Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

HMT 6 - Layani Aku

Malam semakin larut, Leo dan dua orang junior bodyguard tingkat satu sedang berjalan menuju mobil CRV hitam yang terparkir di area mansion Jose. Jamesh menelepon pada Max, sang kepala pimpinan organisasi meminta Leo untuk segera kembali ke Markas GM3.

"Sepertinya kepala pimpinan benar-benar akan memecatmu," tukas Jack seraya menoleh pada Leo yang sedang berjalan di sampingnya.

Leo hanya menoleh dengan wajah acuh.

"Memecat orang sesuka hati mereka? Apakah mereka pikir untuk masuk dan menjalani pelatihan GM3 adalah hal yang mudah? Mereka benar-benar gila! Andaikan VIP tingkat satu sudah kembali, mungkin orang-orang sok berkuasa itu baru akan diam seperti seekor anak anjing."

"VIP tingkat satu?" Leo menoleh cepat pada pria di samping kanannya.

Brazil, nama pria itu. Usianya tak lebih tua darinya dan Jack. Namun, karena Brazil cukup tangkas dan cekatan, pria kulit hitam itu sudah berada di level junior bodyguard tingkat satu.

"Ya, VIP tingkat satu. Hanya dia yang bisa mengalahkan arogansi mereka." Brazil menjawab.

Leo mengernyitkan dahi. "Lalu, siapa VIP tingkat satu itu?"

Brazil tak buru-buru menjawab. Ekor matanya melirik pada Jack. Pria itu tersenyum tipis sambil mengangguk kecil. Brazil melanjutkan perbincangan mereka sambil berjalan menuju mobil para bodyguard.

"Kepala pimpinan? Jadi, Tuan William Alexander masih hidup?" Leo begitu tercengang mendengar penuturan Brazil dan Jack.

Ada apa ini? Kenapa para Crazy Rich selalu melakukan hal yang tidak terduga? Bahkan, berpura-pura mati di mata dunia seperti yang dilakukan oleh Tuan William Alexander atau VIP tingkat satu, ayahnya Jose.

"Omong-omong, ini masih rahasia loh! Jangan sampai keceplosan di depan orang lain, aplagi di depan CEO. Dia bisa menghabisimu kapan saja," bisik Jack seraya merangkul bahu Leo saat mereka hendak masuk mobil.

Leo hanya terdiam tak menanggapi. Namun dari ekpresinya, pria itu cukup paham apa yang dimaksud oleh Jack. Rahasia besar? Aneh-aneh saja, pikirnya lalu menutup pintu mobil dari dalam.

*

"Ho, jadi Jose telah melakukan hal yang begitu luar biasa?"

Di teras balkon sebuah kamar hotel, terdengar Jesica yang sedang bicara lewat sambungan ponselnya. Wanita itu sedang mencari informasi tentang istri Jose yaitu Camila Young. Omong kisong jika Camila dan Jose pernah bertunangan.

Jesica cukup tahu seperti apa karakter Jose. Pria bajingan itu tak pernah serius dengan seorang wanita. Jose biasa memesan wanita pada seorang muncikari untuk sekedar menghangatkan ranjangnya saja.

Tiba-tiba Jose menikah dengan Camila? Ini benar-benar ganjil baginya yang cukup tahu seperti apa seorang Jose Alexander itu.

"Apa? Operasi bedah plastik?" Jesica dibuat terkejut mendengar informasi yang dirinya dengar."Astaga, lalu siapa sebenarnya Camila? Bisakah kamu mencari tahunya untukku?" Jesica tampak antusias.

"Oke, aku tunggu info selanjutnya," ucapnya menyudahi panggilan.

Senyum penuh misteri terbit di bibir Jesica. Digenggam ponsel pintar itu di dadanya. "Jose Alexander, jangan kamu pikir bisa menyingkirkan diriku dari Group Miracle, karena sebelum itu terjadi aku yang akan lebih dulu menendangmu dari Group Miracle. Dasar anak pelayan sialan!" rutuknya tampak puas.

Meski terlihat baik-baik saja di mata publik dan Media, ternyata Jesica memiliki misi sendiri. Begitupun dengan Jose, pria itu pun sedang mencari cara untuk menyingkirkan Jesica dan Dunant.

Namun dia lebih bernafsu untuk melenyapkan Jesica lebih dulu, karena wanita itu memegang kartu matinya. Sementara Dunant? Pria bodoh itu bisa apa? Bahkan koneksi pun dia tak punya.

*

Camila mengangkat sepasang matanya usai Jose menyudahi ciuman panas itu. Dia mendorong pelan pada dada bidang pria itu, tapi Jose malah menyeringai padanya.

Camila dibuat memekik kaget saat kedua tangan Jose kembali merengkuh pinggang semutnya. Dia menatap dalam pada pria itu dengan jantung yang bertalu-talu.

"Camila, apa kamu mau menolakku lagi? Sepertinya kali ini aku tak mau ada penolakkan," desis Jose ke wajah Camila. Wangi parfun wanita itu benar-benar membuatnya bergetar dalam gejolak gila.

"Jose, kita bisa lakukan nanti. Kumohon lepaskan aku," pinta Camila seraya berusaha melepaskan kedua tangan kekar yang melingkar di tubuhnya. Tatapan Jose benar-benar membuatnya ngeri.

"Aku tak mau ada penolakkan malam ini. Kamu istriku dan kamu harus melayaniku sekarang--" Jose langsung menyambar rakus bibir ranum Camila sebelum wanita itu menimpali ucapannya.

"Uhmm!"

Ciuman liar itu membungkam mulut Camila. Wanita itu berusaha berontak dengan memukul-mukul punggung Jose. Namun, tenaganya benar-benar tak sebanding dengan nafsu liar pria itu yang sedang menggebu-gebu.

"Camila, aku sudah sangat kepanasan, Sayang." Jose segera menanggalkan kemeja putihnya usai menghempaskan Camila ke tengah ranjang. Tatapan sendu dan wajah polos wanita itu benar-benar membuatnya tak bisa menahan lagi.

Camila hanya terdiam dengan posisi terlentang di tengah ranjang. Dia kebingungan harus apa. Tak mungkin bisa menghindar lagi dari Jose. Namun, meski pria itu adalah suaminya. Camila benar-benar tak ingin memberikan dirinya.

"Ayo kita lakukan, Sayang. Kamu kelihatan sangat seksi malam ini." Jose merangkak naik ke atas ranjang, dia menghampiri Camila dengan hanya mengenakan celana dalamnya saja. Napasnya memburu, gairah liar itu tak bisa diberi tempo lagi.

Camila masih bergeming dengan jantung berdebar-debar. Matanya turun pada bagian bawah tubuh Jose. Keperkasaan pria itu tampak menyembul padat di balik CD-nya.

Camila segera memalingkan wajah dari pemandangan itu. Juga tubuh atletis Jose yang mulai naik ke atas tubuhnya.

"Jose, sebentar ... Umhhm--" Camila tak kuasa menolaknya saat tubuh tinggi kekar itu menguasai di atas ranjang.

Bibirnya dilumat sampai kebas oleh Jose. Lalu kain tipis di tubuhnya pun dirobek dan dilempar entah ke mana. Dia memekik dan langsung menutupi kedua payudaranya dengan menyilangkan kedua tangan di bagian depan tubuhnya. Tatapan buas Jose membuatnya sangat malu dan berdebar-debar.

Jose menyeringai melihat ketidakberdayaan Camila."Kenapa harus seperti ini? Aku adalah suamimu, bukan? Aku mau meminta hakku padamu. Come on, Camila. Jangan membuatku seperti akan memperkosamu."

Camila hanya menunduk ketakutan. Hingga saat Jose menyingkirkan kedua tangannya, dia menatapnya tak percaya.

Sayang sekali Jose tak memberinya kesempatan lagi, pria yang sedang dilanda gairah gila itu segera membenamkan wajah pada kedua payudara Camila.

"Ah, Jose ... Hentikan, aargh!" desahan itu lolos begitu saja dari tenggorokan. Camila benar-benar tak tahan saat Jose melumat, menggigit dan menyesap pada pucuk payudaranya dengan begitu liar.

Dia memejamkan mata sambil menggigit bibir bawahnya. Jose menangkap kedua tangan Camila di atas kasur agar wanita itu tak bisa berontak lagi. Ciuman liar itu terus menjelajahi setiap inci tubuh molek Camila. Jose benar-benar bergairah malam ini.

Melihat lawan mainnya terus berontak, Jose semakin bernafsu saja. Pria itu mulai menurunkan ciumannya pada perut, pinggang hingga selangkangan Camila. Wanita itu memekik kaget saat Jose menyentuh kewanitaannya dengan ciuman-ciuman.

"Ah, Jose ..."

Camila menggelinjang. Tangannya sudah dilepaskan oleh Jose. Kini dirinya mencengkeram alas putih kasur sekuat tenaga.

Gila! Sensasi apa ini?

Jose memainkan bibir dan lidahnya pada area paling intimnya. Napasnya mulai memburu, Camila mengangkat pinggangnya saat lidah hangat itu menyapu lebih dalam. Dia melenguh panjang saat mencapai suatu masa klimaks.

"Aargh!"

"Kamu suka, Camila? Ini baru permulaan, Sayang. Aku akan membuatmu melayang-layang malam ini," desis Jose usai menyudahi ciumannya pada kewanitaan Camila. Diusap bibirnya yang basah dengan punggung tangan. Pria itu menyeringai melihat tatapan curiga Camila padanya.

Masih terengah-engah, Camila dibuat kaget saat Jose menangkap kedua pahanya yang putih. Diseret agak kasar sampai tiba padanya. Lalu, pria itu mulai mengenalkan batang kerasnya pada kewanitaan Camila. Wanita itu dibuatnya tak henti berdesah saat dia menggesek perlahan dan intim.

"Oh, Camila. Kamu benar-benar seksi, Sayang. Aku tak tahan lagi dibuatnya."

Jose mulai membungkukan tubuh, mengarahkan bukti keperkasaan itu pada lembah cinta Camila yang sudah mulai basah. Perlahan, dia mulai mendorong.

"Ah, Jose ... Ugh!"

Camila mencengkeram punggung telanjang di atasnya. Miliknya mulai dihujam dengan tempo cepat. Inikah kenikmatan itu? Oh, Tuhan ... Ternyata begitu nikmat dan membuatnya serasa sedang melayang-layang.

"Oh, Camila ... Ini benar-benar sempit dan nikmat. Aku tak tahan, Sayang ... Ohhh!" Jose menghujam lebih cepat lagi. Dia hampir tiba, tapi buru-buru pria itu berhenti.

Camila sedikit tersentak dengan dada kembang kempis saat Jose tiba-tiba membalik tubuh polosnya. Dia berada dalam posisi membelakangi Jose. Hingga kemudian pinggangnya ditegakkan dan satu hentakkan kuat memasuki dari arah belakang. Jose mulai menggerakkan pinggangnya dengan ritmes.

"Ah, Jose ..."

"Camila, oh! Ini nikmat sekali, Sayang."

Jose semakin cepat memompa kewanitaan Camila dengan posisi dogy style. Wanita itu dibuatnya berdesah-desah hingga menjerit-jerit karena sensasi kenikmatan yang ditimbulkan.

Hingga pada saat tiba di puncak percintaan itu, Jose memegang kuat pinggul kecil Camila. Dia meledak di dalamnya tanpa ampun.

"Aaarrrggghhh!"

Camila ambruk seketika pada kasur. Napasnya terengah-engah tak beraturan. Hingga Jose melepaskan dia. Wanita itu berusaha mengatur napasnya seraya terlentang pasrah.

Camila pikir penyiksaan itu sudah selesai. Namun, siapa sangka Jose kembali membantainya dari depan. Malam ini dia milik Jose. Entah kapan pria itu akan berhenti menuntut kenikmatan darinya.

*

Braakk!

Leo yang sedang tertidur dibuat terkejut mendengar suara benda yang terjatuh. Suara apa itu? Dia bergegas bangkit dari ranjangnya. Matanya menyapu pandangan ke sekitar. Leo melihat potret pernikahannya dengan Michele yang jatuh ke lantai.

Kaca foto itu pecah dan berserakan. Leo menoleh ke arah jendela, angin di luar cukup kencang. Mungkin karena itu potretnya terjatuh. Dihela napas panjang oleh Leo seraya beringsut dari tepi ranjang.

Pria itu bergegas menghampiri potret yang jatuh. Dia berjongkok seraya meraihnya. Dipandangi benda itu dengan tatapan sendu.

"Michele, aku merindukanmu, Sayang." Didekap di dada potret itu oleh Leo. Hatinya kembali terasa hancur dan separuh napasnya pergi entah ke mana. Dia merasakan suatu kegelisahan yang luar biasa malam ini. Entah apa yang sedang terjadi padanya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel