Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB. 4 Rencana perjodohan

"Iya Tuan, makanya saya takut untuk jujur."

"Apakah kamu tidak tergiur dengan gaji dua kali lipat dari saya?" Tanya Tuan Juyan lagi.

"Bagaimana jika saya tambah menjadi tiga kali lipat?" Tawarnya lagi.

"Sudah deh Yah, kita cari informasi dari orang kantor lainnya. Sepertinya joko sudah kebanyakan uang." Sindir Nyonya Wina.

"Oh itu ide cemerlang juga, Bund!" Sahutnya.

Namun siapa sangka naluri miskin Joko meronta-ronta saat ini, mendengar besaran gaji yang ditawarkan Tuan Juyan. Ia dengan cepat menjawab.

"Saya akan jujur Tuan, Nyonya. Tolong jangan cari informasi dari orang lain." Ucapnya tiba-tiba.

"Baiklah deal! Gaji kamu mulai bulan ini naik tiga kali lipat!" 

"Te..terima kasih Tuan." Jawabnya gugup. 

"Cepat katakan semuanya! Apa yang kamu ketahui tentang rencana Marcel." Tegas Tuan Juyan.

"Saya akan jujur tentang semuanya. Ta..tapi, bisa tidak Tuan dan Nyonya merahasiakan jika informasinya dari saya?" Ternyata nyali Joko masih menciut juga. Ia takut dengan ancaman Marcel itu.

"Kamu tenang saja. Kami tidak akan melibatkan mu. Cepat katakan, apa yang kamu ketahui tentang Marcel." Seru Nyonya Wina.

"Tuan Marcel akan melakukan operasi vasektomi. Agar ia tidak tertarik lagi dengan wanita. Dan operasi itu mampu membendung hasratnya untuk bercinta dengan wanita. Sehingga ia akan betah melajang seumur hidupnya." Jelas Joko.

"Apa?!" Kedua orang tua Marcel sangat terkejut mendengar penuturan Joko.

"Ayah, bagaimana ini? Apa yang harus kita lakukan untuk menghentikan niat Marcel itu?" Isak Nyonya Wina membayangkan hari-hati tuanya tanpa kehadiran cucu dari anak lelaki satu-satunya itu.

Tiba-tiba, ponsel Joko berdering dan itu berasal dari Marcel. 

"Tuan, Nyonya, sepertinya saya harus kembali ke kantor. Tuan Marcel menelpon saya dari tadi." Ujarnya.

"Baiklah, kamu bisa kembali ke kantor. Tapi ingat! Kamu harus melaporkan semua kegiatan Marcel di luar kantor." Titahnya lagi.

"Baik Tuan, saya permisi dulu." Lalu Joko pun kembali ke kantor.

"Yah, jawab pertanyaanku! Bagaimana cara kita menggagalkan rencana Marcel, Yah?" Air mata Nyonya Wina masih saja mengalir mengingat anaknya Marcel yang trauma menjalin hubungan dengan perempuan.

"Jalan satu-satunya saat ini, kita harus menikahkannya dengan segera."

"Maksud Ayah, apa?"

"Kita harus secepatnya menikahkan Marcel dengan seorang gadis!" Seru Tuan Juyan

"Tetapi, siapa wanita itu, Yah?" 

"Ayah juga tidak tau, coba Bunda ingat-ingat dulu. Siapa tau ada anak teman sosialita Bunda yang memiliki anak gadis?"

Nyonya Wina mulai berpikir dan mengingat-ingat siapa temannya yang memilik anak gadis. Ia lalu ingat anak Jeng Wizy bernama Zivi.

"Ayah! Bunda punya kandidat kuat calon istri anak kita."

"Siapa, Bunda?" Tuan Juyan menjadi penasaran.

"Namanya Zivi, Yah. Anaknya Jeng Wizy." Jelas Nyonya Wina.

"Apa? Zivi anaknya si David maksud kamu?"

"Iya Ayah, bulan depan katanya Zivi akan wisuda. Bagaimana jika kita jodohkan Marcel dengan Zivi saja?"

"No, Bunda! Ayah tidak setuju!"

"Lho, kok Ayah nggak setuju sih? Bukannya David itu teman Ayah kuliah dulu?"

"Ya memang, David itu teman kuliah Ayah dulu. Tapi Ayah tidak suka sifatnya. Orangnya tukang pamer, Bunda! Pokoknya Ayah tidak setuju!" Cecarnya lagi.

"Terus Ayah mau jika Marcel melakukan hal nekad itu? Siapa yang menjadi penerus keluarga kita, Yah?"

"Kita cari perempuan lain lah! Memangnya hanya anak si David itu, satu-satunya perempuan di dunia ini?" Tutur Tuan Juyan.

"Oh gitu? Ya udah Ayah coba cari perempuan lain yang mau menikah dengan anak kita Marcel." Ujarnya meninggalkan ruang keluarga.

"Kamu mau kemana, Bund?" Tanyanya.

"Aku mau ke kamar!" 

"Ya sudah, Ayah juga ikut masuk kamar." Tuan Juyan siap-siap hendak masuk. Namun tiba-tiba Nyonya Wina menutup pintu kamar dari dalam dan menguncinya dari dalam.

"Lho Bunda, kok pintu kamarnya Bunda tutup sih?" Kesalnya.

"Ayah dilarang masuk! Sampai menemukan perempuan yang cocok untuk Marcel yang sama cantik dan cerdasnya dengan Zivi. Keputusan Bunda sudah bulat! Akan menjodohkan Marcel dan Zivi." Teriak Nyonya Wina dari balik pintu kamar.

"Bunda, kita bisa membicarakannya baik-baik. Kita pasti akan mendapatkan calon istri untuk Marcel selain anaknya si David itu! Jadi tolong Bunda buka pintunya!" Ujar Tuan Juyan memelas. 

Namun tidak ada sahutan lagi dari istrinya.

"Alamat nggak dapat jatah lagi nih!" Gumamnya dalam hati.

Ia pun melangkah gontai menuju kamar tamu dan beristirahat disana.

Ponselnya tiba-tiba berdering tanda ada pesan masuk.

Ternyata dari istrinya. Ia lalu membuka pesan itu, "Ayah! Tolong rahasiakan kepada Marcel jika kita akan menjodohkannya dengan seorang gadis." Demikian isi pesan dari Nyonya Wina.

Tuan Juyan mencoba kembali menghubungi istrinya. Namun sayangnya ponsel Nyonya Wina tidak dapat dihubungi.

"Pokoknya, aku tidak akan Sudi berbesan dengan si David yang tukang pamer itu!"

  Dengan kesal. Tuan Juyan mulai menghubungi teman-temannya dan menanyakan jika mereka memiliki anak perempuan untu dijodohkan kepada Marcel.

Sementara di dalam kamar, Nyonya Wina sedang bertukar suara dengan ibu mertuanya yang berada di Inggris. Ia menceritakan semua yang akan dilakukan oleh Marcel.

"Ini tidak bisa dibiarin Win! Bisa-bisa keturunan Opa akan berhenti di tangan suamimu." Nyonya Elis tidak mau itu terjadi.

"Iya, Ma. Makanya aku langsung menghubungi Oma." Tak lupa ia menceritakan jika gadis yang akan dijodohkan kepada Marcel adalah Zivi Daw. Anak dari salah seorang temannya.

"Baiklah, jika begitu keadaannya, Oma dan Alice akan ke Jakarta seminggu lagi. Kebetulan Alice akan liburan musim panas di kampusnya." Alice adalah adiknya Marcel yang sengaja tinggal di Inggris untuk kuliah disana dan juga sekalian menjaga sang nenek yang umurnya sudah mulai rentah.

"Tapi, Ma, Juyan kurang setuju dengan Zivi." 

"Lho kenapa?" Tanya ibu mertuanya. Ia pun menceritakan perihal ketidaksukaan Juyan kepada Zivi.

"Nanti setelah sampai di Jakarta, saya akan bicara kepada suamimu." Jawab sang ibu mertua.

Setelah menelpon ibu mertuanya. Tiba saatnya, Wina menelpon Wizy sahabatnya untuk memastikan jika Zivi benar-benar single.

"Jeng, mengenai pembicaraan kita tadi di salon. Aku dan Suami ingin menjadikan Zivi calon istrinya Marcel. Kebetulan Marcel juga sedang sendiri. Sepertinya mereka berdua cocok jika kita jodohkan jeng," Nyonya Wizy sangat kaget dengan Nyonya Wina yang to the point' ingin melamar Zivi untuk anaknya.

Diam-diam ia merasa tersanjung. Siapa yang tidak mengenal Marcel? Pria tampan, CEO muda dan berbakat, impian setiap wanita.

"Oh ya? Wah, jujur aku merasa tersanjung, jeng! Aku setuju banget jika Marcel dan Zivi kita jodohkan." Ucap Nyonya Wizy."

"Terima kasih Jeng, minggu depan keluarga Arjuna akan berkunjung ke kediaman Daw ya, jeng. Sekedar perkenalan saja."

"Iya jeng, dengan senang hati keluarga Daw akan menunggu dan menyambut kedatangan keluarga Arjuna." Setelah keduanya mendapatkan kata sepakat. Mereka pun mengakhiri panggilan itu.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel