Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB. 3 Axel menghadap keluarga Brett

"Ada apa pak?" tanya Ewan kepada bossnya.

"Saya harus segera pulang ke rumah, istri saya baru saja menelpon. Ia mengatakan jika lelaki yang ingin melamar anak saya akan datang berkunjung ke rumah. Jadi saya harus pulang lebih awal." Tuan Greg pun mulai membereskan pekerjaannya. 

"Baik pak, tidak masalah, saya yang akan melanjutkan pekerjaan yang masih tersisa."  Ewan pun mulai melanjutkan pekerjaan yang masih belum kelar itu. Waktu menunjukkan pukul 8 malam tetapi pekerjaannya belum juga selesai.

Namun ia sangat menikmatinya. Saat ini ia sedang makan malam sendiri di kantor yang megah dan besar ini.

Sejak ayah tirinya memutuskan untuk rujuk kembali dengan ibu kandungnya. Ewan memilih untuk keluar dari rumah sebagai tanda protesnya. Ia lalu tinggal di sebuah apartemen mewah pemberian tuan Greg kepadanya.

Kediaman keluarga Brett,

Saat ini sudah berkumpul semua anggota keluarga Brett, tuan Greg juga sudah bergabung, ia baru saja sampai di rumah 15 menit yang lalu.

Axel terlihat tegang saat ini. Pasalnya Chesa tidak berada disitu. Ia sedang terjebak macet di jalan. Karena tadi Chesa sedang berada di mall bersama sahabatnya Nina. 

Sudah berapa kali Axel mengirim pesan kepada kekasihnya itu. Namun Chesa mengatakan jika ia masih di jalan dan terjebak macet.

"Baik, Axel sambil menunggu Chesa pulang, tolong ceritakan tentang dirimu?" Tatapan menusuk Zay membuat nyali Axel menciut. Keringat mulai bercucuran di dahinya.

"Hei.., what's wrong man? santai sajalah, tidak perlu gugup begitu. Bukankah sebentar lagi kita akan menjadi keluarga?" Zey mulai angkat bicara.

"Ma..maaf semua, saya menjadi sangat gugup karena ini moment yang sangat penting bagi saya." Ujarnya meyakinkan.

"Ba..baiklah, saya akan memperkenalkan diri, nama saya Axel, asal Surabaya," lalu ia mulai menceritakan tentang dirinya.

Greg menilai jika Axel pintar dalam berbicara namun harus di cek kembali kebenaran semua informasi yang dikatakan pemuda itu. Ia mencatat beberapa poin penting melalui ponsel pintarnya. Untuk menyelidiki kebenaran semua yang ia ceritakan. 

Saat ia sedang memperkenalkan dirinya dan keluarganya, Chesa datang dengan terburu-buru. Ia melihat semua sudah berkumpul.

"Mom, dad.., maaf aku telat, aku baru pulang dari mall bersama Nina dah di jalan kami kena macet." Lalu ia juga menyapa Sang Kekasih, 

"Axel kamu sudah lama menunggu ya?" Chesa melihat wajah gugup kekasihnya itu.

"Tidak kok Sa, kami baru saja memulai obrolan." Chesa langsung duduk bersebelahan dehgan kekasihnya.

Lalu kemudian Axel kembali berkata,

"Jadi om, tante dan kakak-kakak semuanya. Kedua orang tua saya sedang di luar negeri saat ini. Jadi mereka mempercayakan semua keputusan di tangan saya untuk meminang Chesa. Papa dan mama sudah sangat setuju jika Chesa menjadi istri saya." Ujarnya kembali meyakinkan.

"Percaya diri sekali kamu!" ucapan Greg yang menohok langsung membuat Axel terdiam seketika.

Namun ia mulai berkata lagi, "tentu saja saya sangat percaya diri om, karena hubungan saya dan Chesa sudah terjalin 7 tahun lebih. Kami saling mencintai dan saling setia. Dan satu hal yang paling penting, kami berpacaran selama ini tidak pernah sekalipun melanggar peraturan dari om dan tante." Tegas Axel semakin berani.

"Banyak omong nih orang!" gumam Zay dalam hati. 

"Ok, buktikan semua ucapanmu jika kamu memang serius kepada Chesa. Tetapi jika ketahuan semua yang kamu bicarakan tadi adalah omong kosong. Saya adalah orang pertama yang akan bertindak tegas! Pasti kamu tau sendiri jika Chesa adalah harta kesayangan kami. Perkataan saya ini sebagai lampu hijau untuk hubunganmu dengan Chesa dan sekaligus juga sebagai ancaman bagimu jika ternyata semua yang kamu katakan adalah bualan! saya merestui hubunganmu dengan Chesa!" mendengar perkataan kakak tertuanya, Chesa segera memeluk Zay, "terima kasih banyak ya kak, aku sayang kakak." Ujarnya sambil menitikkan air mata bahagia.

Axel semakin bersorak gembira karena Zey juga merestui hubungan mereka.

"Gue dipihak kalian berdua, dan buat lo Axel, jaga dan bahagiakan Chesa, sebagai aset berharga keluarga Brett dan sebagai pendamping hidup lo!" lagi-lagi Chesa menghampiri kakak keduanya dan memeluknya dengan erat.

"Terima kasih ya kak Zey.., aku juga sayang kakak..," Zey membalas pelukan adik perempuan satu-satunya itu.

"Terima kasih banyak buat kakak-kakak kami tercinta telah merestui hubungan kami berdua," ujar Axel dengan senang hati.

"Tinggal selangkah lagi menuju kata sah! dan kamu benar-benar akan menjadi milikku Chesa!" seringai licik dari wajah Axel ditangkap oleh kedua orang tua Chesa. Bahkan pasangan suami istri itu saling pandang sebagai pertanda jika mereka kurang setuju jika putri kesayangan mereka dipinang oleh pria itu.

Namun mereka tidak dapat berbuat apa-apa untuk mencegah keinginan Sang Anak yang sangat kuat untuk menikah dengan Axel.

"Kapan rencana kalian akan menikah?" tanya Greg kepada keduanya.

"Saya mau secepatnya om, jika diperbolehkan dua Minggu dari sekarang." Perkataan Axel itu sontak membuat ketiga laki-laki dari keluarga Brett itu serentak mengucapkan, "apa?!" 

"Itu sudah menjadi kesepakatan kami berdua dad," kali ini Chesa yang ikut bicara.

"Ok, saya setuju. Tetapi pernikahan ini biar keluarga Brett yang mengurus semuanya. Karena Chesa merupakan putri kesayangan kami jadi biarlah hari pernikahannya menjadi kado termanis dari kami keluarganya." Chesa kembali terharu dan memeluk kedua orang tuanya secara bergantian.

"Jadi saya harus menyiapkan apa saja om?"  Axel semakin di atas angin saat mendengar ucapan tuan Greg.

"Kamu tidak perlu menyiapkan apa-apa. Cukup datanglah bersama kedua orang tuamu." Jelas Greg lagi.

Lagi-lagi Axel bersorak gembira dalam hatinya saat mendengar ucapan daddy Chesa.

Ia sudah merencanakan jika ia hanya datang sendiri saat acara pernikahannya dengan Chesa.

"Aku akan mencari alasan agar papa dan mama tidak ikut di acara tersebut." Ia sudah merancang sebuah ide cemerlang di dalam kepalanya.

Seringai licik dari wajah Axel semakin nyata adanya dan semakin dirasakan oleh Hanny. Naluri seorang ibu tidak boleh dianggap remeh. Ia ingin sekali berbicara empat mata dengan Chesa. Tetapi putri itu seperti sudah tertutupi matanya dengan rayuan Axel.

Hanny selaku ibu kandung Chesa, hanya bisa berharap akan terjadi keajaiban sehingga pernikahan putrinya dengan Axel batal.

"Satu lagi Axel, mulai besok kamu dan Chesa tidak dapat bertemu untuk sementara waktu. Chesa akan memasuki masa di pingit sebelum pernikahan kalian berlangsung." 

Terlihat ada raut wajah protes dari keduanya.

"Keputusan ini tidak dapat diganggu gugat. Karena masa di pingit sudah menjadi tradisi keluarga Brett. Dulu mommy dan daddy juga di pingit sebelum acara pernikahan terjadi."

"Tapi kalian masih diperbolehkan komunikasi melalui ponsel. Hanya saja tidak dapat bertemu langsung, apakah kalian setuju?" 

"Siap om! saya akan mengikuti semua peraturannya." Axel berkata dengan lantang.

"Dua Minggu lagi, kamu akan menjadi milikku Chesa!"

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel