Bab 4. Adik Sandra Kecelakaan
Meski tawa Brian begitu menyebalkan tapi Sandra tetap diam, ia memilih menundukan kepalanya lalu menutup pintu dengan segera. Kemudian, setelah pintu kamar Brian tertutup, Sandra menelisik seisi ruangan rumah Brian hanya untuk mengecek apakah ada orang disana, yang mana telah memergoki tindakan Sandra yang berlama-lama di dalam kamar Brian, atau bisa saja ada yang mendengar seruan Brian barusan. Sandra takut itu akan berdampak buruk pada nya. Namun, selama Sandra mengecek, tidak ada seorang pun di sana kecuali dirinya sendiri.
"Aman," gumam Sandra, lalu ia pergi ke kamar tidurnya yang terletak di lantai satu dekat dengan dapur dan nampak sudah disiapkan untuk tempat singgah Sandra selagi ia beristirahat.
Sandra lekas menghitung uang pemberian Brian tadi. "Ini masih belum cukup buat bayar hutang Ayah!” gumamnya lalu memejamkan matanya sesaat. “Tak apa, tapi setidaknya bisa buat nyicil. Jadi sisanya masih bisa aku cari lagi dan dengan begitu, hutang-hutang Ayah nggak akan terlalu berat lagi."
Sandra pun memasukkan uang itu ke dalam amplop lagi, lalu ia menelefon Kinan, adiknya untuk memberikan uang yang didapat dari hasil kerjanya melayani Brian di atas ranjangnya. Tentu dia tidak mau Kinan tau dari mana asal uang ini, tapi mau bagaimana lagi, keadaan membuatnya terdorong untuk mendapatkan uang dari jalan yang benar.
"Halo, Kinan!" Sandra menyapa begitu Kinan menerima sambungan teleponnya.
["Iya kenapa, Kak?"] Kinan terdengar baru bangun dari tidurnya.
"Kamu bisa ke sini?" tanya Sandra. "Nanti alamatnya Kakak kasih, buat ambil uang. Nanti kamu kasih ke preman yang menagih hutang ayah."
["Kenapa nggak Kakak aja yang kasih nanti setelah Kakak pulang?"]
"Kalau Kakak yang kasih setelah Kakak pulang, takutnya nggak sempat. Karena preman itu kemarin cuman ngasih waktu satu hari, kemungkinan nanti mereka datang lagi, dan kalau itu benar, kan kamu sudah ada uang buat kasih ke mereka." Sandra mencoba menjelaskan.
Sandra dapat mendengar Kinan berdecak di seberang sana. [ "Ya udah, aku ke sana buat ambil uangnya,"] ucap Kinan lalu menutup panggilan telepon kakaknya dan melanjutkan tidurnya.
Sandra tersenyum puas, karena Kinan adiknya itu mau menuruti perintah darinya.
Setelah mendapat kepastian dari Kinan bahwa dia akan menemui Sandra di rumah Brian, Sandra pun menuruti sambungan teleponnya dengan Kinan, lalu menunggu adiknya itu di depan rumah Brian dengan harap tidak ada yang melihatnya sedang menunggu Kinan di sana.
“Kenapa dia lama sekali? Aku tak bisa di sini terus. Kalau Brian memanggil dan aku tak juga datang bisa marah dia!” gerutu Sandra sambil sesekali mengintip dari celah pagar tinggi rumah mewah Brian Diono itu.
Benar saja, setelah menunggu lama, adiknya tak kunjung tiba hingga Pelayan senior nampak menghampirinya. “Sandra, cepat. Tuan memanggilmu!”
“Duh, kemana anak manja ini!” gerutu Sandra yang tak bisa lagi menunggu.
“Kinan cepatlah, aku tak bisa berdiri di sini terus!” gerutu Sandra berharap adiknya datang sesaat saja untuk mengambil uang yang dia pegang sejak tadi.
“Sandra, sedang apa kau di situ!” ujar Pelayan senior mengagetkan pelayan barunya. “Eh! Itu uang apa yang kau pegang?” tanya Pelayan senior lagi lalu tersenyum seakan tau asal dari uang yang ada di tangan Sandra.
“Oh, ini! Ini untuk....”
“Kak! Maaf aku baru datang!” seru Kinan yang akhirnya nampak batang hidungnya.
"Kinan?!" panggil Sandra dengan suara keras. "Kau kemana saja!" gerutunya lalu memukul bahu adiknya itu. “Ini uangnya, lekaslah pergi, aku harus kembali ke kamar tuanku!” seru Sandra dan Kinan menuruti perkataan kakaknya.
Tanpa banyak kata adik Sandra itu segera pergi dengan motor bebek tua milik mereka. Melihat sang adik sudah beranjak, Sandra lalu kembali masuk ke dalam rumah dimana tuannya terus saja memanggil-manggil namanya dengan suara yang lantang.
“Maaf, Tuan. Saya terlambat!” ujar Sandra yang masuk ke kamar tuannya setelah urusannya dengan sang adik sudah selesai.
“Baiklah, sekarang bantu aku untuk meminum obat siangku!” tutur Brian yang sudah duduk dengan rapi dan tak memberikan reaksi mencurigakan karena dia yakin Pelayan senior sedang berdiri di samping Sandra.
Sandra memenuhi permintaan tuannya lalu, setelah semua tugasnya kali ini selesai, tubuh lelahnya segera bergegas pergi ke kamarnya.
“Eh, ada pesan!” seru Sandra yang mengecek ponselnya setiba di kamarnya. “Hah!” bisiknya lagi saat membaca pesan yang masuk. “Pesan dari polisi?”
Matanya terbelalak saat membaca pesan yang baru saja masuk ke ponselnya. “Kinan!” bisiknya saat membaca pesan dari polisi jika adiknya mengalami kecelakaan.
Kring!
Panggilan telepon masuk dan Sandra segera menjawabnya.
“Halo!” sapanya dengan suara bergetar.
[“Nona Sandra, kami dari kepolisian. Kami ingin mengatakan jika adik anda sedang dirawat di rumah sakit, dia mengalami kecelakaan!”]
“Bagaimana keadaannya, Pak?!”
[“Dia mengalami pendarahan otak dan sedang berada di ruang ICU!”]
Deg!
Jantung Sandra seperti terbakar, baru saja dia mendapatkan uang untuk membayar hutang ayahnya, kini dia harus menerima kenyataan adiknya mengalami kecelakaan. “Di mana dia mengalami kecelakaan itu, Pak?” tanya Sandra yang mulai meneteskan air matanya.
[“Dia mengalami kecelakaan di jalan sepi dekat Perumahan Alam Sutera. Saat ditemukan dia seorang diri dan tak ada barang yang bisa diselamatkan. Kemungkinan dia dicegat perampok!”]
“Apa? Tak ada barang yang bisa diselamatkan?”
[“Benar! Dia seorang diri dan hanya motornya dan ponselnya saja yang kami temukan!”]
“Oh, Tuhan. Aku pikir masalah ini sudah selesai!” bisik Sandra lagi. “Baik, Pak. Kalau begitu saya akan ke rumah sakit untuk melihat kondisi adikku!”
Sandra bangkit dari tempatnya duduk dan bergegas pergi ke dapur berharap bisa bertemu pelayan senior yang akan membantunya meminta ijin pada tuannya untuk pergi sesaat menemui adiknya.
“Bu!” sapa Sandra yang sudah tak bisa menahan tangisnya. “Bisakah saya minta ijin untuk pergi ke rumah sakit sebentar saja?”
“Ada apa?”
“Adikku kecelakaan, kemungkinan dia juga dirampok. Saat ini di di ruang ICU!”
“Sungguh!” jawab Pelayan paruh baya itu penuh iba. “Kalau kau mau pergi, pergi saja. Tuan Brian pasti mau memberikan waktu untukmu karena adikmu juga sangat penting saat ini!” ujar Pelayan senior saat Sandra meminta izin.
“Baiklah, aku janji tak akan lama. Hanya untuk memastikan keadaan adikku!”
“Pergilah dengan supir agar kau bisa kembali dengan cepat. Ayo aku antarkan kau ke garasi dan meminta salah seorang supir menemanimu!” tuturnya lagi lalu membuka pintu belakang yang mengarah ke tempat mobil mewah Brian berjajar.
“Supir! Antar dia ke rumah sakit! Cepat!” serunya lalu Sandra menaiki mobil BMW berwarna merah yang segera membawanya ke rumah sakit sesuai informasi dari polisi yang menangani kecelakaan adiknya.