BAB. 4 Ada yang tersembunyi
"Dad, apa kamu sudah menyiapkan konsep pernikahan putri kita?" tanya Hanny kepada Greg suaminya.
"Tentu saja sudah sayang, konsepnya seperti saat kita menikah dulu. Kita mengundang keluarga dan beberapa kolega saja."
"Bagaimana menurutmu? apakah kamu setuju ideku ini?" tetapi setelah semua jelas nantinya baru kita mengumumkan pernikahan mereka dan kembali membuat resepsi pernikahan mewah."
"Jelas bagaimana dad?" nyonya Hanny sedikit tidak mengerti maksud perkataan suaminya.
"Ya setelah semua jelas, mengenai si Axel itu. Jangan harap ia bisa menyentuh putriku sebelum ia membuktikan kepada kita semua jika ia sudah memiliki pekerjaan tetap." Ternyata nyonya Hanny sangat setuju dengan rencana suaminya yang cemerlang.
Di suatu pagi,
"Sayang.., aku sangat merindukanmu, terlalu lama waktu berlalu aku tidak sabar ingin bertemu denganmu," Axel sedang melakukan panggilan video kepada Chesa, sudah 5 hari berlalu masa-masa di pingit mereka jalani.
"Sabar ya Xel, kan sebentar lagi kita pasti akan bertemu."
"Baiklah sayang, oh ya sepertinya kita harus menyudahinya dulu. Aku mulai sibuk nih mengurusi resepsi pernikahan kita di Surabaya." Padahal semua itu bohong.
"Ok Xel, bye.., love you."
"Love you too." Lalu Axel mematikan panggilan video tersebut dan melanjutkan permainannya.
Satu rahasia Axel yang tidak di ketahui oleh Chesa jika kekasihnya itu memiliki hobbi bermain poker. Ia bisa menghabiskan waktunya berjam-jam dengan permainan itu. Axel juga sering mempertaruhkan uangnya di meja poker. Ia sering menang tapi tak jarang juga ia harus berlapang dada menerima kekalahan.
Seperti saat ini, ia sudah kalah tiga kali berturut-turut. Sudah beberapa bungkus rokok ia habiskan dan sudah beberapa gelas minuman beralkohol ia tenggak. Tapi tidak dapat membuat ia bisa tenang.
Semua permainan kotor sudah ia lakoni. Hanya satu yang belum, yaitu bermain dengan perempuan di atas ranjang karena ia sangat mencintai Chesa dan ia juga ingat bagaimana perjuangannya mendapatkan cinta Chesa yang menempuh perjalanan berliku.
Sementara itu di gedung Infinity TBK tepatnya di ruang CEO. Greg memerintahkan Ewan untuk menyelidiki tentang kehidupan Axel sejak tiga hari yang lalu.
Saat ini Greg sedang mendengarkan hasil kerja Ewan.
"Dari hasil penyelidikan saya pak boss, tidak ada yang aneh dari kehidupan pria bernama Axel itu. Ia seorang pewaris tunggal sebuah perusahaan besar milik ayahnya di Surabaya. Namun sampai ia menamatkan kuliah, ayahnya belum memberi satu posisi pun di perusahaannya. Kedua orang tuanya sangat sibuk keluar negeri. Axel sudah terbiasa hidup mandiri. Kehidupan pribadinya juga tampak bagus. Ia tidak memiliki banyak teman. Hanya itu yang saya dapatkan pak boss. Namun saya sudah menyewa seorang detektif handal untuk memperhatikan gerak-gerik pemuda tersebut selama dua Minggu ini." Ujarnya menjelaskan.
Greg sedikit terdiam mencoba mencerna penjelasan dari Ewan.
"Maaf pak, jika saya lancang meneruskan untuk menyelidiki calon menantu bapak. Namun hati kecil saya berkata, sepertinya pemuda itu menyimpan sesuatu dalam kehidupan pribadinya." Lanjut Ewan lagi.
"Tidak, tidak.., kamu sama sekali tidak lancang justru saya mendukung tindakanmu itu. Jika ada hal-hal yang mencurigakan. Tolong kamu sampaikan langsung kepada saya." Greg ternyata mendukung tindakan yang dilakukan oleh Ewan.
"Baik pak, saya permisi keluar dulu." Ewan pun keluar dari ruangan CEO.
Ponsel Greg berdering dan ternyata panggilan itu dari istrinya.
"Hallo mom, ada apa?"
"Dad, bagaimana dengan informasi tentang Axel? apakah ada yang daddy temukan sesuatu yang mencurigakan?"
"Semua terlihat baik mom, tapi..,".Greg pun mulai menceritakan jika Ewan sudah menyewa detektif untuk menyelidiki kehidupan pribadi Axel.
"Jadi dad, bukan hanya kita saja yang curiga? ternyata Ewan juga?"
"Ya begitulah mom." Seru Greg kepada istrinya.
Ternyata percakapan Hanny dan Greg di dengarkan oleh Zay putra pertama mereka yang kebetulan masuk ke kamar orang tuanya. Ia lalu berbisik di telinga Sang Mommy.
"Ajak Daddy makan siang di luar mom, katakan untuk membawa asistennya itu. Aku ingin tau lebih lanjut tentang Axel." Hanny mengangguk tanda setuju. Hatinya seketika merasa senang karena akan bertemu Ewan calon menantu idamannya.
"Dad.., aku dan Zay mau makan siang diluar sekalian mau memilih cincin pernikahan untuk Chesa. Apa daddy bisa ikut? mommy juga ingin mendengar langsung penyelidikan Ewan."
Hanny pun memberitahukan jam mereka akan ke mall.
"Ok mom, bye.., love you..." Panggilan pun di akhiri oleh Greg. Lalu ia bersiap-siap untuk meeting. Saat melewati meja kerja asistennya, ia pun berkata,
"Ewan nanti jam makan siang, kamu ikut saya."
"Siap pak bos!" Ujar Ewan tegas. Lalu ia melanjutkan pekerjaannya.
Hanny masuk ke dalam Chesa.
"Sa.., mommy bisa masuk?" saat ia sedang mengetuk pintu kamar putri bungsunya.
"Masuk saja mom, pintunya tidak di kunci kok," terdengar suara Chesa dari dalam kamarnya.
Hanny masuk dan melihat putrinya sedang menonton drama Korea favoritnya.
"Kamu sedang apa? apakah mommy mengganggu?"
"Nggak kok mom, aku sedang santai saat ini. Ada apa mom?" tanyanya penasaran.
Besok orang dari butik akan datang ke rumah kita untuk menunjukkan beberapa gaun pengantin, kamu bisa pilih sesuka hatimu. Sekalian juga dengan setelan jas yang akan digunakan Axel. Jangan lupa kamu tanyakan kepadanya berapa ukuran jas yang biasa ia gunakan. Ya sudah mommy mau keluar sebentar dengan kakakmu Zay, kami mau memilih cincin pernikahan untuk kalian berdua. Bisakah mommy pinjam satu cincinmu?"
"Sebentar ya mom, aku cari dulu." Ia lalu membuka lemari kecil trasparan khusus untuk menyimpan perhiasannya. Setelah mendapatkan cincin yang pas dengan jari manisnya ia pun memberikannya kepada nyonya Hanny.
Setelah menempuh setengah jam perjalanan Nyonya Hanny dan Zay akhirnya sampai di sebuah mall mewah yang berada di daerah Jakarta pusat.
Kedua ibu dan anak itu memasuki mall.
Zay terlihat bergandengan tangan dengan Sang Mommy. Saat ini mereka terlihat seperti pasangan mesra. Karena wajah Hanny yang tetap awet muda. Ia sangat serasi berjalan dengan anak sulungnya itu.
Banyak mata para gadis yang terus mencuri-curi pandang melihat ke arah Zay yang memiliki wajah tampan blasteran. Mata coklatnya yang tajam mampu membuat para gadis meleleh melihatnya.
Hanny iseng bertanya kepada anak sulungnya, "Zay.., kamu nggak malu menggandeng tangan mommy? lihat tuh semua mata para gadis sepertinya keberatan."
"I don't care about them, mommy," Zay tidak peduli dengan pandangan orang lain tentangnya ia malah merangkul erat pundak nyonya Hanny dan membawanya masuk ke sebuah restoran dimana daddy Greg sedang menunggu mereka.
Keduanya pun melangkah masuk ke dalam restoran tersebut. Hanny senang saat melihat jika Ewan asisten Sang Suami juga berada disitu.
Sementara Zay menatap penuh selidik kepada pemuda yang berada di sebelah daddynya.