangkat rok yang dia kenakan hingga ke bagiananya tampak dengan jelas. Dia juga melebarkan pahanya agar Brian bisa masuk dengan mudah.
Jlep!
Brian menombak Sandra dengan kuat dan mulai bergerak maju mundur tanpa permisi.
Rasa sakit terasa menjalar hingga ke batang otak Sandra tapi sekali lagi dia tidak bisa melawan.
“Uh!” Sandra merintih kesakitan karena gerakan Brian kali ini semakin kuat saja menerjangnya. “Tuan,” rintih Sandra yang malah membuat gerakan maju mundur Brian semakin liar saja.
“Lagi, Sayang! Lagi! Bilang sakit! Bilang!”
HHGC! AHHHAG! Sakit!
Brian yang mendengar rintihan itu dari bibir manis yang sudah dia kecup semakin liar saja bergerak dan gerakan itu semakin kuat saat dia berhasil tiba di titik kenikmatan Sandra yang berbentuk bulat di dalam bagian dalam lubang manis itu.
Hhahaaa Gg!
Sandra merintih kencang semakin kencang hingga akhirnya.
Plas!
Cairan hangat keluar dari gang sempitnya dan Brian terkekeh menyadari wanitanya sudah tiba di puncak kenikmatan.
Giliranku! Yes! Beby!
Teriakan Brian menggelegar di dalam kamar mewahnya dan dia semakin kencang mengayun hingga akhirnya batang besarnya tegang dan…