Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 5. Mempermainkan Miao Feng.

Han Se memaksa tersenyum.

"Kenapa aku harus memaafkan Nona kedua Lin mu ini." Suara Han Se terdengar sangat tenang, tetapi Jin Fan menangkap urat-urat kening pria itu menegang.

Tidak beres!

Jin Fan semakin menunjukkan tekadnya. "Pangeran! Hamba siap menanggung hukuman Nona kedua Lin!"

Ya Fei menyipitkan mata, rasanya ingin sekali menarik baju Jin Fan saat itu juga tapi dia memilih tetap duduk tenang, menunggu reaksi Han Se selanjutnya.

"Bukankah dia tidak bersalah?" Tatapan Han Se tak berkedip, di wajahnya seperti ada senyum yang tertahan tapi yang jelas bukan pertanda baik.

"..." Telapak tangan Jin Fan mulai terasa lembab, entah sudah seberapa banyak keringat dingin bercucuran.

Han Se melanjutkan, "Bangunlah!"

Jin Fan tak punya keberanian, dia tetap berlutut dengan kepala tertunduk penuh.

"Bangun!" ulang Han Se dengan nada memerintah.

Meski hatinya masih diselimuti ketakutan, Jin Fan pada akhirnya perlahan-lahan bangkit, tanpa mengangkat pandangan.

Han Se beralih ke sisi Ya Fei, memperhatikan sikap tenang gadis itu, sungguh membuat hatinya terusik.

Calon pengantin manapun yang dikirim ke hadapan Han Se tak pernah ada yang seberani Ya Fei!

Pikiran para calon pengantin itu telah lebih dulu didoktrin rumor buruk Han Se, ketika mereka sampai, tak satupun dari mereka yang berani menatap langsung wajah Han Se, atau bahkan membantah setiap kata-katanya.

Semua terlalu membosankan!

Han Se tidak tertarik dengan gadis-gadis seperti itu. Dia suka hal menantang, menguji adrenalin dan... hari ini pria itu merasa menemukannya pada Ya Fei.

"Kamu bilang rasa makanan ini tidak layak," kata Han Se setelah beberapa detik tak bersuara, "artinya mereka layak dibuang, tetapi karena di meja ini tidak ada makanan lagi, aku jadi tidak bisa menjamu."

Ya Fei langsung memfokuskan tatapannya pada Han Se!

Sepasang mata mereka secara otomatis bersitemu, saling bersitegang, sama-sama enggan dikalahkan.

"Jika tidak rela mengeluarkan pasokan makananmu untukku bukan masalah, Pangeran kedua." Ya Fei memahami isi pikiran Han Se.

Membuat pria berstatus pangeran kedua itu mengeraskan rahang; merasa kecolongan.

"Kamu punya banyak pelayan yang siap melakukan apapun meski tangan dan kaki mereka sudah patah, jangankan memasak kembali kalau melompat ke kandang serigala saja mereka bersedia," sambung Ya Fei, semakin memperjelas maksud kata-kata Han Se sebelumnya.

Yakni tak akan memberi Ya Fei makan hingga mati kelaparan!

Han Se tertawa sumbang... baru kali ini ada perempuan yang berhasil membaca isi pikirannya.

"Yang Mulia." Kemudian Miao Feng menghampiri mereka. "Aula Yun sudah siap."

Tawa Han Se sepenuhnya terhenti. Pria itu mengisyaratkan Miao Feng mengantar Ya Fei ke aula Yun itu.

"Silahkan, Nona Lin." Miao Feng berdiri menyamping, memberi Ya Fei jalan lebih dulu.

Dengan gaya tak gentar sedikitpun, Ya Fei beranjak bangun lantas melenggang pergi diikuti Miao Feng juga Jin Fan.

Sementara itu, Han Se terpatri di tempat, menatap lurus anjing liar yang masih menikmati potongan kaki di bawah sungai sana, sebelum berakhir melempar cangkir porselen ke arahnya.

Pluk!

Guk!

Anjing lari terbirit-birit membawa kabur potongan kakinya, Han Se menghela napas kasar dengan ekspresi rumit.

Di sisi lain, Gu Ji diam-diam memantau semuanya sejak tadi. Menyaksikan kejadian demi kejadian, meninggalkan kerutan dalam di antara kedua alisnya.

***

Sampailah Ya Fei di aula Yun.

Letaknya tidak jauh dari pondok tempat Ya Fei singgah sebelumnya, dan ukuran bangunan tidak sebesar bangunan yang kali pertama gadis itu lihat.

Ya Fei tidak mempermasalahkan ini, lagi pula dia terbiasa tinggal di rumah satu kamar sekalipun!

Yang menjadi masalah adalah bangunan aula Yun Ini sangat bobrok. Dindingnya rusak dimana-mana, seolah tempat ini sudah lama ditinggalkan, juga tak pernah dirawat.

Tampak jelas dari setumpuk rumput liar, yang mungkin baru saja dipotong. Mereka akan dibakar, tetapi udara dingin di sini membuat apinya sulit menyala.

"Nona Lin, silahkan." Miao Feng mempersilahkan Ya Fei memasuki aula.

Firasat Ya Fei tak enak, gadis itu mengangkat tangan tanda menolak.

Miao Feng dengan hati-hati bertanya, "Nona Lin tidak suka aula Yun ini?"

Ya Fei tanpa ragu berkata, "Aula Yun ini tidak pernah dipakai, siapa tahu di dalam sana ada binatang buas yang sedang menunggu daging empuk ku."

"..." Miao Feng membisu.

Faktanya demikian!

Aula Yun memang dibangun Kaisar untuk tempat tinggal istri Han Se nantinya. Karena hingga bertahun-tahun lamanya pria itu tak kunjung mendapatkan istri, aula itu lebih layak disebut rumah bobrok.

Satu hal lainnya lagi, aula Yun merupakan saksi bisu kematian sebagian besar calon pengantin Han Se!

Sekelompok anjing liar ada di sana!

Menyerang siapapun yang masuk, menggigit daging dan tulang mereka dengan rakus.

Untungnya Ya Fei pembunuh bayaran di masa depan. Meski dia tidak tahu akan ada bahaya apa di dalam aula Yun itu, dia meyakini Han Se mustahil menyiapkan kediaman untuknya begitu saja.

Pergi ke kediaman pangeran kedua adalah menantang maut, tetapi Ya Fei tak akan membiarkan nyawanya terenggut di tempat ini.

"Bagaimana kalau kamu yang masuk lebih dulu." Tiba-tiba Ya Fei menyarankan Miao Feng masuk.

Miao Feng menyeringai kaku. "Itu... hamba sudah masuk sebelumnya, di sana tidak ada apapun selain perlengkapan rumah seperti umumnya."

Ya Fei secara terang-terangan menengadah, menangkap basah Gu Ji yang tengah memata-matai dirinya dari dahan pohon plum.

Gu Ji gugup seketika!

Gu Ji hampir saja tergelincir jatuh!

"Kalau begitu mari kita masuk bersama," ajak Ya Fei.

Miao Feng terdiam kehabisan alasan, Gu Ji terlanjur ketahuan akhirnya terpaksa melompat turun dan Jin Fan sejak tadi bertanya-tanya apakah yang dibawanya dari kota Kekaisaran benar nona kedua Lin atau orang lain.

Nona kedua Lin asli benar-benar payah tidak berguna namun yang sekarang ada di hadapan Jin Fan... sungguh patut diacungi jempol!

"Kamu takut? Apa yang kamu sembunyikan di sana?" pancing Ya Fei, seraya menatap intens Miao Feng.

"Ha ha ha." Tawa Miao Feng terdengar hambar dan kaku. "Nona Lin ini bicara apa... mana mungkin hamba takut, mari!"

Pada akhirnya Miao Feng mengawali diri mendekati aula Yun, meski jantungnya berdebar-debar hebat, karena dia tahu di dalam sana sekelompok anjing sudah siap menerkamnya.

Miao Feng sudah menunjukkan tekad, Ya Fei mau tak mau mengikuti; begitu pula dengan Jin Fan.

Guk! Guk! Guk!

Tepat selangkah lagi Miao Feng membuka pintu aula, gonggongan anjing bersahutan satu sama lain di dalam sana.

Miao Feng melangkah mundur terkejut, jantungnya seolah hampir copot.

Ya Fei yang telah menebak bahaya besar di baliknya, tanpa sadar menyunggingkan senyum.

Sedangkan Jin Fan mengerutkan alis, sedikit demi sedikit mulai memahami maksud Ya Fei sebelumnya.

"Miao Feng!" Suara Ya Fei membangunkan bulu roma Miao Feng. "Kamu tidak benar-benar membersihkan aula Yun, tetapi malah memasukkan sekelompok anjing liar ke sana."

Gluk!

Miao Feng menelan ludah... calon pengantin Han Se kali ini tidak dungu!

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel