SIX
Kelas sudah selesai sejak tadi, kebetulan hanya ada dua jadwal kuliah hari ini untuk Clara dkk, Waktu masih menunjukkan pukul satu siang, "terlalu cepat rasanya pulang kerumah di jam segini," pikir Clara dkk.
"Cafe depan, yuk. Masih siang nih, nongski-nongski dulu lah," ajak Harry.
"Cafe baru itu, Nyong?" tanya Emily.
"Nyang,nyong,nyang,nyong. Bau lu kaya minyak nyong-nyong," kesal Harry, lalu mencebikkan bibirnya.
"Nah, kan. Tuh liat tuh, bibirnya monyong-monyong gitu udah kaya pantat ayam," ejek Emily sambil memperagakan bibir Harry.
"Kurang ajar, lo ya. Dasar kadal gurun," kesal Harry, lalu memukul bibir Emily yang sedang mengejeknya.
"Sakit, oon," Emily mengaduh sambil mengusap-usap bibirnya.
Gerry dan Clara terkekeh. Lalu Clara memutuskan untuk menengahi perdebatan Emily dan Harry. "Udah. yuk ke cafe," ajak Clara lalu bangkit dari duduknya, diikuti Gerry, Emily dan Harry.
- - -
Sesampainya di Cafe, Clara dkk memilih duduk di meja yang bersebelahan dengan jendela besar. Dapat dilihat padatnya jalan ibu kota oleh kendaraan roda empat, tak jarang juga para pejalan kaki berlalu lalang.
Clara duduk di sebelah Emily, dan berhadapan dengan Gerry, sementara Emily berhadapan dengan musuh bebuyutannya, yang tak lain tak bukan adalah Harry.
Clara membuka buku menu. "Kalian mau pesan, apa?" tanya Clara sambil tangannya terus bergerak membolak-balik halaman buku menu.
Harry mengangkat tangannya memanggil waiters. "Mau pesan apa kak?" tanya pria dengan name tag Yudis.
"Saya caramel macchiato satu, sama oreo cheese cake satu," pesan Harry yang langsung di catat oleh Yudis di buku kecil yang ada di tangannya.
"Saya green tea satu, oreo cheese cake satu," pesan Emily.
"Saya hot chocolate" ucap Gerry dan Clara bersamaan. Menyadari hal itu, Clara dan Gerry adu tatap. "Plagiat," ejek Clara sambil terkekeh.
Gerry terkekeh. "Gemes," ujar Gerry sambil mengacak rambut Clara.
"Ekhm ... Kesian tuh, mas yudis nungguin. Nanti baru deh modusnya," ejek Harry.
"Maaf ya, Mas," ujar Clara sambil menganggukan sekali kepalanya.
"Enggak apa-apa, Mba," balas Yudis sopan seraya tersenyum.
"Red Velvet, satu," pesan Clara.
"Tiramisu, satu," pesan Gerry.
"Baik, di tunggu sepuluh menit ya, kak," lalu Yudis meninggalkan meja Clara dkk.
10 menit kemudian ...
"Selamat menikmati," waiters dengan name tag Lila itu meletakkan pesanan Clara dkk di atas meja.
"Terima kasih," ujar Clara seraya tersenyum kepada Lila.
Mereka mulai menikmati pesanan mereka masing-masing. "Ra, cobain deh. Cheese cake oreo nya enak banget," Emily menyodorkan garpu dengan potongan kecil cakenya ke depan mulut Clara.
Clara menerima suapan dari Emily. "Ehm ... Lewmbwut bwangwet," puji Clara samil mengunyah kue di dalam mulutnya.
"Makan, dulu. Baru ngomong," Gerry memperingati Clara. Tangannya terulur untuk membersihkan cream yang ada di sudut bibir Clara dengan ibu jarinya.
Clara yang tadi matanya terpejampun langsung terbelalak, sementara Gerry melanjutkan untuk menyesap minummannya. Lain halnnya dengan Emily dan Harry yang sama-sama menganga karena menyaksikan pria se cuek Gerry bisa melakukan hal romantis dengan Clara.
- - -
Sementara di bagian pojok cafe ada tiga pria yang sedang duduk dan memperhatikan apa yang terjadi di meja Clara dkk dengan berbagai ekspresi. Percy, yang sibuk memanasi Alro. Alro yang rahangnya mengeras dan mukanya memerah menahan cemburu, sementara Gio yang sibuk tertawa memperhatikan Alro dan sesekali menimpali ucapan Percy.
"Udah, Ro. Gua bilang juga apa, saingan lo banyak," ledek Percy yang di sambut tawa kecil oleh Gio.
"Tuh liat, tadi ngacak rambut, Ro. Sekarang nyentuh bibir Clara pake jari, Ro. Kalah start, lo Ro," tambah Gio. Percy dan Gio pun tertawa.
"Ngacak, rambut doang mah, gue juga udah," sewot Alro, lalu menyesap minumnya.
"Tapi, tangan lo nyentuh bibirnya belom kan," ledek Percy sambil menaik turunkan kedua alisnya.
"Besok. Langsung pake bibir gue," ucap Alro santai yang di hadiahi toyoran oleh Percy.
"Berani, lo kaya gitu Ro. Gue patahin otong lo pas lagi tegak-tegaknya," ancam Percy yang membuat Alro dan Gio bergidik ngeri.
"Tapi, kayaknya saingan lo bukan Gerry salut aja deh, Ro ..." kata Gio lalu menyesap minumnya.
"Maksud, lo?" tanya Percy.
"Gara-gara kemarin Clara ketawa doang padahal, sekarang satu fakultas muji kecantikan dia," timpal Gio lalu memasukkan potongan tiramisu kedalam mulutnya.
"Kok, bisa?" tanya Alro yang kini menatap Gio tajam.
"Katanya, beberapa hari yang lalu. Mereka liat Clara di kantin, sambil teleponan. terus dia ketawa, Kata mereka, ketawanya Clara manis banget. Sampe mereka tuh lupain pandangan tentang anak beasiswa buat Clara," jawab Gio santai.
"Mantap emang, pesona Clara," Percy berdecak kagum sambil menggelengkan kepalanya.
"Ck," Alro berdecak sebal.
"Yang sabar, Ro. Kesempatan dia lebih besar dari lo, setiap saat dia sama Clara, walaupun kita sekelas, tetep aja dia lebih deket dari pada lo," ucap Percy yang semakin membuat api cemburu Alro mengebu-gebu.
"Sialan lo, Per," Alro lalu beranjak dari kursinya meninggalkan cafe. Walau matanya sesekali melirik ke arah meja Clara dkk.
Sementara Percy, dan Gio tertawa terbahak-bahak, sampai mereka menjadi pusat perhatian semua pengunjung cafe tak terkecuali Clara dkk. "Dasar. Mimpi apa gue, punya abang receh," batin Clara yang menyaksikan kelakuan kakaknya.
Saat Clara sedang memperhatikan Percy dan juga Gio, tiba-tiba saja ponselnya berdering, dengan nama kontak 'Sfrada Kadavra' Clara mengembuskan nafasnya malas. Clara pun beranjak dari kursinya menuju depan cafe setelah izin kepada teman-temannya.
Clara mengangkat teleponnya. "Hal—" sapa Clara terpotong.
"Clary. Dimana lo? Hah! Gue udah di mansion lo, dan gue malah di usir sama bodyguard lo," protes Franda yang di jawab kekehan oleh Clara.
"Onyon! Malah ketawa lagi lo. CLARAAA!! Cepet lo kesini! Atau gue bikin heboh kampus lo!" ancam Franda.
"Oh, lo berani bikin kampus gue heboh? Gue tenggelemin nama lo dari C.G Entertainment," ancam balik Clara yang membuat nyali Franda menciut, hal itu membuat Clara terbahak.
"Lo mah, gitu. Ancemannya enggak asik ah," protes Franda dengan suara yang lebih kecil dan mengundang tawa Clara kembali.
"Capek gue ketawa. Yaudah kasih telepon lo ke bodyguard itu, biar gue yang ngomong," titah Clara.
"Nih. Bos lo mau ngomong," terdengar suara Franda sedikit samar. "Hallo, Miss," sapa bodyguard di mansion Clara.
"Franda, teman saya. Beri akses masuk, nanti sore saya ke mansion," titah Clara. "Baik, Miss," ujar bodyguard itu. "Songong si lo. Udah gue bilang, gue temennya. Gue jewer juga lo," dumal Franda yang masih bisa di dengar Clara.
Clara menggelengkan kepalanya, dan memutus teleponnya sepihak, menghindari konser solo suara merdu bak kenalpot bajaj berbunyi milik Franda.
- - -