HMT 5 - Paksaan Berciuman
Jose dan Camila memasuki ruang meeting. Jamesh dan dua orang bodyguard terpilih menyambut mereka dengan sopan. Kemudian menggiring dua orang itu menuju meja panjang di mana di sana tampak Jesica dan dua orang VIP lainnya.
Jesica menaikan sudut bibirnya melihat wanita cantik yang datang bersama Jose. Ho, jadi ini wanita itu? Wanita tak jelas asal usulnya yang tiba-tiba Jose nikahi? Tatapan sinis dan senyuman remeh dia lontarkan pada Camila saat wanita itu tak sengaja menatapnya.
"Selamat sore semuanya, maaf aku terlambat." Jose menyapa semua orang seraya mendaratkan bokongnya pada kursi yang berada di paling ujung meja.
Sementara, Camila duduk pada kursi di samping kanan Jose. Berhadapan langsung dengan Jesica. Wanita glamour itu memberinya senyuman sinis. Camila hanya berdehem canggung menanggapi.
Meski sudah menjadi istri pewaris keluarga Alexander Gold, tetapi Camila tak pernah bisa beradaptasi dengan kehidupan Jose. Juga dekat dengan semua anggota keluarga bangsawan mereka.
Dia ingat betul, siapa wanita di hadapannya kini. Jesica yang memberinya senyuman sinis saat pertama kali Jose memperkenalkan dia pada semua anggota keluarga. Entah apa masalah wanita itu, sepertinya Jesica tidak menyukainya.
"Santai saja. Aku paham, ini masih suasana honeymoon kalian. Harusnya kita bisa mencari waktu senggang untuk meeting ini," tukas pria yang duduk di samping Jesica.
Hawk Alexander, merupakan adik dari ayah Jose, Willam Alexander. Hawk memiliki empah puluh persen saham di Miracle. Oleh karena itu dirinya duduk di samping kiri Jesica yang memiliki lebih banyak saham darinya yaitu lima puluh persen saham.
"Ya, Hawk benar. Ini masih suasana honeymoon kalian. Harusnya kita membahas ini bulan depan saja," timpal seorang pria yang duduk di samping Hawk.
Dunant Alexander, merupakan putra tertua dari adik ayah Jose. Orang tuanya sudah tiada sejak lama. Dunant hanya memiliki dua puluh persen saham di Miracle, oleh karena itu dirinya duduk paling ujung.
Semua kursi sudah duatur sesuai jumlah saham yang mereka miliki. Jose merupakan pemegang saham utama di Miracle, dengan jumlah saham mencapai sembilan puluh lalu lima persen. Oleh karena itu dirinya menduduki kursi CEO milik Group Miracle Corporation.
Camila hanya terdiam menyimak. Suasa honeymoon? Apa yang mereka bicarakan? Bahkan, dia dan Jose belum melakukannya sejak malam pertama mereka menikah.
Ya, meski sudah menikah, bagi Camila pria berparas tampan dengan tubuh atletisnya itu adalah orang asing.
'Kamu miliku malam ini, Camila.'
'Jose, tolong berikan aku sedikit waktu untuk membiasakan diri. Aku tak mengingat apa pun, bagaimana mungkin aku bisa bercinta denganmu? Maafkan aku--'
Camila memejamkan mata sesaat seraya berpaling. Dia teringat saat menolak Jose di malam pertama mereka. Saat itu dirinya bisa melihat jelas rasa kecewa Jose. Namun, pria itu berusaha menutupi dengan senyuman manisnya.
Benar, satu pekan sudah mereka menikah, tapi dia merasa sangat asing pada Jose. Jangankan untuk melayani layaknya seorang istri, membalas tatapan Jose pun membuatnya tak nyaman.
Camila yang berusia dua puluh tiga tahun tentu sudah cukup tahu bagaimana caranya melayani seorang pria di atas ranjang. Namun, dia benar-benar belum siap untuk Jose saat ini. Meski, keputusan ini pasti tak membuat suaminya itu senang mau pun bersabar.
"Kami bisa melakukan honeymoon kapan saja. Jangan pikirkan hal itu. Kita bisa memulai meeting sekarang," ucap Jose dengan wajah datar pada semua orang.
"Oke. Baiklah, ayo kita mulai meetingnya," sambut Hawk bersemangat dengan senyum lebar di wajahnya.
Dunant hanya menanggapi dengan anggukan kecil. Sementara Jesica hanya menaikan sudut bibirnya. Wanita itu tahu apa yang sedang Jose rencanakan. Pria itu sangat licik. Ekor matanya berpindah pada Camila. Kasihan wanita bodoh ini, pikirnya dengan rahut acuh tak acuh.
"Aku berencana membeli EXO Motor's untuk mendukung perusahaan mobil milik Group Miracle. Bagaimana menurut kalian?" tanya Jose di sela meeting penting itu. Matanya tertuju pada Hawk dan Jesica, sementara Dunant tak begitu penting baginya.
Hawk mengangguk. "EXO Motor's cukup bagus. Performa produck mereka pun tak pernah gagal. Namun, aku dengar perusahaan itu sedang terlilit hutang. Apa kamu mau bunuh diri?" ucapnya seraya menyipitkan mata pada Jose.
"Kurasa membeli perusahaan yang hampir pailit bukan masalah besar. Paling tidak, Miracle bisa mendapatkan sepenuhnya rahasia mesin terbaik yang EXO ciptakan, bukan? Wajar saja jika kamu mau membelinya. Aku setuju saja," timpal Jesica. Bibirnya menyeringai di akhir kalimat.
"Ya, EXO sedang berada di ambang kebangrutan. Mereka membutuhkan banyak uang untuk membayar gaji pekerja yang sedang berdemo. Sementara, Miracle membutuhkan para teknisi dan pekerja handal mesin seperti orang-orang EXO. Kalian pasti mengerti apa maksudku, bukan?" Jose kembali bicara. Pria itu menaikan sudut alisnya saat Hawk dan Jesica menatap.
Hawk tersenyum tipis. "Waw, ini benar-benar ide brilian, CEO!"
"Ya, aku setuju." Jesica menimpali seraya tersenyum puas.
"Aku sih ikut saja dengan kalian, haha!" Dunant menimpali pula dengan tawa besarnya.
"Good." Jose mengangguk sambil tersenyum. Kemudian dia melirik pada wanita cantik di sampingnya. Camila hanya memberinya senyuman penyemangat.
Setelah meeting selesai, para VIP segera bergegas meninggalkan ruangan itu. Namun tidak dengan Jesica, wanita itu segera menghampiri Camila yang sedang berdiri seorang diri di depan pintu lift. Entah ke mana perginya Jose. Ini kesempatan emas baginya untuk menemui Camila.
"Ehem! Kamu sendirian? Di mana Jose?"
Camila yang sedang menunggu pintu lift terbuka sedikit dibuat terkejut saat mendengar suara itu. Bergegas dia menolehkan kepalanya. Jesica? Manik cokelat hazel itu sedikit membulat.
"Why? Kenapa melihatku seperti sedang melihat hantu? Apakah aku kelihatan seram?" tanya Jesica dengan sinis. Wajah polos Camila benar-benar membuatnya muak.
"Hm, maaf. Aku sedang melamun tadi," jawab Camila dengan hati-hati. Tatapan tajam Jesica membuatnya menunduk takut.
"Camila Young, itu namamu bukan? Aku dengar kamu mengalami amnesia, apakah itu benar? Jadi, kamu tak mengingat Jose? Itu bagus. Kamu hanya akan menyesal jika mengingatnya. Lebih baik kamu begini saja, amnesia."
Camila dibuat heran mendengar ucapan Jesica. Hingga saat wanita itu memasuki pintu lift, dia hanya menatapnya sendu. Senyuman remeh Jesica yang terakhir dirinya lihat sebelum pintu itu benar-benar rapat.
Why? Kenapa Jesica bicara seperti itu padanya? Amnesia, itu lebih baik katanya? Camila tampak kebingungan dan berusaha mencerna ucapan Jesica dengan sistem otak yang sedang eror saat ini.
"Hei, kenapa masih di sini? Ayo masuk."
Sedang didera kebingungan, Camila sedikit tersentak saat ada tangan pria menyentuh satu bahunya. Dia menolehkan kepala segera. Lesung pipi Jose menyambutnya dengan hangat. Rupanya pria itu sudah kembali. Camila membalas dengan senyuman manis.
"Aku sedang menunggumu," ucapnya kemudian seraya menyelipkan anak-anak rambut ke telinga.
Masih dengan lesung pipi yang menawan Jose berkata,"Astaga, maafkan aku yang sudah membuatmu menunggu. Baiklah, ayo kita pulang."
Camila menanggapi dengan anggukan kecil. Kemudian Jose merangkul bahunya, menggandeng Camila memasuki pintu lift.
"Jose, apakah Jesica tidak pulang ke Mansion Alexander?" Camila bertanya saat mereka berdiri di dalam lift. Hanya ada Jose, dirinya dan dua orang bodyguard yang berdiri di belakang. Camila dibuat menunggu karena Jose tak buru-buru menjawab pertanyaan itu.
"Jesica, dia takkan mau tidur di kamar tamu. Dia lebih suka kamar VIP di hotel berbintang. Jangan pikirkan itu," jawab Jose seraya melirik pada wanita di sampingnya.
Camila hanya mengangguk kecil menanggapi. Mereka kembali hening sampai pintu lift terbuka. Jose berjalan bersisian dengan Camila meninggalkan hotel. Leo dan Jack mengikuti dari belakang setelah para senior bodyguard lebih dulu berjalan.
Dari kejauhan, Leo kembali memperhatikan Camila yang sedang berdiri di samping mobil Mercedes Benz C Class hitam di area basement hotel. Wanita itu melempar senyum manis untuk Jose sebelum memasuki mobil mewah tersebut.
Leo masih tertegun di tempatnya. Ini memang sulit dipercaya, tapi Camila benar-benar mirip dengan Michele. Ya Tuhan ... Lagi-lagi dia berpikir seperti itu. Sepertinya CEO akan benar-benar memecatnya.
"Camila, aku ingin meminta hakku padamu malam ini. Kita sudah menikah, sampai kapan aku harus menahan diri? Aku pria dewasa yang membutuhkan seks sebagai pelengkap hidup. Kumohon, sebentar saja," bisik Jose seraya berdiri di belakang punggung terbuka Camila.
Pria itu menyelinap saat sang istri sedang bertukar pakaian di walk-in closet kamarnya. Camila malam ini hanya mengenakan sehelai lingerie transparan warna hitam. Jose dibuatnya benar-benar tak tahan akan kemolekan tubuh wanita itu.
Camila masih terdiam. Kecupan Jose mulai menyentuh bahu, leher sampai ke pipinya. Tubuhnya bergetar, jantungnya berdegup kencang dan dia dibuat tersentak saat Jose memutar tubuhnya secara spontan.
Kini mereka saling berhadapan. Perlahan Camila mengangkat sepasang matanya pada wajah Jose. Tatapan pria itu tak jauh berbeda dari tatapan serigala yang sedang kelaparan.
Jantungnya dibuat semakin terpacu saat Jose mencondongkan wajahnya. Jemari pria itu membelai rahang Camila seraya meraih bibir ranum istrinya dengan sebuah ciuman mesra.
Sesaat Camila tersentak akan lumatan rakus itu, tapi Jose tak memberinya kesempatan lagi. Pria itu melingkarkan kedua tangannya pada punggung Camila. Direngkuh kuat sampai wanita itu tak mampu menolaknya.
Hm, bagaimanapun mereka sudah menikah. Apakah Camila akan menolak Jose lagi kali ini?