Bab 12 Benih Cinta
Bab 12 Benih Cinta
Rasa lapar yang sempat menyerang, kini telah hilang dengan sendirinya. Sekarang Kinara penasaran dengan sosok yang mengirimkan makanan kepadanya. Kinara seperti dihadapkan pada sebuah teka-teki yang membuat kepalanya sakit.
Tidak mau terlalu berat berpikir. Kinara memilih untuk ikut makan bersama dengan Clara. Alhasil mereka saling berbagi makanan, kecuali Frans. Pria itu menatap aneh ke arah Kinara. Ada banyak yang tidak diketahuinya soal wanita itu.
“Frans, kamu tidak ikut makan?” Clara menawarkan.
“Tidak. Kalian saja. Oiya Ra, apa itu dari penggemarmu?”
Kinara mengerutkan dahinya sehingga membuat kedua alisnya hampir menyatu, “Penggemar apa? Kamu ‘kan tahu sendiri kalau aku tidak ada penggemar.”
Bukan tidak ada penggemar. Tetapi setiap kali ada pria yang mendekati Kinara, pasti dicegah oleh Frans. Karena Frans tidak ingin ada pria yang dekat dengan Kinara selain dirinya. Semua itu Frans lakukan, semata-mata karena ia menyukai Kinara.
Frans hanya diam saja, membiarkan Kinara dan Clara melahap habis makanan sampai tidak tersisa sedikit pun. Setelah kenyang, Clara menyandarkan punggungnya ke kursi. Clara mengusap bibirnya menggunakan lidah. Menikmati sisa-sisa rasa makanan yang ada di bibirnya itu. Sementara Kinara meneguk air putih yang diberikan oleh Frans.
“Aku jadi penasaran, siapa yang berbaik hati memberikan makanan kepada kamu, Ra,” ujar Clara.
“Aku saja penasaran. Tapi, biarkan saja. Anggap saja ini rezeki dari Tuhan.”
Clara membenarkan ucapan Kinara.
Sekarang sudah waktunya untuk mereka pulang. Dikarenakan ada rapat, maka mata kuliah diundur dan akan dilaksanakan pada minggu depan. Pengumuman itu, bagai keajaiban bagi para mahasiswa yang memang jarang sekali masuk kelas.
Dan menjadi kesempatan untuk Clara melanjutkan menonton drama korea yang belum ia selesaikan tadi malam. Tetapi Clara mengurungkan niatnya. Sebab, sore nanti ada janji dengan Denis untuk belajar bersama di rumahnya. Sedangkan Frans lebih dulu pergi, dan ia mengatakan ada urusan yang harus segera diselesaikan.
“Ra, kamu ikut aku ‘kan?” tanya Clara yang berjalan mengimbangi Kinara.
“Ikut ke mana?”
“Belajar dengan Kak Denis.”
“Itu ‘kan kamu. Kenapa aku harus ikut?”
Clara menggaruk kepalanya, “Kamu masih saja tidak mengerti. Kamu ‘kan sedang dekat dengan Kak Denis. Ini kesempatan baik untuk kalian saling dekat.”
Awalnya Kinara menolak dengan berbagai macam alasan. Tetapi Clara terus saja memaksanya, dan akhirnya Kinara luluh. Mereka lalu pergi ke rumah Clara. Saat hendak masuk ke dalam mobil, Frans berlari menghampiri mereka.
Kinara menoleh dan mendapati Frans sudah berada di dekatnya. Frans mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. Dan ternyata ia memberikan coklat untuk Kinara.
“Ini untuk aku?”
Frans mengangguk, “Iya, untuk menemani belajar kamu nanti malam.”
Kinara membalas dengan senyuman, “Terima kasih. Maaf sudah merepotkan.”
“Tidak masalah.”
Selesai menerima pemberian dari Frans, kemudian Kinara masuk ke dalam mobil. Ia memberikan coklat itu kepada Clara. Kinara tahu kalau sahabatnya itu sangat menyukai coklat, bahkan Clara dapat menghabiskan banyak cokelat hanya dalam hitungan menit saja.
“Dari Frans?” tanya Clara.
“Iya, seperti yang kamu lihat.”
“Sepertinya memang dia sangat menyukai kamu.” Clara telah membuka coklat itu dan memakannya.
“Sudah, jangan dibahas. Aku hanya menganggap dia sebagai teman saja, tidak lebih.”
Clara mengerti, dan memang Kinara tidak ada rasa apapun pada pria itu. Mereka bersahabat sejak lama, dan tidak mungkin Kinara mengkhianati persahabatannya hanya untuk sebuah rasa suka saja.
Sesampainya di depan rumah. Rupanya Denis telah menunggu. Tanpa membuang waktu banyak, Clara langsung turun dan berlari menghampiri Denis.
“Maaf, Kak. Sudah menunggu lama, ya?”
“Tidak. Saya baru datang.”
Clara menghela napas lega dan mempersilakan Denis untuk masuk ke dalam. Kinara melenggangkan langkah kakinya, membawa kotak makanan yang diberikan kepadanya dalam keadaan kosong. Ia hendak mencucinya agar tidak kotor lagi.
Kinara berjalan menuju dapur melewati Denis yang sedang mengeluarkan buku catatan dari dalam tasnya. Mata Denis terpaku pada kotak makanan yang dibawa oleh Kinara.
“Sudah habis makanannya?” Suara Denis membuat Kinara berhenti.
“Sudah. Kakak tahu ini makanan dari siapa?”
“Tidak,” jawab Denis singkat lalu mengalihkan pandangannya.
Kinara merasa aneh, “Kenapa dia tiba-tiba bertanya perihal kotak makanan ini?” batin Kinara dalam hati.
Clara telah menyiakan minuman untuk guru privatnya. Tidak lupa, ia juga membawakan camilan ringan untuk menemaninya belajar. Sekarang Clara membuka soal-soal yang tadi tidak bisa dijawab. Dan ia hendak menanyakannya kepada Denis.
Selesai mencuci kotak makanan, Kinara mengeringkan tangannya yang basah. Ia memperhatikan Denis dari kejauhan. Denis memang jarang sekali untuk tersenyum, lebih tepatnya tidak pernah tersenyum. Tetapi Kinara dapat melihat dengan jelas wajah manis dari Denis yang tersembunyi di balik ekspresinya yang datar.
Selagi memperhatikan, tanpa disadari Kinara menarik kedua sisi bibirnya sehingga membentuk senyuman indah. Mengagumi sosok pria yang ada di hadapannya itu. Belum pernah Kinara merasakan ini sebelumnya.
“Ra? Kamu kenapa melamun?” Suara Clara mengagetkannya.
“Eh, ti-tidak,” jawabnya gugup.
“Kamu sedang memperhatikan Kak Denis, ya? Seperti mulai muncul benih-benih cinta,” ledek Clara.
Kinara berusaha untuk menyembunyikan rona pipinya, “Tidak. Kata siapa? Aku hanya memperhatikan kalian yang sedang belajar saja.”
“Hahaha, kamu itu lucu kalau sedang menahan malu.”
Geram dengan perkataan Clara yang membuatnya malu, Kinara berusaha untuk mencubit tangannya. Tetapi Clara berhasil mengelak dan berlari menjauhinya. Perdebatan mereka mencuri perhatian Denis. Diam-diam pria itu melirik ke arah di mana Kinara berada.
Kinara terlihat malu-malu dan bersembunyi di balik dinding. Degup jantungnya semakin merajalela dan tidak bisa dikendalikan. Kinara mulai sadar kalau sekarang ia sudah memiliki perasaan untuk Denis.
“Ra,” panggil Clara.
“Iya, kenapa?”
“Sini. Ikut gabung dengan kita belajar bersama.”
“Iya, sebentar aku siapkan dulu bukunya,” jawab Kinara.
Sebenarnya ia tidak ingin bertemu dengan Denis, takut kalau nanti akan gugup ketika berhadapan langsung dengannya. Tapi, Kinara tidak dapat menolak ajakan Clara. Terpaksa Kinara menuruti perintah sahabatnya itu.
Perlahan Kinara keluar dari tempat persembunyiannya. Ia menarik napas dalam-dalam dan berjalan mendekati Clara. Sebuah buku ia bawa di tangannya, kemudian Kinara duduk di sofa bersama dengan Denis. Pria itu menoleh, dan Kinara mengembangkan senyumnya.
“Sekarang kita mulai dari sini,” ujar Denis mengalihkan pembicaraan.
“Oke, Kak. Oiya, tadi Kinara bisa jawab semua soal ini,” sahut Clara.
“Oh, ya?”
Kinara menyunggingkan bibirnya.
“Coba saya lihat.”
Lalu Kinara memberikan hasil dari jawaban yang sempat ia saling di kertas. Denis mengangguk puas ketika melihat lembar jawaban itu. Semua yang dijawab oleh Kinara benar, dan tidak ada yang salah sedikit pun.
“Hebat sekali. Kamu bisa memecahkan soal serumit ini,” ujar Denis.
“Dia memang hebat dalam mata kuliah genetika, Kak. Wajar kalau dia jadi anak kesayangan dosen,” timpal Clara.
“Tidak seperti itu. Hanya memperhatikan saja ketika dijelaskan di dalam kelas.”
“Itu bagus sekali. Rajin membaca kunci utamanya.”
Pujian yang diberikan oleh Denis membuat Kinara tidak bisa berkata apa-apa. Ini bukan pertama kalinya Kinara menerima pujian. Tetapi tidak tahu kenapa, saat Denis yang memberikan pujian mampu meleleh-kan hatinya. Kinara dibuat tidak berdaya ketika sedang berhadapan langsung dengan pria itu.
Hampir satu jam lamanya mereka menghabiskan waktu belajar bersama. Sudah waktunya untuk Denis pulang. Dan sebentar lagi malam datang, waktu Denis untuk berjualan. Denis mengemasi buku-bukunya, memasukkan ke dalam tas beserta dengan laptop miliknya.
“Kak, apa sekarang aku sudah boleh membantu berjualan?” tanya Kinara.
“Tidak perlu. Sebaiknya sekarang kamu pulang saja ke rumah. Nanti kedua orang tua kamu cemas.”
“Papa dan mama sedang tidak ada di rumah. Mereka sedang pergi keluar kota,” jelas Kinara.
“Jangan pulang larut malam. Nanti aku harus jawab apa kalau mama dan papa kamu bertanya,” ujar Clara mengingatkan.
“Oke, aku tidak akan pulang larut malam kalau diizinkan oleh Kak Denis untuk ikut bersamanya.”
Denis berpikir sejenak, lalu ia mengizinkan Kinara untuk ikut bersamanya dengan catatan tidak boleh pulang terlalu malam. Kinara setuju, dan senang sebab ia bisa membantu Denis berjualan lagi. Untuk mempersingkat waktu, Kinara terlebih dulu mengganti pakaiannya dan kemudian pergi bersama dengan Denis.
**
Bersambung.