Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB. 3 Si tuan pemarah

"Sa..saya tidak mengatakan apapun, Tuan." Ujar sang perawat.

"Kamu jangan bohong! Aku mendengar kamu mengatakan sesuatu tentang saya!" Ujarnya marah.

Untung saja temannya dokter Diki baru saja selesai dari ruang operasi.

"Hei.., hei, hei! Ada apa ini ribut-ribut?" Tukas Diki kepada keduanya.

"Hhhmmm untung kamu cepat datang! Ini perawatmu, mengatakan sesuatu tentang saya!" Kesalnya lagi.

Lalu sang perawat menceritakan kepada dokter Diki tentang pemaksaan dari Marcel untuk menemui dirinya.

Setelah menjelaskan, dokter Diki menyuruh perawat itu untuk meninggalkan mereka berdua.

"Hei! Mau kemana, lo? Urusan kita belum selesai!" Ujar Marcel. Namun sang perawat tetap saja pergi atas petunjuk dari dokter Diki.

"Lo kenapa sih? Kayak perempuan yang sedang datang bulan, marah mulu bawaannya! Lama-lama Lo bisa darah tinggi, tau!" Seru Diki ketika keduanya berada di kafe yang ada di rumah sakit itu.

"Habis, terlalu banyak prosedur yang harus ditempuh hanya untuk bertemu denganmu. Bikin gue bt saja." Kesalnya lagi.

"Menurut gue itu wajar, apalagi lo nyariin gue, di tempat kerja dan posisinya, gue emang sedang bekerja. Jadi wajar dong untuk menemui gue butuh prosedur rumah sakit."

"Cih, banyak gaya, Lo." Seru Marcel.

"Hei gue bukan kebanyakan gaya, bro memang begitu peraturannya. Contohnya nih lo yang seorang CEO. Pasti nggak sembarangan kan, orang-orang bisa menemui lo? Nah, begitu juga dengan gue!" Marcel merenungkan perkataan Diki barusan dan diam-diam, ia mengiyakan perkataan temannya itu di dalam hatinya.

"Oh ya, btw lo ngapain nyariin gue di jam kerja? Tumben-tumbenan, Lo?"

"Gue mau lo melakukan operasi secepatnya!"

"What? Sudah gila lo ya?" Cecar Diki.

"Gue nggak gila dan masih waras, bro! Kapan lo bisa melakukannya?" Diki menatap tak percaya dengan keputusan ekstrim yang akan dilakukan oleh Marcel.

"Bro operasi vasektomi itu memang hanya operasi kecil. Tapi apakah lo yakin untuk melakukan operasi itu? Soalnya lo masih belum kawin bro! Dan lo belum merasakan nikmatnya surga dunia!" Cecar Diki mencoba membujuk Marcel.

"Persetan dengan surga dunia! Gue nggak butuh cinta dari perempuan mana pun lagi! Dan gue sudah membulatkan tekad gue untuk hidup melajang selamanya, titik!" Tegas Marcel.

Diki hanya mampu menggeleng-gelengkan kepalanya. Setengah hatinya merasa kasihan kepada Marcel karena nasib cintanya yang selalu kandas dan menyisakan rasa trauma di dalam dirinya. Sementara setengah hatinya yang lain, merasa jika Marcel terlalu konyol untuk melakukan tindakan ekstrim itu.

"Jadi kapan kamu bisa melakukannya?" Tanya lagi.

Diki memilih diam, ia tidak tau bagaimana cara untuk membujuk Marcel. Ia pun berkata,

"Baiklah bro, saya akan menjadwalkan operasinya Minggu depan." Ucap Diki kepada sahabatnya itu.

Asisten Joko akhirnya sampai di kediaman Arjuna.

Dia langsung di sidang oleh kedua orang tua Marcel.

"Joko, kamu tentu tau, kenapa kami berdua memanggilmu kesini!" Ketus Nyonya Wina.

Sementara Tuan Juyan menatapnya sangat tajam.

"Sa..saya tidak tau apapun Tuan, Nyonya." Ia mencoba untuk biasa saja dan tak terpancing dengan tatapan penuh selidik kedua orang Marcel. Namun tetap saja mulutnya bergetar saat berkata-kata.

"Oh.., ternyata kamu masih membela tuanmu rupanya!" Ujarnya lagi.

"Sungguh, Nyonya saya tidak tau, mengapa Anda berdua ingin bertemu dengan saya." Tuturnya.

"Hahahaha, Joko.., Joko! Saya akui kesetiaanmu kepada Marcel patut diacungi jempol. Tapi ingat! Jika kamu menyembunyikan sesuatu tentang Marcel. Saya tidak akan segan-segan untuk memecatmu! Saya tidak peduli jika kamu adalah orang kepercayaan anak saya! Saya tidak peduli akan hal itu. Dan satu lagi yang harus kamu ingat! Saya bukan hanya akan memecatmu. Tetapi juga namamu akan saya black list! Sehingga, tidak ada satu perusahaan pun yang akan menerimamu sebagai karyawan perusahaan mereka!" Mendengar penuturan Tuan Juyan itu. Joko yang dari tadi memilih menundukkan kepalanya, dengan segera menegakkannya.

Terlihat kedua orang tua Marcel tersenyum sinis kepadanya.

"Pilihan ada di tanganmu, Joko." Ucapnya lagi.

Terjadi keheningan di ruangan itu.

Lalu Tuan Juyan berkata lagi, Bunda, tolong ambilkan beberapa lembar kertas rekomendasi pemecatan untuk Joko, di ruang kerja saya. Karena sepertinya ia lebih memilih setia kepada tuannya, dibanding jujur kepada kita." Seru Tuan Juyan menakut-nakuti Joko.

Joko masih tak bergeming. Lalu Tuan Juyan memberi isyarat kepada istrinya untuk segera ke ruang kerjanya.

Nyonya Wina beranjak menuju ruang kerja suaminya. Tetapi asisten anaknya itu, masih saja diam dan tidak melakukan tindakan apa-apa.

Bahkan sampai Nyonya Wina kembali dari ruang kerja suaminya dan membawa dokumen pemecatan untuknya, ia tetap tak bergeming.

"Ini dokumennya, Yah." Ucap Nyonya Wina.

Tuan Juyan menerima dokumen itu. Lalu membacanya sekilas.

"Selamat menjadi gelandangan baru, Joko!" Serunya tajam, lalu mulai menandatangani dokumen itu.

Joko terlihat panik saat Tuan Juyan akan menandatangi surat pemecatan untuk dirinya. 

"Tunggu sebentar, tuan!" Serunya panik sambil meraih pulpen yang ada di tangan Tuan Juyan.

"Lho? Kenapa kamu merebut pulpennya? Apakah kamu ragu untuk menjadi gelandangan baru di Kota Jakarta ini?" Sindir Tuan Juyan.

"Bu..bukan begitu, Tuan." Tuturnya.

"Terus apa? Tolong kembalikan pulpen saya, agar secepatnya saya bisa mewujudkan mimpi Anda, menjadi gelandangan!" Seru Tuan Juyan lagi.

"Ternyata Tuan dan Nyonya Arjuna, tidak main-main dengan perkataan mereka!" Gumamnya dalam hati.

"Maafkan aku, Tuan Muda. Kali ini aku terpaksa mengkhianati dirimu." Gumamnya lagi.

"Kamu menunggu apa lagi Joko, berikan pulpen itu." Tukas Tuan Juyan tajam.

Joko terlihat menghela napasnya.

Lalu ia mulai berkata,

"Ba..baiklah Tuan, Nyonya, apa yang kalian ingin ketahui.tentang Tuan Muda Marcel?"

"Joko apakah benar Marcel akan melajang seumu hidup?" Kali ini Nyonya Wina yang angkat bicara.

Joko terdiam, lalu berkata lagi,

"I..iya, Tuan Marcel sudah bertekad untuk tidak mengenal perempuan lagi. Ia sudah.tidak mau terjebak dengan ikatan cinta kepada wanita manapun lagi di dunia ini." Tuturnya panjang lebar.

"Apa?" Nyonya Wina terlihat kaget dengan penjelasan Joko.

"Bahkan Tuan Marcel akan melakukan sesuatu hal besar dalam hidupnya."

"Sesuatu hal besar apa maksud, kamu?" Tanya Tuan Juyan.

"Sa..saya takut untuk mengatakannya, Tuan." Ujarnya takut.

"Tolong kamu jangan mutar-mutar kalau ngomong!" Tuan Juyan menjadi jengkel melihat tingkah Joko itu.

"Maaf Tuan, saya takut untuk jujur. Tuan Marcel sudah mengancam saya sebelumnya." Takutnya lagi.

"Oh begitu? Saya akan menaikkan gajimu dua kali lipat dari gajimu sekarang. Jika kamu jujur dihapan kami!" 

"Maaf Tuan, bukannya saya menolaknya tapi Tuan Marcel mengancam saya, jika saya membocorkan rahasia ini. Tuan Marcel akan melenyapkan saya di muka bumi ini." Ucapnya semakin takut.

"Apa?!" Kedua orang tuan Marcel tidak percaya dengan ancaman yang diultimatum oleh Marcel kepada asistennya itu

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel