Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB. 6 Siapa dia?

Ewan turun dari taksi online setelah memastikan jika alamat yang ia tuju sesuai dengan alamat yang diberikan Zay beberapa waktu yang lalu kepadanya

Ia memasuki pekarangan rumah setelah melapor di pos satpam, bahwasannya ia akan bertemu dengan Zay.

"Langsung masuk saja mas, tuan muda Zay sudah menunggu kedatangan anda." Ujar pak satpam. 

Ewan memasuki pekarangan rumah bosnya, ini pertama kali ia memasuki rumah bosnya yang sangat megah dan luas. Ia lalu menunggu di teras rumah. Ia baru dikabari jika Zay sedang mengadakan rapat online dengan kliennya di luar negeri.

"Masnya nunggu sebentar ya, tuan Zay sedang ada kesibukan."

"Iya mbok saya akan menunggu." Jawabnya sopan.

"Tuan dan nyonya besar juga sedang keluar meninjau tempat resepsi nikahannya nona Chesa, saya tinggal dulu ya mas..," jelas Sang ART.

"Siap mbok," serunya.

Ewan pun duduk santai sambil memainkan ponselnya. Sebuah mobil sport masuk ke pekarangan rumah tuan Greg. Seorang pemuda yang sangat mirip dengan Zay keluar dari mobil.

Ewan menyapanya sopan, "selamat pagi tuan muda,"

"Mau bertemu dengan?" Zey yang masih dibawah pengaruh alkohol, jalan sempoyongan menuju ke arah Ewan.

"Saya sudah ada janji dengan tuan Zay." Jawab Ewan lalu menangkap tubuh tegap Zey.

"Tuan, tuan muda? apakah anda baik-baik saja?" cecar Ewan.

"Ssssst, gue baik-baik saja, tolong antar gue ke kamar, dan jangan kasi tau siapa pun jika gue mabok yeh, gue baru pulang dugem bro..,"

Zey mulai mengoceh tak jelas.

"Ba..baik tuan muda,"

"Nama gue Zey.., bukan tuan muda!" hardiknya.

"Ok Zey, saya akan menjaga rahasia anda, kamar anda dimana?" dengan tertatih, Ewan memapah tubuh lemah Zey ke kamarnya di lantai atas. Ewan juga baru tau jika di rumah bosnya ada liftnya. Keduanya pun masuk ke dalam lift menuju lantai atas. 

Disaat Ewan memapah Zey ke dalam kamarnya. Chesa melihatnya.

Ewan menjatuhkan tubuh Zey ke atas kasur yang sangat empuk. 

"Terima kasih bro! ingat ini rahasia kita berdua! tolong tutup kembali pintu kamar gue." Ujarnya lalu ia benar-benar tertidur.

Zey yang baru pulang dugem sengaja pulang ke rumah saat tau jika kedua orang tuanya sedang berada di luar rumah. Karena jika tidak ia akan di marahin habis-habisan oleh daddy-nya dan mommynya pasti akan menangis lagi karena dirinya dan ia tidak mau itu terjadi. Untuk itu sebelum kembali ke rumah tadinya, ia lebih dulu menelpon satpam yang menjaga rumahnya. Untuk memastikan semua aman.

Chesa yang masih menjalani masa pingitan, untuk mengurangi rasa bosannya karena di rumah terus, ia pun mendekor ulang kamar pribadinya dengan mengganti setiap posisi barang-barang yang ada di dalam kamarnya. 

"Duh.., kok jadi berantakan banget sih, bagaimana aku membereskan semua kekacauan ini?" tanyanya pada dirinya sendiri. Karena ia yang awalnya ingin merapikan kamarnya malah menjadi sangat berantakan.

Sementara itu. Ewan keluar dari kamar Zey dan menutup pintu kamar itu rapat-rapat.

Lagi-lagi Chesa melihatnya. Ia lalu punya ide cemerlang.

"Hei.., lo, sini sebentar..," ia mulai memanggil Ewan. Ewan belum menyadari jika Chesa memanggilnya. Ia melirik kiri dan kanan dan tidak ada seorang pun disitu selain dirinya.

"Saya..?" tanyanya.

"Iya elo.., memangnya ada orang lain selain kamu?" Ini orang mukanya aja cakep tapi IQnya jongkok kayaknya deh!" kesalnya dalam hati.

"Anda bodyguard baru daddy kan?"

"Sa..saya..," belum sempat Ewan selesai menjelaskan siapa dirinya sebenarnya.

Chesa malah menarik tangannya menuju ke dalam kamarnya.

"Sudah-sudah nanti biar gue yang menjelaskan ke daddy, ntar gue nambah uang saku lo deh. Gue butuh bantuan lo nih."

Keduanya sampai di kamar Chesa. Ewan melihat sekelilingnya dan melihat kamar Chesa yang sangat berantakan.

"Kamar ini kok sangat berantakan?" tanya Ewan terheran-heran.

"Eh.., itu tadi gue mau beres-beres mau merapikan gitu, tapi nggak tau kok bisa jadi gini. Sudah deh, buruan lo beresin ntar gue bayar lo double. Okay..?"

Ewan ingin protes tetapi Chesa malah sibuk dengan ponselnya dan tidak sedikit pun melirik ke arahnya.

Hampir satu jam Ewan terus merapikan kamar Chesa sementara yang punya kamar tidak peduli sama sekali. Ewan melirik ke arah Chesa dan mencuri-curi pandang melihat apa yang sedang ia lakukan dengan ponselnya, ternyata ia sedang menonton drama Korea.

Ewan menjadi ingat dengan kakaknya Hera, jika sudah nonton drama korea pasti larut di dalamnya dan melupakan sekelilingnya.

Akhirnya Ewan selesai merapikan kembali kamar Chesa. Bersamaan dengan itu, ponselnya berdering dan terlihat di layar ponsel jika yang menghubunginya adalah Zay.

"Halo Zay," ucapnya sambil keluar dari kamar Chesa dan ia lupa pamit kepadanya, ia buru-buru saat ini karena Zay sudah menunggunya dari tadi. 

Sementara Chesa yang masih saja fokus dengan ponselnya tidak menyadari jika Ewan sudah keluar dari kamarnya.

Dengan cepat Ewan menuju halaman samping disana sudah ada Zay dan bertepatan dengan itu tuan Greg dan nyonya Hanny pulang.

"Sorry bro, gue tadi ada meeting sebentar." Ujarnya kepada Ewan.

Zay sudah siap tempur. Bahkan ia sudah menyewa seorang wasit profesional untuk menilai duel mereka. Ewan siap-siap memakai sarung tinju.

Kebetulan halaman samping rumah tuan Greg ada sebuah ruangan kaca transparan khusus untuk olah raga tinju. Dimana di dalam ruangan itu ada satu ring tinju. Karena dulu di masa mudanya tuan Greg juga menyukai olah raga tersebut. 

Ewan naik ke atas ring, Zay sudah menunggunya dari tadi. Wasit juga sudah naik ke atas ring. Tubuh Ewan terlihat siap menghadapi serangan-serangan dari Zay, karena sebelumnya ia yang membersihkan kamar Chesa dan mengangkat benda-benda berat sehingga tubuhnya seperti mendapatkan pemanasan terlebih dahulu.

Tuan Greg dan nyonya Hanny juga menonton duel antara Zay dan Ewan. Sangat terlihat jika Ewan lebih lihai dari Zay. Sudah di ronde kelima, Zay terus melakukan penyerangan tetapi pertahanan Ewan sangat kuat. Sepertinya Ewan sengaja tidak menyerang. Ia seperti memberi kesempatan kepada Zay untuk menghancurkan benteng pertahanannya.

"Dad sepertinya Ewan pertahanannya sangat kuat ya," ucap nyonya Hanny yang menilai duel itu. Keduanya menonton duel itu sambil minum teh di teras samping rumah mereka.

"Ya, sepertinya juga begitu, Zay terlalu tergesa-gesa padahal Ewan sengaja membuat ia menyerang terus agar dapat membobol pertahanannya." Jelas Greg dengan detail.

Sementara itu Chesa yang selesai menonton drama korea favoritnya. Ia terkagum-kagum karena kamarnya sudah rapi kembali. Ia lalu mencari-cari dimana pria yang merapikan kamarnya namun ia tidak menemukannya.

Lalu ia melirik ke arah jendela kamarnya dan melihat ke bawah jika Zay sedang duel di ring tinju. 

Namun ia tidak bisa melihat wajah siapa yang menjadi lawan kakaknya itu karena ruang tinju berada di lantai bawah.

Diam-diam ia mengagumi otot-otot tubuh pria itu. Ia dapat melihat kelincahannya di atas ring. "Siapa dia..?" rasa penasaran mulai timbul dihatinya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel