Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

MALAM PANJANG

Ardan kini berada di bawah kendali Dona, dia menyerah dengan permainan gadis nakalnya itu. “A—yo Dona menarilah di atas sana,” Ardan mengeram merasakan goyangan pinggul Dona, “Ssssss ... dasar jalangki assshhh,” racau Ardan tidak karuan.

Dona kesal karena Ardan tidak mau tutup mulut, dia terus mengeluarkan suara yang menyebalkan bagi Dona. “Tidak bisakah kau diam? Aku tidak fokus dengan suaramu itu!” sentaknya kesal.

“Ini gila! Kenapa ini sangat nikmat sekali aisssshhhh,” desis Ardan terus di hujami oleh kenikmatan itu.

Dona kembali fokus untuk memanipulasi kegiatannya saat ini, dia berusaha mencari celah agar wajah Ardan terekspos oleh kamera yang saat ini merekam adegan panas mereka berdua.

“Ahhhhhhh,” Dona memekik hebat.

Dona akhirnya mendapatkan pelepasan begitu hebat setelah sekian lama dia menari di atas tubuh kekar itu. Perlahan Dona merebahkan tubuhnya di atas tubuh Ardan, dengan keringat hangat dan lengketnya ketika kulitnya bersentuhan. Dona tersenyum tipis, dan mengecup bibir penuh Ardan. “Kau benar-benar hebat Ardan, aku telah mendapatkannya.” Bisik Dona dia tersenyum licik.

Namun, Ardan tidak sadar jika saat ini dia sedang dalam bahaya besar Dona telah menjebaknya.

“Menyingkirlah dariku!” Ardan lantas bangkit dari tempatnya berbaring, dan kembali merebahkan tubuh Madona dalam sekejap Ardan mengunci pergerakan Dona.

“Sekarang giliranku Dona!” Ardan tersenyum menyeringai menatap wajah Madona.

Dona mengerutkan dahinya saat Ardan mulai berusaha mendominasinya.

‘Sial! Aku dalam keadaan lemah setelah aktivitas tadi,’ batin Dona bergidik ngeri menatap mata Ardan sayu telah tertutup kabut nafsu.

Dona mencoba menarik diri, tetapi Ardan semakin memeluknya erat, berusaha menahan tarikan hebat dari sang Madona. Dona terus berusaha berontak. Namun Dona tidak bisa melepaskan diri, karena Ardan lebih kuat. Sementara Dona dalam kondisi lemah.

“No! Ardan aku mohon ... kita sudahi permainan ini,” mohon Dona terhadap Ardan.

Namun, Ardan malah tertawa menggema di setiap sudut ruangan itu.

Dona bergidik ngeri jiwanya bagaikan tertarik ke lubang hitam birahinya, sementara Ardan tidak mau melepaskan Dona begitu saja.

Ardan tersenyum miring saat melihat Dona merasa pasrah atas tindakan yang akan dilakukannya. Sesekali Ardan menyeringai melihat tubuh polos di bawahnya mulai menyerah, dan menggelengkan kepala. Ardan kembali berbisik ditelinga perempuan pemilik tubuh seksi itu.

“Dona--,” bisik Ardan dan sontak Dona mengeram saat sesuatu mulai berontak di bawah sana.

Ardan kembali menarik pinggul Dona mendekatkan ke arah tubuhnya, dalam sekejap Ardan memutar tubuhnya sejenak mengubah posisi. Kemudian, memegang pinggul Madona yang telah mengubah posisi membelakanginya.

Saat posisi telah bersiap, Ardan kembali mendekatkan pinggul itu ke arah tubuhnya, dalam sekali hentakan Ardan berhasil menerobos masuk ke dalam tubuh Madona.

“Ahhhhhhhhhhhhh,” erangan dan desahan hebat meluncur bebas begitu saja dari mulut seksi dengan bibir ranum itu.

“Ha-ha-ha ... sepertinya ini akan menjadi malam panjang kita Dona,” seringai Ardan dengan tawa menyeringai.

Ardan terus memacu pinggulnya tanpa ampun dia menyerang Dona.

“Stop_” Dona berusaha menjauhkan tubuhnya dari Ardan, dia sedikit maju. Tapi, Ardan pun ikut maju sehingga Dona kewalahan melayani Ardan.

“Aku mohon hentik—an Ardan. Aku mohon...” Dona merasakan permainan tidak biasa, saat ini dia merasa bukan bermain dengan Ardan yang dia kenal.

“Kenapa Dona kau menyerah Hem, bukankah kau bilang aku ini tidak normal Hem!”

“Aku mohon Ardan, Stop!” bentaknya.

“Kenapa Dona apa kau menyerah?” tanya Ardan berusaha ingin mendengar Dona menyerah dengan permainan ranjangnya. Sejenak Dona melirik ke arah milik Ardan, dalam sekejap dia membuang mukanya setelah melihat benda mengkilap yang telah di balut oleh cairan itu.

Ardan terkekeh kecil saat Dona bergidik melihat miliknya yang telah menegang sempurna. “Apa kau menggunakan pil kuat? Kenapa kau sangat lama sekali?” umpat Dona sudah kewalahan meladeninya.

“Bukankah permainan seperti ini yang kau inginkan bukan? Selain uang kau juga mencari Pria yang bisa memuaskan hasratmu itu bukan?”

“Brengsek! Dasar biadab!” umpat Dona sekali lagi.

“Heuh! Biadab katamu?” Ardan terus memaju mundurkan miliknya, “Kau yang biadab Dona telah membuat benih-benih Manusia ini berguguran.” Ucap Ardan terkekeh.

Sejenak Dona terdiam dia teringat kalau dirinya sedang dalam masa subur saat ini. Sedangkan, Ardan tidak memakai pengaman sama sekali. “Kenapa kau tidak memakai pengaman? Aku bis—.”

Ardan segera membekap mulut Dona dengan bibirnya. “Ummmmm!”

“Bisa apa Dona? Hamil maksudmu? Jika kau bisa hamil aku akan dengan senang hati Dona,” bisik Ardan mengerikan bagi Madona.

Dona mencari kesempatan untuk bisa lepas dari Ardan. Ketika Ardan lengah Dona segera mendorong tubuh Ardan, dia segera bangkit dan berjalan meraih tasnya di atas nakas mengambil pengaman untuk Ardan.

“Pakai ini jika kau mau melanjutkan permainan ini!” ucap Dona menyerahkan kamasutra pada Ardan.

Ardan tergelak dalam tawanya. “Okay, aku akan memakainya. Tapi kau yang memasangkannya,” bisik Ardan tersenyum licik.

“Sial!” umpat Dona kesal.

Ardan semakin tersenyum lebar saat menatap wajah Dona yang berhasil dia permalukan. “Kenapa Dona apa kau tidak mau?”

Dengan terpaksa Dona menuruti permintaan Ardan. Dona segera membuka benda yang di bungkus foil itu, dan memasangkan pada benda kenyal yang di hiasi kilapan itu.

Ardan terkekeh kecil ketika melihat wajah marah Dona saat merobek bungkusan itu, tapi pada akhirnya Dona pun tersenyum setelah menggenggam benda yang hampir sama besar dengan tangannya itu.

“Kenapa Dona? Apa kau suka Hem?”

Dona kembali mengumpat, “Diamlah!”

“Dasar jalang kesayanganku rupanya kau ini masih saja malu-malu kucing!” cibir Ardan kembali membawa Dona dalam dekapannya.

Dona menggeliat ketika kulitnya kembali bersentuhan dengan Ardan. “Tunggu dulu!” Dona bangkit kembali dari posisinya saat ini.

Dona menarik tangan Ardan, dan menuntun tangannya itu pada dua buah di bawah lehernya. “Aku ingin kau memegang bagianku,” pintanya seraya tersenyum.

Ardan tersenyum senang saat Dona mulai kembali nakal. “Inilah yang aku suka darimu, cepatlah duduk dipangkuanku, dan tanganku akan bergerilya menyelesaikan tugasnya.”

Saat ini Ardan mulai bisa merasakan kenikmatannya, dan mulai memainkan siluet yang begitu menggoda di depan matanya.

Perlahan Ardan bangkit, saling berhadapan dengan Dona, kini wajahnya tenggelam di dua buah yang tepat di matanya itu.

“Ashhhh!” Dona mendesah mulai terpancing kembali birahinya.

“Ayo jalang,” bergerak lebih cepat, “ Ahhhhhhhhhhhh!”

“A—aku mauuuuuuhhh!” Desahan hangat, dan pekikan kenikmatan itu terus meluncur dari mulut Dona.

Dona kembali ambruk dia sudah tersiksa, dan hampir menyerah. “A—aku sudah tidak sanggup lagi,” Dona melemas sambil memeluk erat tubuh yang sama-sama polos itu.

“Aku sebentar lagi akan—.”

Ardan terus memacu pinggulnya, dan semakin cepat.

TRING!!!

Bunyi ponsel setiap penguna jagat Maya mulai dihebohkan dengan skandal sang pengacara.

“Kali ini kau akan hancur Ardan!” pria misterius yang meminta Dona untuk menjebak Ardan pun puas dengan Video itu.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel