Chapter 3# PAKSAAN MENIKAH
"Bantuan apa? Mungkinkah kami bisa membantumu?"
Charles dan Eric jadi saling pandang mendengar ucapan Anthony barusan.
Dan Anthony malah tertawa lepas sambil menepuk bahu Thomas. Melihat dua orang itu tampak kebingungan, sebuah pemandangan yang sangat lucu, bukan?
"Santai saja. Aku sudah tahu maksud kedatangan kalian. Jangan khawatir, Group Babel siap membantu masalah kalian."
"Benarkah,Tuan?" Charles tampak berbinar mendengar ucapan Anthony kali ini.
"Tentu, tapi ada syaratnya."
Kali ini ucapan Anthony membuat Charles dan Eric kembali saling pandang.
"Apa syaratnya, Tuan?"
Wajah Charles kembali di selimuti kegelisahan.
Anthony tersenyum tipis. Kemudian dia bangkit dari sofa lantas berjalan santai membuat leher Charles terus berputar mengikutinya.
"Selama ini Babel Group tak pernah berurusan dengan perusahaan- perusahaan kecil yang baru melebarkan sayapnya seperti Quantum Corporation. Jika Media mengetahui bahwa Babel bekerja sama dengan Quantum, maka hal ini akan menjadi pertanyaan nantinya."
Anthony berdiri di tepi jendela sambil memutar gelas winenya. Charles mulai berkeringat dingin mendengar ucapan pria itu.
"Namun, aku bisa membantumu dengan satu syarat. Kau harus menikahkan putra bungsumu dengan putriku. Dengan begitu, Media akan mengerti karena hubungan kita sebagai keluarga."
Charles merasa tersentak mendengar ucapan Anthony. Dia segera bangkit dan langsung menghampirinya. Tubuhnya terasa bergetar hebat.
"Apakah, Anda tidak salah bicara, Tuan?"
Charles bertanya setelah berdiri di belakang Anthony dengan raut wajah penuh kegelisahan. Anthony mengulas senyum sunyi lalu berbalik padanya.
"Aku bersungguh, Tuan Willbowrn. Jika kita berbesan maka aku bisa dengan leluasa membantumu."
Charles hampir tak percaya dengan apa yang didengarnya.
Tidak sia-sia dia membesarkan putranya dengan baik bahkan mengirimnya ke Jerman untuk sekolah bisnis, jika pada akhirnya dia akan menjadi menantu bos besar tersohor di Amerika itu.
"Tuan, ini adalah kehormatan yang sangat besar untukku. Seperti mimpi saja." Charles menatap Anthony dengan mata yang berkaca-kaca. Sungguh, ini benar-benar seperti mimpi.
"Sudahlah, tak perlu sungkan. Sebentar lagi kita akan menjadi besan, bukan?"
Lagi-lagi ucapan Anthony membuat Charles sangat tersanjung.
"Ayo kita rayakan pernikahan anak-anak kita!" Anthony segera menggiring Charles untuk kembali duduk menikmati wine.
Charles hanya mengikuti dengan sungkan dan hati yang penuh rasa syukur.
"Tambah lagi, Sayang!"
Anthony memerintah sekertarisnya untuk segera membawakan mereka minuman yang lebih mantap.
Mereka mulai minum sambil berbincang-bincang hingga tertawa lepas bersama-sama.
Sungguh kerja sama yang bagus, Eric! Anthony mentrasfer sejumlah uang pada rekening Eric sore itu juga.
***
"Hentikan, Liam! Jangan menggodaku terus! Cepat lakukan! Aku sudah tak tahan lagi!"
Suara lenguhan itu berasal dari bibir basah seorang gadis mungil bernama Sherlly.
Petang itu ia sedang bercumbu di sebuah kamar hotel dengan kekasihnya, Liam Alen Willbowrn.
"Rupanya kau tak sabaran, Honey." Liam mengakhiri aktifitas dibawah sana dan mulai merangkak menaiki tubuh mungil itu.
"Lakukanlah, aku sudah tak tahan lagi!"
Sherlly kembali mengerang dengan tatapan mata berkabut gairah. Pria itu mengulas senyum menatap sorot matanya yang memabukan.
"Aku akan mamuaskanmu sore ini." Dengan penuh semangat Liam segera memulai permainan yang lebih panas.
"Aah, Sayang!"
Sherlly terus berdesah menikmati permainan pria berusia 25 tahun itu yang tampak begitu mahir.
Ini bukan kali pertama mereka bercumbu. Liam dan Sherlly telah menjalin hubungan cinta sejak dua tahun yang lalu.
Setahun terakhir mereka LDR karena Liam harus melanjutkan studinya di Jerman. Keduanya baru bertemu sore ini dan mereka langsung menyewa kamar hotel untuk melepas rasa rindunya.
"Aku akan segera menikahi mu karena studiku sudah selesai sekarang." Liam mengecup pucuk kepala Sherlly yang sedang bersandar di dadanya usai percumbuan panas mereka.
"Aku selalu menunggumu selama ini, aku harap kau tak akan mengecewakanku." Sherlly menatap wajah tampan dengan bola mata kebiruan itu penuh harapan.
"Tentu tidak, Honey. Aku akan segera melamar mu bersama orang tuaku. Akan ada banyak bunga dan alunan biola saat kau melangkah padaku nantinya."
Liam menenangkan seraya mengecup pada jemari wanita itu. Sherlly mendekap tubuh polos Liam erat. Kemudian keduanya mulai tertidur dengan tubuh yang hanya berbalut selimut.
***
Di kediaman Charles Willbowrn. Keluarga besar mereka yang terdiri dari Margaret ( istri Charles Willbowrn ) Richard Willbowrn
( putra sulung Charles ) dan Jennifer Philef ( istri Richard )
Ketiganya sedang duduk di ruang santai. Rupanya mereka sedang membahas pernikahan Liam dengan putri tunggal Anthony yang bernama Leah Victoria Dakosta.
Tentu saja mereka sangat bahagia dan berbangga bisa menjalin hubungan kekerabatan dengan pembisnis nomer satu di Amerika itu. Mereka tampak begitu senang sambil menikmati sebotol campagne.
Liam yang baru saja pulang tampak heran melihat seluruh anggota keluarganya sedang berkumpul. Bahkan berpesta.
Apa yang terjadi?
Bukankah perusahaan sedang di ambang kehancuran? Lantas, mengapa mereka merayakannya? Liam masih berdiri mematung sembari berpikir.
"Liam! Kebetulan sekali kau pulang. Kemarilah, Nak,!" Charles memanggil Liam seraya mengacungkan gelasnya.
Sambil geleng-geleng dan perasaan tidak yakin, Liam segera menghampiri mereka yang sudah menyambutnya dengan tersenyum bangga untuknya
"Ayo duduk, Liam .Kau harus merayakan ini!"
Charles segera menuangkan botol campagne ke sebuah gelas kecil lalu di berikannya pada Liam.
"Apa-apaan ini? Bukankah kita telah bangkrut? Lantas, kenapa kalian tampak begitu senang?"
Liam yang masih heran hanya menatap semua orang disitu secara bergantian.
Charles tertawa lepas sambil menepuk bahu sang putra bungsu membuat Liam semakin heran. Mungkinkah keluarganya terkena depresi berat hingga mengakibatkan mereka gila? Liam sungguh tak yakin.
"Liam, kau adalah bintangnya sekarang!"
"Ya, benar! Ayo minum!"
Charles dan Richard terus tertawa lepas membuat Liam semakin heran.
"Kau akan segera menikah, Sayangku Liam."
Ucapan Margaret membuat Liam tersedak.
"Apa? Menikah?"
Mata pria itu sampai membulat sempurna saking kagetnya.
"Benar, dan ini adalah Anugerah yang Tuhan berikan untuk kita. Kau akan menikahi putri Tuan Anthony Allard Dakosta, pemilik tunggal Babel Group. Selamat ya, Sayang!"
Margaret menjawab sembari tersenyum mengusap pipi putranya yang tampak tidak senang mendengar hal itu.
"Selamat Liam, kau akan menjadi penerus Babel selanjutnya. Bravo!!" Richard tak kalah bahagianya. Dia langsung merangkul adiknya itu seraya menepuk punggung Liam sambil tertawa girang.
"Ayo, kita rayakan pernikahan pangeran kecil kita ini? Cirrrsss!!"
Charles dan semua orang mengacungkan gelasnya penuh kebahagiaan. Hanya Liam saja yang masih tampak tidak senang dan tak bisa menerima semua ini.
***
"Tidak! Aku tak mau menikah dengan wanita angkuh itu!"
Liam bicara dengan kesal saat dia dan Charles berdiri di tepi kolam renang. Hanya ada mereka berdua di sana.
"Lantas, apa masalahnya? Leah gadis yang cantik dan masih muda. Bahkan, dia seorang Model. Beruntung sekali kau mendapatkannya!" Charles terus membujuknya.
"Dia memang cantik, tapi sangat buruk! Dia sering merundung siswi lain sewaktu SMA. Bahkan, dia juga seorang Psikopat yang gila seks! Apakah pantas wanita seperti itu menjadi menantu di rumah kita?"
"Tutup mulutmu Liam! Kau akan tetap menikah dengannya. Kalau tidak, perusahaan kita akan segera bangkrut dan kita semua akan menjadi gelandangan! Bahkan, aku mungkin akan menghabiskan sisa hidupku di balik jeruji besi."
Charles masih terus kukuh membujuk Liam yang kini hanya terdiam mematung.
Suka atau tidak, putranya itu mesti menikahi Leah karena itu satu-satunya syarat dari Anthony untuk membantu perusahaannya agar kembali normal.
"Ingatlah, Nak! Daddy sudah semakin tua, apakah kau tega melihat ayahmu ini mendekam di penjara? Bahkan, ibumu, kakakmu juga keponakanmu yang masih kecil itu, harus hidup susah di jalanan. Kau harus menerima tawaran terbaik ini. Daddy yakin, pasti kau akan bahagia bersama Leah."
Charles meremas bahu Liam dengan perasaan penuh harapan. Kemudian dia bergegas pergi dengan wajah murung.
Liam sangat kesal. Mimpi buruk macam apa ini?
Kenapa dia harus berkorban dan menikah dengan wanita yang sama sekali tidak dia inginkan.
Sial!
Wanita sombong itu memang menginginkannya selama ini. Tidak tidak, dia tak mungkin menikahi wanita psikopat itu!