Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 5 Qeela

Bab 5 Qeela

‘Cinta. Kebanyakan dari mereka lupa akan siapa dan dari mana mereka berasal. Karena cinta membutakan.’

Sudah hampir dua tahun sejak Haikal di wisuda, berbeda dengan teman-temannya di Fakultas Ekonomi yang langsung melanjutkan S2 atau bekerja di tempat yang sejalan dengan jurusan mereka, sejak kematian Papanya, Haikal membuat bisnis sendiri yaitu Wedding Organizer. Ibu tirinya dengan tangkas membagi warisan Bapak Haikal, dan mewariskan perusahaan meubel suaminya kepada putrinya Rizka.

Dengan modal tersebut, Haikal membeli ruko tiga lantai dan membeli mobil pick up secara mencicil, membeli keperluan standar WO, termasuk tenda-tenda yang cukup besar. Haikal mempunyai tiga karyawan tetap, sedang sumber daya manusia lain hanya disewanya sesuai kebutuhan saat ada pesta. Dengan keahliannya, Haikal banyak membuat desain sendiri sehingga tenda dan pernak-pernik pelaminan yang dimilikinya unik dan bagus berbeda dengan milik WO lainnya.

Haikal memiliki bakat seni yang besar sehingga ia tidak pernah kerepotan setiap kali kliennya mengajukan tema untuk pernikahan mereka. Haikal selalu menyanggupinya dan membuat sang klien merasa puas atas kerja yang Haikal lakukan. Pekerjaannya nyaris tak bercela sehingga rejekinya mulus seperti jalan tol. Ia bahkan beberapa kali menangani pesta orang-orang ternama di kota tersebut, dari sana, usaha Haikal semakin melejit.

Meski demikian, Haikal tidak pernah berbangga diri, ia terus belajar dan belajar. Baginya tiga orang yang selama ini bekerja padanya adalah keluarganya. Haikal bertekad untuk membuat bisnisnya semakin besar mungkin dengan membuka cabang atau merambat ke bidang lain. Haikal masih mempertimbangkannya dengan matang. Haikal ingin membuktikan dirinya jika ia bisa sukses meski apa yang sedang ia geluti sangat berbeda dengan dunia kuliahnya dulu.

Beberapa temannya bahkan menyayangkan kecerdasan Haikal. Mereka yang sudah berhasil menjadi pimpinan di tempat kerja mereka selalu menawarkan pekerjaan untuk Haikal, sayang laki-laki itu sudah mencintai pekerjaannya. Toh apa yang ia hasilnya cukup besar dan menebalkan saku celananya.

Hari ini Haikal sengaja mengosongkan jadwalnya, ia berbelanja pakaian baru dan beberapa hadiah yang akan ia persembahkan untuk kekasih tercintanya, Qeela. Gadis itu akan wisuda dan Haikal akan memberikan kejutan yang tidak disangka-sangka. Laki-laki itu sudah memesan buket bunga yang akan dipersembahkan untuk sang kekasih esok harinya.

*

Hari besar itu pun tiba, kekasihnya Qeela diwisuda. Meski Haikal sedang mempersiapkan pesta pernikahan mewah yang menggunakan jasa WO-nya, namun Haikal tetap menghadiri wisuda Qeela dengan persiapan baju batik baru yang dibelinya kemarin, serta bunga mahal untuk Qeela yang dipesannya jauh-jauh hari sebelum hari H, tak lupa menyiapkan sebuah gelang yang cantik. Haikal benar-benar akan mempersiapkan hadiah terbaik untuk kekasihnya.

Haikal bukan tipe laki-laki yang bermain-main dalam sebuah hubungan. Ia sudah berkomitmen untuk membawa hubungan mereka menuju jenjang pernikahan. Meski ia salah satu laki-laki yang diincar banyak gadis di kampus dulu, ia tetap pada pendiriannya. Cukup tiga wanita yang mengisi hidupnya. Yang pertama ibunya, yang kedua istrinya dan terakhir adalah anak dan cucunya.

“Wih Pak Bos, keren parah,” komentar salah satu karyawannya. Haikal hanya tersenyum menimpali ledekan tersebut. Jika biasanya ia tidak begitu peduli dengan penampilannya, hari ini ia benar-benar tampil rapi dan berkarisma.

“Siap mengantar Pak Bos kemana pun.” Haikal semakin terkekeh melihat kekonyolan kedua rekannya itu. “Sana kerja, biar aku naik motor,” usir Haikal pada keduanya. Tanpa ingin mengulur waktu lebih lama lagi, Haikal mengendarai kuda besinya menuju kampus, ia sudah tidak sabar memberikan kejutan pada Qeela.

Sebelum memasuki area Auditorum, Haikal menghampiri sebuah mobil berwarna merah, mobil dari sang pengantar bunga. Haikal dengan gagah berani membawa bunga segar yang cantik dan wangi untuk menemui Qeela. Aksinya cukup menarik banyak perhatian. Qeela sampai kegirangan melihat pangerannya berjalan mendekat.

“OMG kak Ikal,” pekiknya segera berjalan menyambut kedatangan Haikal. Cukup banyak yang memuji aksi Haikal, bahkan beberapa perempuan mengutarakan rasa irinya, ingin berada di posisi Qeela.

“Siang Tante, Om.” Haikal segera menyapa calon mertuanya, cukup lama tangannya menggantung di udara sebelum kedua pasutri itu menyambutnya dengan wajah kecut. Haikal tidak ingin ambil pusing.

Berbeda dengan respon kebanyakan orang, Papa dan Mama Qeela sepertinya kurang menerima kehadiran Haikal pada saat wisuda, padahal putrinya sendiri begitu heboh, apalagi saat Haikal memberinya sebuah gelang. Tanpa malu-malu Qeela mengajak Haikal berfoto dengan mesra, Haikal termasuk kakak tingkat yang dulu banyak penggemarnya. Tentu saja, menjadi poin kebanggaan tersendiri bagi Qeela.

“Sweet banget sih kalian,” oceh teman-teman Qeela merasa iri dengan kegagahan Haikal. “Ho’oh nih, buat iri yang jomblo,” timpal yang lain. Qeela sendiri sudah merangkul lengan Haikal posesif, menempel bak lintah, memamerkan senyumnya yang menawan.

“Makanya cari laki-laki itu yang serius sama kamu, jangan yang setengah-setengah. Iya kan Kak.” Haikal mengangguk, tangannya terulur mengusap kepala Qeela. Pemandangan itu membuat teman-teman Qeela semakin histeris.

“Bucinnya sudahan dong, takut mimisan ini,” keluh salah satu teman Qeela dengan wajah yang ditekuk masam. “Yang baru putus sabar yah,” ledek Qeela.

Haikal harus berpisah dengan Qeela di halaman auditorium, Qeela akan pulang bersama kedua orang tuannya, sementara Haikal tidak bisa mengantar karena ia hanya membawa motor. Tidak ingin jika kekasihnya kehujanan dan masuk angin.

“Pulangnya hati-hati ya?” Qeela melambaikan tangannya begitu mobil yang ia tumpangi perlahan meninggalkan parkiran auditorium, sementara Haikal segera mengambil motornya. Ada banyak pekerjaan yang harus ia kerjakan di ruko, toh besok ia akan kembali bertemu dengan kekasihnya, mereka akan makan malam berdua.

*

“Bagaimana Bos? Sukses?” Belum juga Haikal turun dari motornya, dua rekan kerjanya sudah menodong pertanyaan. “Aman!” jawab Haikal. Ia butuh ganti baju dan mandi sebelum melanjutkan pekerjaannya yang lain. Haikal tidak terbiasa berlama-lama dengan pakain formal seperti ini. Ia lebih nyaman dengan kaos.

“Bagaimana proyek selanjutnya?” Haikal segera mendekati adminnya, perempuan satu-satunya yang bergabung dalam tim Haikal. “Aman Kal, semua sudah teratasi dengan baik.” Haikal mengangguk. Ia memang meminta kepada timnya untuk mengurangi kepadatan jadwal mereka, semua demi persiapan pernikahannya bersama Qeela. Haikal tidak ingin setengah-setengah mempersiapkan pernikahannya yang akan menjadi sejarah bagi Haikal sendiri.

Haikal tidak ingin mengikuti jejak Ayahnya, ia hanya ingin menikah sekali saja. Cukup Haikal yang merasakan diabaikan oleh ibu tirinya. Haikal tidak ingin kejadian yang sama menimpa anak-anaknya nanti.

“Bos... Bossss....” Ketiga rekan kerjanya saling menyikut melihat Bos mereka sedang melamun. Tidak biasanya Haikal teledor seperti ini bahkan melamun hingga tidak sadar jika ponselnya berbunyi.

“B-O-S....” Haikal melongo dengan kening berkerut. Terheran-heran mendengar jeritan ketiga rekan kerjanya. “Ada apa? Kenapa teriak-teriak?” Haikal mengelus telinganya yang berdengung.

“Itu... ponselnya berdering tadi tadi Bos.” Haikal segera mengalihkan perhatian, melihat nama Qeela muncul dilayar ponselnya membuat Haikal sedikit kalang kabut. Ia segera menyambar ponselnya dan berjalan keluar. Ia butuh sedikit udara segar. Ada sesuatu yang benar-benar mengganggu kepalanya hingga Haikal tidak sadar melamun sampai separah itu.

Mendengar ocehan Qeela membuat Haikal meringis. Ia bersalah telah mengabaikan telpon dari sang pacar, tidak hanya sekali tetapi lima kali. Sampai separah itu Haikal tenggelam dalam lamunannya yang entah apa. Mungkinkah laki-laki itu ragu atas keputusannya untuk menikah dengan Qeela? Haikal memijit pelipisnya, berusaha mengalihkan hatinya yang sedang bimbang.

Rupanya, Qeela mengajak Haikal untuk ikut makan malam bersama keluarganya, tentu saja laki-laki itu tidak akan menyia-nyiakan kesempatan tersebut. Haikal segera mempersiapkan diri, melupakan pekerjaannya yang harus ia selesaikan malam ini.

“Ckck ... cinta benar-benar membutakan seseorang,” keluh salah satu rekan kerjanya. Haikal sudah menghilang, ia sendiri tidak tahu mengapa dirinya tiba-tiba melupakan sikap profesionalnya yang telah ia bangun secara mati-matian selama ini.

“Hus... kalau Pak Bos dengar, bisa tersinggung. Sana kerja lagi. Tidak mau dipecatkan?” sela yang lain. Akhirnya mereka kembali pada pekerjaan masing-masing, membereskan pekerjaan mereka yang harus siap esok pagi. Tidak ada lagi protes dan saling meledek, mereka sudah tenggelam dalam pekerjaan masing-masing, sementara Haikal sendiri sedang mempersiapkan penampilan terbaiknya untuk bertemu calon istri dan mertuanya.

***

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel