Bab 4. Segenggam Keberanian.
Menarik!
Sudut bibir Han Se terangkat, pria itu menyerahkan pedang berisi jantungnya pada Gu Ji, kemudian adik angkatnya itu serahkan lagi ke bawahan di belakang mereka.
Tampaknya Han Se berniat menghampiri Ya Fei, jadi pelayan wanita yang sejak tadi menunduk menahan takut, sesegera mungkin menyodorkan teko emas kepada Han Se.
"..." Han Se mengisyaratkan pelayan wanita itu membersihkan tangannya.
Meski kakinya hampir mati rasa, si pelayan wanita berusaha melakukan yang terbaik. Dengan cekatan tapi hati-hati, dia membersihkan tangan Han Se yang berlumuran darah dilanjut mengeringkannya menggunakan lap bersih.
Selesai dibersihkan, Han Se mengisyaratkan pelayan wanita itu pergi, sementara dia melanjutkan langkah menghampiri Ya Fei dan Jin Fan, yang masih berdiam diri di ujung sana.
Begitu langkah Han Se terhenti di hadapan mereka, Jin Fan langsung membungkuk penuh hormat, seraya menyodorkan undangan pernikahan di tangannya.
Han Se mengambil alih undangan pernikahan tersebut lalu membacanya secara seksama.
Undangan pernikahan itu sebenarnya tidak dikirim secara langsung oleh Han Se, melainkan diwakilkan ayahnya yang menginginkan pria itu segera memiliki pendamping.
Kaisar sangat egois!
Kabar kekejaman Han Se terhadap setiap calon pengantinnya hingga membuat mereka berakhir mati mengenaskan, tentu selalu sampai ke telinganya. Namun, pria tua itu tetap bersikukuh mencarikan pasangan untuk putra keduanya tersebut.
"Lin Ya Fei." Dan sekarang Han Se memperhatikan penampilan Ya Fei dari ujung ke ujung, termasuk pada jubah penuh tambalan gadis itu.
"Bukankah dia harus memberi hormat padaku," singgung Han Se kemudian.
Saking takutnya menghadapai Han Se, Jin Fan sampai lupa meminta Ya Fei memberi hormat pada Han Se.
Untunglah sebelum Jin Fan bergerak, Ya Fei sendiri yang melangkah maju, membungkukkan badan.
Sepasang mata Han Se menyipit... beberapa saat lalu dia membaca identitas calon istrinya itu. Walaupun identitasnya tidak detail, Han Se setidaknya paham siapa keluarga Lin. Yakni salah satu keluarga terkaya, sekaligus terpandang di kota Kekaisaran.
Satu pertanyaan Han Se... apakah keluarga Lin kehabisan uang sampai nona muda mereka mengenakan mantel penuh tambalan padahal datang menemui calon suaminya.
Karena itu, Han Se yang biasanya tidak memiliki kesan apapun di kali pertama bertemu calon istrinya... kali ini sedikit berbeda.
Gu Ji diam-diam memperhatikan punggung Han Se dengan serius, juga dengan sedikit kecurigaan.
Biasanya Han Se langsung menyuruhnya atau Miao Feng membawa calon istrinya ke tempat penyiksaan, tetapi sekarang pria itu tampak bergeming tanpa reaksi.
Lantas, Gu Ji berniat menghampiri tapi dia kalah cepat dengan Han Se yang tiba-tiba memanggil Miao Feng.
"Miao Feng!"
"Ya, Pangeran!" sahut Miao Feng.
"Bersihkan aula Yun! Nona muda Ya Fei akan tinggal di sana!" perintah Han Se.
"..." Miao Feng dan Gu Ji serempak saling tukar pandang, saling mengisyaratkan tanda tanya masing-masing, saling menggeleng tak sama sekali memahami.
Tak sempat orang-orang kepercayaan Han Se itu bersuara, junjungan mereka malah telah bergerak mempersilahkan Ya Fei pergi mengikuti dirinya.
"Silahkan!"
Ya Fei tidak begitu memahami situasi saat ini. Namun, gadis itu meyakini datang ke daerah kekuasaan pangeran kedua bukan sesuatu yang menyenangkan.
Meski demikian, Ya Fei dikawal Jin Fan tetap mengekori Han Se. Mengikuti kemanapun langkah pria itu, termasuk melewati Miao Feng dan Gu Ji, yang menatap dirinya tak bersahabat.
***
"Silahkan!"
Tibalah mereka di pondok pinggiran sungai, menghadap pegunungan Xi Li.
Di sana ada meja bundar, yang dipenuhi kudapan hangat sebagai sarapan Han Se. Pria itu mempersilahkan Ya Fei duduk, diawali dirinya sendiri.
Sambil mengikuti arahan Han Se, bola mata Ya Fei mengarah ke bawah pondokan, tepatnya pada sungai di mana pada tepiannya terdapat anjing hitam tengah menyantap rakus sepotong kaki.
Jin Fan belum menyadari ini. Hingga saat Ya Fei duduk dengan pandangan seolah memintanya melihat ke bawah, barulah pengawal pribadinya itu menemukan pemandangan serupa.
Jin Fan langsung memalingkan wajah dengan tangan mengepal menahan sesuatu.
Sementara Han Se yang jelas mengetahui semuanya, begitu santainya tersenyum sembari menuangkan arak putih.
Minum arak di pagi hari bukan kebiasaan Ya Fei. Tidak peduli yang dihadapinya adalah pangeran kedua terkejam, gadis itu tanpa ragu menolak.
"Maaf sekali, Pangeran kedua, aku tidak suka mengkonsumsi arak." Ya Fei bukan hanya menolak arak pemberian Han Se, tetapi juga langsung membuangnya ke sungai di bawah pondokan.
Han Se terpaku sebelum akhirnya tersenyum satu sisi. "Baru kali ini ada yang berani membuang pemberianku."
Perasaan Jin Fan langsung tak enak!
Di sisi Ya Fei, Jin Fan mengisyaratkan gadis itu segera melakukan sesuatu... meminta maaf contohnya, akan tetapi...
"Baru kali ini juga aku melihat orang makan ditemani anjing pemakan bangkai," sambung Ya Fei diiringi seulas senyum penuh keberanian.
Jin Fan melotot. Pikirnya, ada yang tidak beres di otak Ya Fei.
Bukannya naik pitam, Han Se justru semakin merasa tertarik dengan Ya Fei. "Bagaimana menurutmu? Apa kamu jadi tidak selera pada makanan ini?"
Ya Fei memandang setiap kudapan hangat di hadapannya. Semua makanan itu jenis makanan kuno. Berbeda jauh dari makanan, yang sering kali Ya Fei konsumsi di kehidupan masa depan. Meski begitu, dia juga tak rela membiarkan makanan itu tak tersentuh sama sekali, jadi dia tanpa berkata-kata langsung mengambil semangkuk sup kepala ikan, sekaligus melahapnya tanpa terganggu.
Han Se bergeming, Jin Fan menelan ludah kelu!
Sayangnya baru dua suap sup, Ya Fei meletakkan sendoknya disertai tatapan tak bersemangat. "Juru masak Pangeran kedua tidak ahli, sup kepala ikan yang biasanya kaya rempah-rempah karena difungsikan untuk kesehatan, kali ini terasa hambar seolah hanya diberi garam."
Jin Fan tercengang!
Pria itu baru tahu nona keduanya sangat pintar berkomentar!
Bukan hanya itu, nona keduanya bahkan mengatakan semuanya penuh keberanian, padahal gadis itu paling sering menunduk tak percaya diri.
"Kamu..." Han Se tertunduk terkekeh-kekeh. "Baru beberapa saat lalu datang tapi sudah berani berkomentar."
Seperti sebelumnya, Ya Fei balik membalas, "Betul! Aku juga tidak habis pikir, baru saja datang ke sini tapi tidak mendapat sambutan apapun."
"..." Han Se menyipitkan mata tak suka.
"Sebenarnya tidak ada sambutan juga tidak masalah. Namun, untuk sekelas makanan... ya ampun! Kalian bertahan hidup dengan cita rasa makanan sampah seperti itu," lanjut Ya Fei secara tak langsung mengolok-olok.
Tangan Han Se mengepal, berikutnya tanpa ampun membuang seluruh makanan di permukaan meja hanya dalam sekali sapuan.
Prang!
"Pangeran! Tolong maafkan Nona kedua Lin!" Jin Fan berlutut, dia khawatir pedang Han Se kan segera menebas kepala Ya Fei.