Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB. 5 Cincin pernikahan

"Anda.., Ewan kan?" sapa Zay kepada pemuda yang duduk di samping ayahnya.

Zay Iangsung meraih kursi dan duduk tepat di depan Ewan. Ada sedikit aura ketegangan di wajahnya.

"Selamat siang nyonya, selamat siang tuan muda," sapa Ewan sopan.

"Kalian sudah lama menunggu?" nyonya Hanny bertanya kepada suaminya tetapi matanya tertuju kepada Ewan.

"Masih belum lama kok mom," tapi tuan Greg yang menjawab pertanyaan istrinya.

Zay, masih bengong karena melihat kedua orang tuanya sepertinya kenal baik dengan Ewan, rival beratnya di klub tinju.

"Mom, dad.., kalian kok bisa kenal dengan Ewan?" tanyanya penuh selidik.

"Lah, kamu sendiri kok bisa kenal dengan nak Ewan?" ternyata nyonya Hanny penasaran, anaknya Zay bisa kenal dengan Ewan.

"Ya ampun mom, kan aku yang bertanya duluan." Zay jadi menggerutu.

"Sudah-sudah nanti ributnya. Kita makan siang dulu. Daddy sudah sangat lapar." Selepas berkata begitu, terlihat pelayan restoran menghampiri meja mereka dan membawa semua pesanan tuan Greg.

Keempat orang tersebut, makan dalam diam. Sesekali Zay menatap tajam ke arah Ewan. Namun yang ditatap malah kelihatan santai-santai saja.

Setelah selesai makan, tuan Greg mulai membuka obrolan untuk menjawab rasa penasaran anak sulungnya.

"Ewan ini asisten pribadi daddy," Zay mulai menyimak cerita ayahnya tentang Ewan. Bagaimana daddynya bisa mengangkatnya sebagai orang keparcayaannya.

"Terus kamu sendiri, kok bisa mengenal Ewan?" sekarang giliran nyonya Hanny yang penasaran.

"Aku mengenalnya di klub tinju. Kami pernah beberapa kali berduel dan ia selalu mengalahkanku di atas ring!" Zay kembali menatap tajam ke arah Ewan. Namun Ewan tetap terlihat santai.

"Semua lawan bisa ku atasi, hanya dia seorang yang selalu membuatku berada di posisi kedua!" Zay menjelaskan lagi.

"Wah, jadi kamu juga menyukai olah raga tinju?" nyonya Hanny semakin kagum dengan Ewan.

"Biasa saja nyonya..," Ewan menjawab dengan sopan.

"Hei.., kamu jangan sok merendah gitu! dia sangat jago di atas ring dad! oh ya Sabtu ini kamu datang ke kediaman Brett ya, aku ingin berduel lagi denganmu! jika kamu menolak berarti kamu itu pengecut!" 

"Maaf tuan muda kebetulan saya ada kesibukan Sabtu ini," Ewan ingat jika hari Sabtu ia akan membersihkan apartemennya.

"Hei.., aku bukan majikanmu, namaku Zay!" 

Ewan menjadi segan memanggil nama Zay tetapi Zay tetap memaksanya.

"Memangnya apa kesibukanmu di hari itu?" kali ini tuan Greg yang bertanya. Karena sejujurnya, ia juga penasaran dengan kemampuan asisten pribadinya itu di atas Ring.

"Hehehe, hanya membersihkan apartemen sih pak.., ba..baiklah saya akan ke rumah bapak hari Sabtu." Ewan jadi malu sendiri.

"Ok bro, aku tunggu kamu datang hari Sabtu!" Zay tersenyum puas. 

"Sepertinya, kamu itu sudah cocok untuk menikah lho nak Ewan biar ada yang ngurusin kamu." Nyonya Hanny masih mengharapkan Ewan yang akan menjadi menantunya.

"Ma..masih belum ada calon nyonya." Jawabnya sopan.

"Oh.., begitu saya doakan ya kamu sepecatnya mendapatkan jodoh nak Ewan." 

"Semoga kamu berjodoh dengan Chesa," namun kalimat terakhirnya itu hanya ia gumamkan dalam hati.

"Amin nyonya!" jawab Ewan lantang.

"Amin..," nyonya Hanny terus berharap keajaiban terjadi sehingga Chesa gagal menikah dengan Axel.

"Sudah ah, kok jadi ber amin-amin ria," tuan Greg menegur istrinya.

"Mommy lupa ya tujuan mommy kesini?" 

"Sorry dad jadi lupa. Nak Ewan, tolong ceritakan hasil penyelidikan mu terhadap Axel." 

Ewan pun menceritakannya kembali, ia juga memberitahukan kepada Zay dan nyonya Hanny tentang penyelidikan yang ia lakukan.

"Aku sangat setuju dengan tindakanmu bro, aku juga memiliki kecurigaan yang sama dan aku pikir si Axel, sangat pintar dalam berbicara tapi belum tentu ada isinya." 

Setelah perbincangan serius selesai. Mereka pun menuju sebuah toko perhiasan mewah untuk memesan cincin pernikahan untuk Chesa.

"Halo Sa.., berapa ukuran jari Axel?" tanya nyonya Hanny kepada anaknya melalui sambungan telepon. 

"Aduh mom, dari tadi aku hubungi Axel tapi tidak nyambung." Chesa terlihat gusar.

"Lho kok bisa begitu Sa..?" 

"Itulah mom, aku juga nggak tau, tapi Axel bilang dia sibuk mengurus resepsi pernikahan kami yang akan diadakan di Surabaya." Hati nyonya Hanny tiba-tiba meringis. Ia tidak terima informasi yang di sampaikan oleh Chesa.

"Ya sudah nanti kamu chat mommy, kamu perkirakan saja ukuran jari Axel." Nyonya Hanny segera mematikan ponselnya. 

Ia lalu kembali ke tempat dimana pelayan toko sedang menawarkan beberapa jenis cincin pernikahan. Hanny melihat tinggal ada Ewan disana.

"Lho.., nak Ewan, kok tinggal ada kamu? Zay sama daddynya kemana?"

"Maaf nyonya, tuan Greg menemani Zay untuk membeli sesuatu." Ujarnya menjelaskan.

"Bagaimana nyonya, cincin mana yang jadi tadinya?" pelayan toko menanyakan kepada Hanny tentang cincin untuk Axel.

"Ini ukuran untuk mempelai wanita, sesuai dengan contoh cincin yang tadi nyonya perlihatkan. Tinggal ukuran cincin untuk mempelai pria." Lanjut Sang Pelayan toko.

Nyonya Hanny tiba-tiba memiliki ide cemerlang saat ini, ia lalu memanggil Ewan yang sedang melihat-lihat jam tangan.

"Nak Ewan, sini dulu." Ewan segera menghampiri Hanny.

"Tolong cocokkan cincin mempelai pria di jarinya." Ewan melihat nyonya Hanny untuk protes. Tetapi tatapan nyonya Hanny yang mengisyaratkan butuh bantuannya. Mengurungkan niatnya untuk protes.

"Wah.., cincinnya sangat serasi di tangan masnya. Calon mantu ibu sungguh sangat tampan ya.., saya aja naksir!" ujar si pelayan toko sambil melirik nakal ke arah Ewan.

"Saya hanya bercanda kok bu." Sang Pelayan Toko melihat wajah ketidaksukaan Hanny dengan omongannya.

Setelah selesai memilih cincin, Hanny mengajak Ewan ke sebuah gerai es krim sambil menunggu suami dan anaknya yang sedang berbelanja entah apa itu.

"Maaf ya nak Ewan, saya memakai jarimu untuk ukuran jari mempelai pria. Tadi saya menghubungi Chesa. Dia mengatakan jika Axel mulai sulit dihubungi. Sepertinya ia sibuk dengan acara resepsi yang akan diadakan di Surabaya." 

"Iya, nggak apa-apa kok bu. Saya memakluminya." Hanya saja Ewan sangat heran bagaimana Axel menyiapkan acara resepsi sedangkan kedua orang tuanya saat ini masih berada di luar negeri. 

Semakin kuatlah dugaan Ewan. Jika calon menantu bossnya mempunyai sisi tersembunyi dalam hidupnya. Namun ia menyimpannya untuk dirinya sendiri dulu. Karena belum cukup bukti.

"Dad, dari tadi kita keliling, kok daddy nggak merekomendasikan satu pun sarung tinju kepadaku?" Zay terlihat kesal dengan tingkah Sang Daddy yang hanya mengajaknya berkeliling toko sport station namun tidak satu pun memberi petunjuk kepadanya yang mana sarung tinju yang terbaik untuk mengalahkan Ewan.

"Zay, ini bukan perkara sarung tinju mana yang bagus. Tetapi, lebih kepada tehnik yang kamu pakai di atas ring! apakah kamu bisa menguasai ring dan mengetahui kelemahan lawan?" tuan Greg mencoba menasihati anak sulungnya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel