Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

TERJEBAK PERMAINAN SENDIRI

Shandra masih mencengkeram wajah Dona, sampai Dona meringis kesakitan. “ARGHHH!” ringisnya merasakan jemari itu tertancap di pipinya.

Darah mengucur dia terluka wajahnya tergores jemari Shandra. “Katakan! Apa kau masih mau membantahku Gadis bodoh?!” geram Shandra berusaha membuat Dona mau mengikuti perintahnya.

“Ayo katakan?!” ulangnya lagi dengan hentakkan.

“Le—paskan, Mih—.”

“Aku tidak akan pernah melepaskanmu Gadis bodoh! Sebelum kau mau menuruti keinginanku!”

“Jangan—.” Almaira berteriak saat melihat Dona menyakiti putrinya, “Saya mohon jangan sakiti Dona Mih. Kasihanilah kami,” lirih Almaira meratapi nasib sial yang di alami putrinya.

Shandra melepaskan Dona, dan tersenyum sinis. “Bawa dia, dan hukum dia!” perintah Shandra terhadap empat anak buahnya.

“Tidak!” jerit Dona berusaha memberontak. Namun, tiba saja ponsel Shandra berdering.

Shandra lantas menerima panggilan dari seseorang di seberang sana, ‘Halo iya Tuan, baik Tuan saya akan segera kirim dia untukmu. Anda tenang saja!’ raut wajah Shandra terlihat ketakutan ketika menerima panggilan dari seseorang itu.

Tidak mau terkena masalah dengan bisnisnya Shandra pun segera meminta Dona untuk memakai pakaian yang dia pilih. “Lepaskan dia!” perintahnya pada para anak buahnya itu.

Dona menghela nafasnya setelah Shandra tidak jadi di hukum dengan cara mengerikan itu. Almaira segera memeluk putrinya, dia menciumi bahkan tak mau melepaskan putrinya ia takut jika Shandra akan semakin berbuat nekad terhadap Dona.

“Sayang, kamu tidak apa-apa kan Nak? Ayo sayang kita obati lukamu,” Almaira mengajak Dona untuk segera mengobati lukanya, mereka berdua segera beranjak sebelum Shandra berubah pikiran.

“HEY-HEY! Kalian berdua mau ke mana? Kau jangan ikut campur Almaira, Anakmu harus segera berangkat!” tukasnya menatap tajam Almaira, tatapan itu seolah tidak ingin dibantah. “Dan kau Dona segeralah kenakan baju yang saya minta, dan berangkatlah kau secepatnya. Atau saya akan benar-benar menghukummu!” ancam Shandra.

Dona bergidik ngeri ketika mendengar ancaman Shandra. Kali ini tidak ada pilihan lain baginya untuk menolak permintaan Shandra, Dona pun lantas berjalan menuju ruang ganti pakaian.

Beberapa saat kemudian Dona telah bersiap untuk pergi, para pria mata keranjang semua menatap pada Madona dengan pakaian yang hampir seluruh mengekspose tubuhnya itu.

‘Sial! Brengsek! Awas kau Shandra aku akan membalasmu lihat saja nanti!’ umpat Dona membatin, ia terus berjalan mengayunkan kakinya hingga menaiki sebuah mobil yang sudah menunggunya di parkiran.

“Ayo silakan Naik Dona!” seorang sopir mempersilakan Dona untuk masuk ke dalam mobilnya.

Dona pun tenggelam di sana. “Ayo jalan Pak!” titahnya dingin.

***

Mobil sedan itu telah sampai di depan sebuah hotel. Dona mulai menuruni mobil itu, dan berjalan menuju lobi. Ia bertanya untuk kamar yang telah di reservasi Ardan.

Setelah itu Dona langsung di arahkan menuju kamar hotel. Namun, tiba-tiba saja ponsel Dona berdering. Dona berhenti sejenak menerima panggilan itu.

‘Halo Pak, saya sudah sampai di hotel setelah ini apa yang harus saya lakukan?’

‘Layani saja Ardan sesuai yang saya inginkan! Saya hanya inginkan Video adeganmu dengannya, kau bisa melakukannya kan?’

‘Baik Pak, saya bisa!’

‘Dan ingat Dona kau harus pintar menyembunyikan wajahnya dari kamera. Biarkan saja wajah Ardan yang terekspos, apa kau paham?’

‘Iya Pak saya Paham!’

‘Bagus! Saya ingatkan Kamera berada tepat di salah satu sudut ruangan dekat pintu pintar-pintarlah kau memainkan semua itu!’

‘Iya Pak Anda Ten—.”

“HEY! AYO CEPAT TUNGGU APALAGI!” Ardhan berseru menatap Dona yang masih menerima telepon.

Begitu melihat Ardan, Dona langsung mematikan ponselnya. Sejenak berdiam diri mengumpulkan kepercayaan diri Dona kembali mengayunkan kakinya.

“Kenapa kau sangat lama sekali!” Ardan memegang tangan kanan Dona dengan kuat seraya berjalan cepat menuju salah satu kamar yang telah dipesan. Dona berjalan di belakangnya terus mengikuti langkah Ardan yang lebar. Mereka berdua menaiki lift, tetapi saat ini seluruh tubuh Dona terlihat gemetar.

“Sebenarnya kita akan ke mana? Kenapa kita naik lift lagi memangnya kamarnya berada di lantai berapa Tuan?” walaupun takut Dona tetap berusaha menggoda Ardan, karena hanya dengan cara itu dia bisa menenangkan dirinya.

TRING! Suara lift terbuka membuyarkan lamunannya.

Ardan kembali meraih tangan Dona, menyusuri lorong hotel ini.

Tiba-tiba saja Ardan menghentikan langkahnya di depan kamar paling ujung, “Masuklah saya harus membeli sesuatu terlebih dulu!” pintanya menyuruh Dona masuk.

Tanpa berpikir panjang Dona masuk ke dalam ruangan itu.

KLIK!

Ardan mendorong tubuh Madona masuk ke dalam kamar itu.

“Ahhhhhhh!” Dona memekik sakit karena telah di dorong kuat oleh Ardan. Sedang di dalam ruangan itu sangat gelap Dona berteriak ketakutan.

“Ardaaaaaaaaaaaan! Buka pintunya!” Tiba-tiba saja asap muncul dari rongga pintu, dan membuat Dona hilang kesadaran.

Pada saat Dona telah sadar dia sudah berada di atas ranjang, dia tidak tahu apa yang terjadi sebelumnya. “Aishhhhh sial apa yang terjadi, kenapa dengan dirimu?” gumam Dona serasa menggoyang kepalanya.

Tanpa terduga Ardan langsung membaringkan tubuh Dona. “Ahhhhhhhhhhhh!” Dona memekik kaget, sebelumnya dia tidak menyangka kalau di sampingnya telah berdiri seseorang. Di dalam ruangan gelap itu Dona tidak mengetahui siapa pria yang telah berusaha menyentuhnya itu.

“Diamlah!” umpat Ardan, “Di sini Cuma ada kita Dona, kau bisa menolakku tapi tidak jika setelah aku melucuti seluruh pakaianmu!” bisik Ardan terdengar mengerikan.

Namun, Dona tidak sedikitpun merasa takut, tapi malah semakin membuatnya penasaran.

“Kau jangan lupa Ardan, aku ini Perempuan yang tidak punya moral, jadi seharusnya pertanyaan itu untukmu. Kau jangan menyesal jika kau terus ketagihan denganku.” Dona tersenyum laknat dengan seringaiannya.

Cetrek!

Dona menarik benang lampu yang tak jauh dari jangkauannya. Kini Dona dapat melihat wajah tampan sang pengacara itu, “Kau memang menggemaskan Ardan,” Dona menelan salivanya menatap wajah yang kini berada di atasnya.

“Kau adalah Gadis malam jadi kau tidak akan pernah bisa menyakitiku Dona!”

Dona tergelak. “Bukan itu maksudku Ardan, siapa juga yang mau menyakitimu aku hanya ingin hubungan Sek denganmu—.”

“Diamlah!” Ardan membekap Dona dengan mulutnya.

“Ummmmm!” Dona terengah-engah ketika Ardan mulai beringas menyerangnya. Namun, sebisa mungkin Dona mencari cara untuk Ardan menatap ke arah kamera yang terletak di sudut atas pintu.

“Tunggu Ardan!” pinta Dona agar Ardan mau berhenti sejenak, sesaat kemudian Dona mendorong tubuh dengan pahatan sempurna itu. “Bukalah!” pintanya lagi.

Dona meminta Ardan untuk membuka bagian bawahnya. Ardan tersenyum menyeringai, dan mencibir Dona. “Dasar jalang!” cibirnya, “Apa kau ingin bermain di atasku?”

“Sudahlah jangan banyak tanya Pria kutub!” Dona kembali mendorong tubuh setengah polos itu. Dona mulai menelusuri tubuh dengan pahatan indah itu.

‘Sial! Kenapa aku yang terjebak?!’

"Ayo tunggu apalagi! Kenapa kau hanya diam?"

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel