HMT 4 - Kecurigaan Leo
Kabar kedatangan para VIP itu sudah ramai diperbincangkan di markas pusat Organisasi GM3. Entah siapa tiga orang VIP yang dimaksud. Leo tak banyak bicara saat diberi arahan oleh Max pasal tugas khusus yang diberikan Jamesh pada mereka.
"Hei, Junior bodyguard tingkat empat. Apa ini tugas pertama kamu mengawal para VIP?" tanya Jack pada Leo yang sedang mengenakan jas hitam sebagai stelan bodyguard mereka. Bibirnya mengulas senyum dengan kedua alis dimainkan ke atas saat pria itu menoleh padanya.
"Ya," jawab Leo malas-malasan. Segera disambar dasi hitam dari lemari. Dia segera membuat simpul dan ingin bergegas pergi.
"Setahuku para VIP itu adalah orang-orang yang memiliki saham di Organisasi GM3 dan Group Miracle. Bisa dibilang mereka adalah keluarga CEO juga, karena ada adik perempuan CEO di antara mereka."
Jack menjelaskan tanpa diminta oleh Leo. Kali ini mereka sedang berjalan menyusuri lorong hotel dan berada di barisan paling belakang dari para bodyguard lainnya.
Leo hanya menoleh satu kali pada Jack. Adik perempuan CEO? Ternyata kabar yang dia dengar selama ini salah. Jose Alexander masih memiliki saudara perempuan? Lalu, kenapa tersiar kabar jika pria arogan, dominan dan dingin itu merupakan anak tunggal keluarga bangsawan Alexander Gold?
Di sisi lain, terlihat seorang wanita yang sedang berdiri di tepi pagar balkon jendela besar ruangan CEO.
Dia, Jesica Alexander merupakan adik perempuan Jose. Lebih tepatnya hanya adik tiri. Jesica dibesarkan di San Milates. Usianya baru dua puluh dua tahun dan ini kali pertama dirinya kembali ke kota orang tuanya, San Mitero.
"Hh, kamu pikir aku tak menginginkan Miracle? Jangan berpikir karena aku cuma anak tiri Daddy, kamu melupakan bagianku, Jose." Jesica bicara tanpa menatap pria tinggi di sampingnya.
Wanita dengan balutan dress warna hitam bahu terbuka itu tersenyum remeh. Dibuang dan dijauhkan dari San Mitero merupakan hal paling kejam baginya.
"Jangan lupa, Jose. Kamu juga bukan putra Daddy yang sebenarnya. Aku punya kartu matimu. Jadi, jangan berpikir aku akan diam tanpa diberi apa-apa," lanjutnya lagi sambil menyalakan api rokoknya.
Pria di samping menoleh dengan cepat. "Apa maksudmu? Kamu sedang mengancamku, hah? Awas saja kalau kamu berani buka mulut pada dua VIP itu. Aku akan membungkam mulutmu untuk selamanya, Jesica."
"Ho, kamu pikir aku takut?" Jesica menatap dengan mimik mengejek. Hingga kemudian dia tertawa kecil."Jose, kamu cuma anak pelayan di keluarga Alexander Gold. Konyol sekali, jika kamu adalah pewaris atau putra bangsawan. Ya Tuhan ... Perutku sampai sakit jadinya."
Melihat wanita bertubuh langsing dengan riasan wajah tebal itu terus tertawa, Jose menjadi geram. Tangannya mengepal kuat sesaat sebelum kemudian menyambar rahang Jesica. Dia mencengkeram kuat dengan tatapan buas.
"Tutup mulutmu itu, Jalang sialan. Aku yang berkuasa saat ini, di sini. Kamu atau dua VIP itu takkan bisa menghentikanku. Kecuali kamu sudah bosan melihat dunia dan seluruh isinya," desis Jose ke wajah Jesica. Kemudian dilepaskan rahang wanita itu dengan kasar.
"Shit!"
Jesica hampir jatuh, terdorong. Wanita itu mendengkus kesal dengan tatapan muak pada Jose. Dia tahu pria tiga puluh tahun itu tak hanya licik dan gila kekuasaan, tapi juga seorang psikopat yang kejam. Jose bisa melakukan apa saja padanya.
"Jesica, jika kamu masih ingin duduk manis pada kursimu di Miracle, maka, jangan coba-coba melawanku atau merencanakan sesuatu untuk menyingkirkan diriku. Aku punya banyak koneksi, melenyapkan seorang wanita bukanlah perkara yang sulit. Camkan itu, Nona."
Jose menyeringai tipis pada Jesica sebelum melenggang pergi meninggalkan wanita itu di ruangan CEO. Jesica mengetahui semuanya, masa lalunya. Wanita itu tak boleh dibiarkan hidup.
"Bajingan kamu, Jose!"
Sepeninggal Jose, wanita itu mengamuk. Jesica memberantakan apa saja yang berada di ruangan pribadi CEO. Dia benar-benar murka. Bagaimana tidak? Jose tak juga mau membagi harta warisan peninggalan William Alexander Gold, pendiri Miracle sebelumnya.
"Nona Muda, apakah Anda baik-baik saja?" Jeremy yang merupakan senior pelayan di keluarga Alexander Gold menyapa Jesica yang sedang meradang seorang diri di ruang pribadi CEO.
"Yes, I'm fine." Jesica berusaha tenang. Kemudian dia berjalan cepat meninggalkan ruangan itu. Aura kesal masih kentara di wajahnya.
Jeremy hanya terdiam memandangi kepergian Jesica. Pandangannya turun pada benda-benda kecil yang hancur berserakan di lantai. Apanya yang baik-baik saja? Bahkan wanita itu sudah memecahkan vas bunga kesayangan CEO.
"VIP akan tiba sepuluh menit lagi, kalian bersiaplah."
Leo mendengar aba-aba dari Max lewat sambungan earphone di telinganya. Pria itu sedang berdiri di depan pintu masuk ruang meeting di Hotel Florida. Pihak Group Miracle yang sudah membooking hotel bintang lima itu secara eksklusif.
Jesica berjalan bak seorang super model di atas catwalk. Tatapan matanya tertuju pada pria tampan di depan pintu. Bibirnya menyeringai tipis. Matanya turun pada pergelangan Leo yang tak sengaja terlihat. Gambar tato yang menarik, pikirnya gemas.
Untuk ukuran seorang bodyguard, pria itu benar-benar berkharisma. Jesica segera mendekat pada Leo.
"VIP tingkat tiga." Jesica bicara dengan sandi pada pria di depan pintu. Bibirnya tersenyum binal saat mata Leo terangkat padanya.
"Silakan, Nona Muda." Leo dan Jack segera membukakan pintu ruangan itu untuk Jesica. Mereka sedikit membungkuk saat wanita itu melangkah.
Lagi, Jesica melempar senyum binal pada Leo saat melintasi pria itu. Wangi parfumnya benar-benar membuat dua pria itu dimabuk kepayang. Entah merek apa dan pasti mahal harganya. Baunya benar-benar menyengat indera penciuman mereka hingga wanita binal itu berlalu.
"Wah, VIP tingkat tiga cantik juga. Aku dengar, Nona Muda Jesica adalah adik tiri CEO dan dia akan mendapatkan setengah dari saham Miracle dan GM3." Jack bicara pada Leo sambil menutup pintu setelah Jesica masuk.
Leo hanya terdiam tak merespon. Mereka kembali berdiri tegap di depan pintu. Hingga beberapa menit selanjutnya, Jose muncul sambil menggandeng Camila. Leo menatap dengan kelopak mata terbuka lebar. Camila, dia benar-benar seperti sedang melihat Michele, istrinya.
Jose yang melihat Leo di depan pintu segera meraih pinggang kecil Camila sampai menempel padanya. Bibirnya menyeringai tipis. Masih berani junior bodyguard sialan itu menatap istrinya? Astaga, sepertinya dia benar-benar harus mencungkil mata bodyguard itu.
Leo masih tertegun di tempat hingga Jose dan Camila tiba di hadapannya. Jack dibuat heran melihat sikap Leo. Apa yang sedang rekannya itu lakukan?
Mereka dalam masalah besar saat ini. Apakah dia harus memukul kepala Leo agar pria bodoh itu segera sadar, sedang berhadapan dengan siapa dirinya saat ini.
"VIP tingkat dua," ucap Jose dengan wajah dingin pada Leo.
Pria itu segera tersadar dari lamunannya. "Silakan, CEO."
"Sayang, masuklah lebih dulu. Aku masih ada urusan sedikit," tukas Jose disertai senyuman manis pada Camila.
Wanita dengan balutan gaun selutut warna merah itu mengangguk. "Oke," ucapnya lantas melangkah dengan anggun ke dalam.
Ekor mata Leo sempat melirik ke arah Camila. Hal itu tak luput dari pandangan CEO.
Jose menaikan sudut bibirnya dengan tatapan dingin pada Leo."Senior bodyguard tingkat satu, aku ingin surat pemecatan junior bodyguard ini segera tiba di mejaku esok pagi," ucapnya pada Max yang berdiri di belakangnya.
Max dibuat terkejut. "Baik, CEO!" jawabnya lalu melirik pada Leo.
Leo hanya terdiam seperti patung. Hingga Jose kembali melempar tatapan dingin padanya saat melangkah masuk, pria itu masih bergeming.
'Aku ingin mengundang kamu dan istrimu dinner. Kuharap kamu tidak menolaknya. Anggap saja ini perintah dari bosmu.'
'Tentu saja, CEO. Kami pasti akan datang. Ini suatu kehormatan bagiku dan istriku pastinya.'
Leo memejamkan mata sesaat. Dia teringat saat Jose mengundang dia dan Michele untuk makan malam di restoran mewah tiga bulan yang lalu. Saat itu Michele sempat menolak dan mengatakan tak usah datang pada undangan CEO.
Masih menjadi misteri bagi Leo. Mengapa Michele menolak undangan Jose saat itu. Sikap istrinya pun cukup aneh beberapa hari setelah mereka datang ke acara makan malam bersama CEO.
Leo yakin, ada yang tidak beres antara istrinya dan CEO. Namun, apakah mungkin? Michele ada hubungan gelap dengan Jose?
Entahlah, Leo benar-benar kesulitan untuk mencari tahu semuanya. Apalagi setelah Michele tiada, sikap Jose jauh lebih dingin padanya.