Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB. 6 Dijebak?

Oliv segera menyembunyikan tubuhnya rapat-rapat di balik selimut. Tinggal wajahnya yang sedikit kelihatan. Bagaimana tidak, sehelai benang pun tidak melekat di tubuhnya.

Tubuhnya masih Terbaring lemah di atas kasur. Seluruh badannya remuk redam akibat ulah Zay tadi malam.

Sementara, Zay sudah memakai kembali celana boxernya, saat pintu kamar terbuka lebar.

"Zay Junior Brett! Apa yang telah kamu lakukan!" Hardik Tuan Greg marah.

Zay kaget saat melihat keluarganya, yang saat ini berada di depan matanya, tepatnya di salah satu kamar yang ada di bar itu.

"Zay! Apa yang telah kamu lakukan, Nak? Kamu sudah mencoreng nama baik keluarga kita!" Isak tangis Nyonya Hanny, mulai terdengar.

"Zay! Opa sangat kecewa kepadamu!" Ternyata Tuan Jemy juga ikut hadir menggerebek cucu tertuanya itu.

"Oma juga kecewa kepadamu!" Ketus Oma Darla.

"Tidak! Ini tidak seperti yang kalian lihat!" Ucap Zay meyakinkan keluarganya.

"Aku hanya dijebak, Dad! Tolong percaya kepadaku, Mom!" Hardik Zay.

"Dijebak katamu?" Tuan Greg berkata sambil menyalakan televisi yang ada di ruangan itu.

"Lihat baik-baik apa yang sedang ditampilkan di layar televisi!" Seru sang ayah marah.

Zay terlihat mengepalkan tangannya saat melihat foto-fotonya yang sedang memeluk Oliv tersebar di media elektronik. Bahkan video kemesraan mereka juga ikut ditampilkan.

Tiba-tiba seorang wanita muda yang sebaya dengan Oliv berkata,

"Ya ampun, Oliv. Aku nggak nyangka kamu berani melakukan hal tidak senonoh itu!" Ketus Jeni kepada Oliv.

Dibalik kejadian ranjang panas antara Zay dan Oliv. Ternyata, Oliv sengaja dijadikan umpan oleh pihak tertentu untuk menjebak Zay. Namun sayangnya, Oliv tidak tahu menahu tentang hal itu.

"Jadi, kau menjebakku?" Tatapan tajam mata Zay seakan menusuk, sampai ke jantung Oliv.

"Ti ... tidak, Zay. Aku tidak menjebakmu." Lirih Oliv sedih.

"Dasar jalang! Berani-beraninya kau menyebut namaku!" Teriak Zay lantang.

"Cukup Zay!" Teriak Tuan Greg.

"Bubar semua! Saya ingin bicara kepada anak saya." Semua orang akhinya bubar kecuali kedua orang tua Zay dan kakek, neneknya.

Setelah semua keluar, Tuan Greg menutup pintu kamar itu, rapat-rapat.

Isak tangis Oliv mulai terdengar, sungguh sangat menyayat. Dia menyembunyikan wajahnya di balik selimut.

Oliv ketakutan. Dia takut, keluarga Zay memarahinya.

"Daddy! Tolong percaya kepadaku, aku hanya dijebak, Dad! Aku tidak mengenal perempuan itu, secara pribadi. Aku baru mengenalnya tadi malam Dad!"

"Apa? Kamu baru mengenalnya tadi malam? Tapi kamu kok berani menidurinya?" Kali ini Opa Jemy angkat bicara.

"Seharusnya jika kamu tidak mengenalnya, kamu pasti tidak akan berbuat sejauh ini!" Oma Darla juga ikut memarahi Zay.

"Zay, lihat!" Tuan Greg memperlihatkan saham perusahaan melalui ponsel pintarnya, yang tiba-tiba anjlok.

"Semua ini karena ulahmu! Asal kamu tahu, video panasmu sudah tersebar sampai seantero Indonesia!"

"Apa?" Kaget Zay.

"Satu-satunya cara untuk meredamnya, kamu harus menikahi gadis itu." Tegas sang ayah.

"Apa?" Zay lagi-lagi kaget.

"Ta-pi aku baru mengenalnya, Dad. Aku juga tidak mencintainya!" Teriak Zay lagi.

"Daddy tidak peduli! Kamu telah mencoreng nama baik keluarga Brett dan kamu harus mempertanggung-jawabkannya!"

"Ta-pi, Dad?" Zay tetap tidak mau.

"Tidak ada tapi-tapian, kamu harus mengikutinya!" Tegas sang ayah lagi.

"Aku tidak mau!" Jawabnya lantang.

"Zay! Cukup! Mommy mau kamu harus bertanggung jawab kepadanya. Gadis itu masih suci tapi kamu telah menghancurkan segalanya! Enak saja, kamu lari dari kenyataan."

"Dad, kamu urusin Zay. Biar aku dan mommy yang melakukan selebihnya." Ucap sang ibu.

"Zay, pakai bajumu! Sebentar lagi kamu melakukan konferensi pers. Wartawan sedang menunggu kita di lantai bawah." Mau tidak mau, Zay mengikuti kemauan keluarganya.

Dia pun masuk ke dalam toilet dengan membawa paper bag di tangannya yang berisi baju ganti untuknya.

"Oliv segera menyembunyikan tubuhnya rapat-rapat di balik selimut.

Daddy Greg dan Opa Jemy keluar sebentar dari kamar itu. Untuk memberi ruang kepada Nyonya Hanny dan Oma Darla untuk mendekati Oliv.

Di dalam kamar mandi, Zay menanggalkan semua pakaiannya, dan masuk ke dalam bathub.

"Bodoh amat dengan semua pemberitaan konyol itu! Aku mau berendam dan melepaskan penat di tubuhku." Ujarnya, lalu mulai berendam sambil memejamkan wajahnya.

Nyonya Hanny mendekati ranjang, dia semakin jelas mendengar Isak tangis gadis itu.

"Sayang, kamu kenapa menangis? Apakah kita bisa bicara?" Ucapnya Nyoya Hanny lembut.

"Perkenalkan, saya Mommy Hanny, ibunda Zay. Di sini juga ada Oma Darla, neneknya Zay.

"Halo calon cucu mantuku." Seru Oma Darla.

Oliv seketika merasakan kesejukan saat disapa oleh Nyoya Hanny, ibunda Zay.

"Kamu bisa membuka selimutnya sedikit saja sayang? Kami ingin melihat wajahmu." Seru Oma Darla.

"Ma ... maaf, Nyonya, a-ku tidak memakai baju. Tu ... tubuhku hanya tertutupi selimut ini saja." Lirihnya takut.

"Sayang, kami hanya ingin melihat wajahmu kok, bukan yang lainnya." Ujar Nyonya Hanny.

Oliv mencerna setiap perkataan yang diucapkan oleh keduanya. Dia pun memutuskan untuk membuka selimut itu dan mulai menunjukkan wajahnya.

"Sayang, kamu sangat cantik!" Puji Nyonya Hanny.

"Gadis ini, mengingatkanku kepada seseorang. Tapi, siapa ya?" Tanyanya dalam hati.

"Te ... terima kasih, Nyo-nya." Lirihnya.

"Sayang, panggil aku, Mommy dan ini Oma Darla."

"I ... iya, Mom. Maaf ... ku mohon maafkan aku. Aku tidak bermaksud melakukan ini. Aku sama sekali tidak menjebak Zay. Aku ... aku juga dijebak oleh seseorang." Tangis Oliv kembali pecah.

"Sayang, kamu jangan menangis lagi, Oma dan Mommy Hanny percaya, kamu adalah gadis baik-baik. Mulai saat ini, kamu adalah calon menantu tunggal untuk cucu Oma, Zay." Seru Oma Darla.

"Kamu jangan memikirkan apa pun mulai saat ini. Kita semua harus fokus kepada pernikahanmu dengan Zay."

"Ta ... tapi Oma." Lirihnya ingin membantah.

"Sayang, Oma dan Mommy tidak mau mendengarkan penolakan darimu. Kamu harus mengikuti apa yang kami katakan." Seru Oma Darla.

"Oma tidak mau, perutmu sudah mulai membesar karena hamil, tapi kamu dan Zay belum menikah. Oma tidak mau itu terjadi."

"Oh ya ngomong-ngomong nama kamu siapa, sayang?" Tanya Nyonya Hanny.

"Na ... namaku Olivia Wildi. Biasa dipanggil Oliv, Mom, Oma." Jawabnya sopan.

"Nama yang cantik, secantik orangnya." Seru Oma Darla.

"Te ... terima kasih, Oma." Sahutnya masih gugup.

"Oliv? Apakah kamu bisa duduk?" Tanya Mommy Hanny.

Oliv mencoba untuk duduk, namun badannya terasa sangat lemah.

"Ma ... maaf, Mom aku tidak bisa." Oliv kembali menangis.

"Hanny, biar Zay saja yang membantu mengangkat tubuh Oliv."

"Tapi Zay kemana kok nggak kelihatan dari tadi?" Ucap Oma Darla.

"Lho, Zay kok belum kelar juga mandinya?" Tanya sang ibu.

"Apa? Zay dari tadi masih di dalam kamar mandi?" Kaget sang Oma.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel