Bab 2 — Sistem Dewa Kota
Suara hujan masih terdengar deras di luar, menimpa genting rumah yang kini sunyi.
Reno duduk di lantai ruang tamu, tubuhnya masih bergetar. Di depannya, kotak hitam itu kini terbuka, memancarkan cahaya biru lembut.
> “Selamat datang, Tuan Reno Aditya.”
“Sistem Dewa Kota aktif sepenuhnya.”
Suara itu bergema di kepalanya — jernih, tenang, tapi penuh wibawa.
Reno mengerjap. “Siapa… siapa kau?”
> “Aku adalah Sistem — entitas pendukung yang akan membimbing Anda menaklukkan kota ini.”
Reno menatap tangannya. Ada simbol bercahaya samar di pergelangan, mirip ukiran dari kotak itu. “Sistem? Maksudmu kayak di game?”
> “Benar. Tapi ini bukan permainan, Tuan Reno. Ini adalah hidup Anda. Setiap keputusan, setiap tindakan, akan membentuk jalur kekuasaan Anda.”
Reno terdiam beberapa saat. Rasanya gila. Tapi panas di dadanya, cahaya di tangannya, semuanya nyata. Ia memandang sekeliling rumah — sederhana, sempit, dan kini terasa lebih kosong setelah Nadya pergi.
Ia menghela napas panjang. “Kalau ini mimpi, tolong jangan bangunkan aku.”
> “Misi pertama telah diterima.”
‘Bangkitkan kekuatan dasar dan buktikan dirimu pada dunia yang meremehkanmu.’
> Hadiah: Aktivasi Statistik Awal + 1 Skill Dasar.
“Skill?” gumam Reno. “Skill apa?”
> ‘Analisis Instan – kemampuan membaca potensi seseorang hanya dengan menatapnya.’
Mata Reno membesar. Ia berdiri, menatap bayangannya di kaca jendela.
> ‘Statistik awal terdeteksi:’
Kekuatan: 12 (rendah)
Ketahanan: 9 (lemah)
Kecepatan: 10 (normal)
Kecerdasan: 14 (di atas rata-rata)
Karisma: 8 (kurang menarik)
Kekayaan: 2 (miskin parah)
Reno mendengus. “Terima kasih sudah mengingatkanku kalau aku pecundang bahkan di statistik juga.”
> ‘Semua dewa berawal dari bawah, Tuan Reno. Mulailah dengan langkah pertama.’
---
Pagi itu, Reno bangun dengan perasaan berbeda. Tubuhnya terasa ringan, pikirannya jernih. Entah bagaimana, luka hatinya semalam seolah sedikit mereda.
Ia berjalan ke dapur kecil, membuat kopi hitam seadanya. Sambil menatap cangkir panas itu, pikirannya dipenuhi wajah Nadya dan Andra.
Ia menggertakkan gigi. “Kalau benar aku punya kekuatan… aku bakal tunjukkan siapa yang pecundang sebenarnya.”
Ponselnya bergetar. Nomor tak dikenal masuk.
“Halo?”
“Reno Aditya?” Suara di seberang tegas. “Ini dari perusahaan MegaFinance. Kami dengar Anda sedang mencari pekerjaan. Anda diterima sebagai staf sementara. Besok pagi langsung datang ke kantor jam delapan.”
Reno terdiam beberapa detik. “Tapi… saya nggak pernah kirim lamaran ke sana.”
“Data Anda direkomendasikan oleh seseorang bernama Pak Arjuna.”
Nama itu membuat Reno teringat pada pria tua yang ia tolong malam tadi.
“Mungkinkah dia…?” gumamnya.
> ‘Sistem telah memodifikasi jalur nasib Anda, Tuan Reno. Jalur baru telah dibuka.’
Reno menghela napas panjang. “Baiklah, kalau ini kesempatan kedua, aku nggak akan sia-siakan.”
---
Keesokan harinya, ia datang ke gedung MegaFinance — perusahaan besar yang terkenal keras terhadap pegawai barunya. Gedungnya tinggi menjulang, kaca-kaca memantulkan sinar matahari pagi. Reno mengenakan kemeja sederhana dan celana bahan hitam.
Begitu masuk, tatapan para karyawan langsung tertuju padanya. Sebagian mengerling sinis. Ada yang berbisik pelan, “Itu kan suaminya Nadya? Katanya dipecat dari perusahaan lamanya.”
Reno menatap mereka, tapi kini ia punya sesuatu yang berbeda — rasa tenang dan keyakinan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.
> ‘Aktifkan Skill: Analisis Instan?’
“Ya.”
Pandangan Reno berubah. Di atas kepala beberapa orang muncul tulisan transparan, hanya bisa dilihat olehnya.
[Karyawan biasa – Ambisi rendah – Suka gosip]
[Manajer HR – Manipulatif – Sering mencari kesalahan orang baru]
Reno tersenyum kecil. “Menarik.”
---
Siang harinya, ia dipanggil ke ruang pelatihan. Seorang pria berbadan besar, berkemeja putih, menatapnya dengan sombong.
“Jadi kamu karyawan baru yang direkomendasikan Pak Arjuna?” katanya dengan nada tak suka. “Ingat, di sini semua orang mulai dari bawah. Nggak ada yang spesial.”
Reno menunduk sopan. “Saya paham, Pak.”
“Baik. Hari ini kamu bantu bersihin arsip lama di ruang bawah. Jangan salah letak. Kalau kamu bikin berantakan, langsung keluar dari sini!”
Tanpa membantah, Reno mengangguk dan segera pergi. Tapi dalam hati, ia sudah tahu — pria itu hanya ingin merendahkannya di depan karyawan lain.
Di ruang bawah tanah gedung itu, udara lembap dan penuh debu. Tapi di sana, Reno merasa tenang. Ia memandangi rak-rak arsip lama yang berlapis debu, lalu bergumam, “Dulu aku marah setiap kali direndahkan. Tapi sekarang… biarlah waktu yang menjawab.”
> ‘Peringatan. Energi tak dikenal terdeteksi di ruangan ini.’
“Energi?” Reno menatap sekeliling. Salah satu lemari tua di pojok tampak sedikit bersinar samar — sama seperti cahaya dari kotak hitam itu.
Ia mendekat. Saat menyentuh lemari itu, simbol biru muncul di dinding.
> ‘Anda telah menemukan Node Rahasia: Arsip Dewa Kota.’
‘Hadiah: +10 Kecerdasan, +5 Karisma, Skill Baru — “Intuisi Bisnis.”
Reno merasakan gelombang hangat mengalir ke tubuhnya. Pandangannya tajam, pikirannya jernih. Ia bisa memahami pola kerja perusahaan hanya dengan membaca sekilas dokumen-dokumen lama itu.
> ‘Skill “Intuisi Bisnis” aktif — kemampuan memahami nilai dan potensi ekonomi dari situasi apa pun.’
Senyum tipis muncul di bibirnya. “Mulai menarik.”
---
Sore harinya, ketika ia naik kembali ke lantai utama, pria yang tadi menyuruhnya bersih-bersih menatap sinis.
“Lama banget? Udah bersih atau malah tidur di bawah?”
Reno tidak menjawab. Ia hanya menyerahkan setumpuk berkas yang telah ia atur.
“Semua arsip keuangan dari tahun-tahun sebelumnya sudah aku kelompokan berdasarkan jenis transaksi dan urutan waktu. Sekalian aku tandai dokumen yang potensial untuk audit mendatang.”
Pria itu tertawa mengejek. “Kamu pikir kamu siapa, direktur?”
Tapi ketika ia melihat tumpukan dokumen itu — rapi, terstruktur, dan mudah dibaca — tawanya langsung hilang. Wajahnya berubah tegang. “Kamu… kamu yang ngerjain semua ini sendirian?”
Reno menatap tenang. “Saya cuma berusaha melakukan pekerjaan saya sebaik mungkin.”
> ‘Prestasi pertama tercapai.’
‘Reputasi di lingkungan kerja meningkat. +10 Karisma, +1 Pengaruh.’
Hari itu, seluruh kantor mulai membicarakan karyawan baru yang dalam sehari berhasil menyelesaikan pekerjaan tiga orang. Nama Reno Aditya mulai terdengar di antara obrolan karyawan.
---
Malamnya, di kamar kontrakan kecilnya, Reno menatap layar ponselnya. Tidak ada pesan, tidak ada panggilan dari Nadya. Ia tersenyum miris.
> ‘Misi pertama selesai: Bangkitkan kekuatan dasar.’
Hadiah diterima: Skill “Pengaruh Kepemimpinan Lv.1.”
> “Misi berikutnya: Buat orang yang pernah merendahkanmu menyesal.”
Target: Andra – batas waktu: 7 hari.
Reno menatap layar hologram yang muncul di depannya. Wajah Andra muncul di sana, dengan tulisan merah di bawahnya: [Musuh Aktif].
Tangannya mengepal kuat. “Tujuh hari? Baik. Aku akan pastikan dia menyesal seumur hidup.”
Suara sistem bergema lagi, kali ini dengan nada seperti tawa samar.
> “Selamat datang di jalan menuju takhta, Dewa Kota.”
Reno menatap langit malam dari jendela, cahaya kota berkilau di kejauhan. Di matanya, bukan lagi cahaya biasa — tapi pantulan dari ambisi yang baru saja lahir.
Dulu, dunia menertawakannya.
Sekarang, dunia akan mengenalnya.
Dan itu baru permulaan.
---
