Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB. 7 Mulai ketahuan

Ia ingin keluar dari kamarnya dan turun untuk melihat sosok pria itu dari dekat. Namun 

ponselnya berdering dan itu dari Axel, alangkah senangnya hatinya. Ia langsung mengangkat telpon dari kekasihnya itu dan melupakan pria yang membuatnya penasaran.

"Halo Axel, kok kamu baru menghubungiku?" kesalnya.

"Maaf Sa, aku sibuk mengurus resepsi pernikahan kita di Surabaya nantinya. Lagian kan kita sedang menjalani masa karantina sesuai keinginan orang tuamu. Jadi kita harus mematuhinya."

"Kok karantina? masa-masa dipingit, Axel!"

"Hahaha sorry, sorry.., Sa, maksudku masa-masa di pingit." Padahal di dalam hatinya. Axel sangat kesal dengan peraturan yang sangat ketat dari kedua orang tua kekasihnya itu mau tidak mau ia harus mematuhinya.

"Sabar Axel tinggal hitungan hari, Chesa akan sah menjadi istrimu!" ia menyemangati dirinya sendiri.

Panggilan telpon dari Axel pun berakhir. Chesa merasakan tubuhnya butuh rileks saat ini. Ia pun memutuskan untuk mandi dan berendam di dalam bathub.

Sementara itu Zay, kalah telak di ronde ke 8. Ewan memenangkan duel itu. 

"Shit!" gue tetap tidak bisa melawannya." Gerutunya dalam hati.

Ewan meraih tangannya dan mengangkat tubuhnya. "Lo tetap tak terkalahkan!" ujar Zay.

"Tunggu undangan duel dari gue berikutnya!" Ewan tidak peduli dengan omongan Zay yang ingin duel lagi dengannya. 

Ia malah menyodorkan air mineral kepada Zay.

"Minum dulu bro." 

Tidak lupa Ewan memberi hormat kepada Greg dan Hanny yang sedang duduk santai di teras yang berada di samping ruangan tinju itu.

Greg yang melihat pertarungan putranya dengan Ewan tadi menjadi penasaran untuk mencoba membobol pertahanan Ewan.

"Mom, aku pamit sebentar, aku jadi penasaran dengan tehnik yang di pakai Ewan."

"Dad, kamu kalah umur sama nak Ewan." Istrinya mencoba mengingatkannya. Namun dasar suaminya keras kepala. Ia tidak menggubris nasehat istrinya. 

Tuan Greg berjalan tanpa ragu menuju ruang tinju.

"Selamat siang pak," sapa Ewan ramah.

"Siang, kamu masih fit kan?" tanya Greg kepada asistennya itu.

"Masih pak." Tegasnya.

"Zay, pasangkan sarung tinjunya." Greg menyodorkan kedua tangannya kepada anaknya.

"Daddy mau ngapain?" tanya Zay sambil memasang sarung tinju di kedua tangan ayahnya. 

Greg hanya tersenyum dan tidak menjawab perkataan anaknya.

"Daddy mau melawan Ewan?" Zay terlihat ragu dengan ayahnya.

Tuan Greg memerintahkan pengawal pribadinya bagian pengintaian untuk merekam duel tinju antara dia dan Ewan. Kamera cctv di sudut setiap ruangan itu berada di posisi on camera dan mulai merekam pertandingan itu.

"Ewan, di atas ring. Saya bukan atasanmu tetapi lawanmu. Apa kamu mengeti?" tanya tuan Greg lantang.

"Siap, laksanakan pak!" tegas Ewan.

Pertandingan pun di mulai. Keduanya sama-sama kuat. Ewan seperti mendapat lawan yang seimbang. Ia mengakui pertahanan tuan Greg yang sama kuat dengannya.

Nyonya Hanny yang menonton duel antara suaminya dan Ewan, mulai yakin jika suaminya tidak kalah bersaing dengan tehnik yang dimiliki Ewan di atas ring. 

Sudah lewat sepuluh ronde, namun keduanya sama-sama kuat.

Zay baru tau jika tehnik yang di pakai ayahnya sangat lihai, tidak mudah untuk di kalahkan. 

Wasit menambah lima ronde lagi. Jika dalam lima ronde tidak ada yang tumbang permainan di katakan seri.

Walaupun sudah ditambah lima ronde. Tidak ada satu pun dari mereka yang kalah. Akhirnya wasit memutuskan bahwa hasil pertandingan dinyatakan seri.

Zay bertepuk tangan dengan semangat memuji kelihaian keduanya di atas ring.

"Wow.., Daddy the best!" 

"Pak, ternyata bapak lebih jago dari saya," Ewan pun juga memuji tuan Greg. Sebab tadi saat di atas ring. Ewan beberapa kali hampir kebobolan pertahanannya karena tehnik Greg yang lebih unggul darinya."

Mereka pun memilih untuk berbincang- bincang santai saat ini. 

"Nak Ewan sangat jago ya main tinju,"

"Biasa aja nyonya..," ujarnya merendah.

 "Bro, kapan-kapan kita duel lagi ya. Gue harus bisa mengalahkan lo di atas ring!" Ewan mengangguk tanda setuju.

Tiba-tiba ponsel Ewan berdering, panggilan itu dari detektif sewaannya untuk menyelidiki kehidupan pribadi Axel. ia lalu mengangkatnya,

"Halo pak Ewan, ada informasi terbaru tentang tuan Axel dan ini sangat penting." Ia segera mematikan panggilan itu tanpa menyahut sedikit pun. Ia tidak mau keluarga bosnya tau lebih dulu karena ia harus benar-benar memastikan kebenarannya.

Foto-foto Axel yang sedang bermain poker mulai masuk ke ponsel Ewan melalui pesan gambar dari detektif tersebut.

"Bos, sepertinya saya harus kembali sekarang," ujarnya kepada tuan Greg.

"Kenapa? apa ada hal mendesak?" tuan Greg sedikit penasaran.

"Maaf bos, saya baru saja di telpon ada acara keluarga dan saya diharuskan ikut." Ujarnya lagi. Ia terpaksa berbohong saat ini.

Ada raut kecewa di wajah nyonya Hanny saat tau jika Ewan harus pergi secepatnya dari rumahnya padahal ia sangat berharap jika Ewan akan bergabung untuk makan siang dengan anggota keluarganya yang lain. 

Ia sudah merencanakan akan memperkenalkan Ewan kepada Chesa.

Namun sepertinya rencananya itu gagal total.

Ewan memeriksa keaslian foto-foto dari detektif itu dan ternyata semuanya memang asli. Saat ini ia berada di sebuah cafe tertutup sedang melakukan pertemuan dengan detektif itu.

"Tuan Axel bermain poker di tempat eksklusif khusus kalangan high class dengan pengamanan yang super ketat sehingga tidak terjamah oleh pihak kepolisian." Sang Detektif mulai menceritakan kebenaran dari informasi yang ia dapatkan.

"Sejak kapan, tuan Axel memiliki perangai suka bermain poker?" tanya Ewan.

"Sepertinya sejak ia kuliah di luar negeri." Ewan semakin bingung kenapa anak gadis tuan Greg tidak mengetahui perangai pacarnya itu.

"Ia melakukannya secara diam-diam sehingga orang-orang di sekitarnya tidak seorang pun yang tau. Tuan Axel diketahui sangat takut dengan ayahnya sehingga semua kegiatannya bersifat rahasia." Lanjut Sang Detektif.

"Baiklah, apakah anda bisa mengatur saya untuk masuk ke dalam tempat rahasia itu?" Ewan ingin memastikannya secara langsung.

"Saya akan mengusahakannya pak. Nanti malam saya kabari anda." Lalu mereka pun sepakat untuk bertemu di suatu tempat nanti malam.

Ewan segera kembali ke apartemennya, menggunakan taksi online namun di tengah perjalanan saat lampu merah, ia melihat pemuda yang sangat mirip dengan Axel di dalam sebuah mobil yang diapit oleh dua orang perempuan.

Ia lalu menyuruh sopir taksi untuk mengikuti mobil yang membawa Axel. Namun karena mobil itu melaju dengan kecepatan tinggi. Ewan kehilangan jejak Axel. Untung saja Ewan mengingat plat mobil tersebut. 

Ia lalu mengirimkannya kepada detektif tadi.

"Lacak plat mobil ini milik siapa, sepertinya saya baru saja melihat Axel di dalam mobil tersebut." Pesan langsung terkirim kepada si detektif.

Ewan kaget saat membaca pesan dari si dekektif, "mobil tersebut milik orang yang mengelola tempat perjudian itu pak." 

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel