Bab 8 Membongkar Aibnya Sendiri
Bab 8 Membongkar Aibnya Sendiri
"Samantha, cepat kemari! Ini lucu sekali! Benar-benar deh, orang jahat ada balasan yang setimpal!"
Tawa Linny yang begitu keras membuat Sean yang baru keluar dari toilet itu keheranan.
"Ya ampun, bisakah kau tertawa pelan sedikit? Sama sekali tidak anggun. Bukan hanya tua, tapi etikanya juga tidak baik, pantas saja sudah umur 28 tapi masih belum menikah!"
Sekali lagi perkataan Sean menusuk hati Linny.
"Hei bocah, apa katamu? Sekali lagi bilang, aku akan mencubitmu."
Linny mengatakannya sambil menggulung lengan bajunya, seperti seorang tante-tante tua saja.
Sean menatapnya dengan nyinyir dan segera berjalan ke tempat Samantha, namun raut mukanya berubah dalam sekejap.
"Mami, biar aku saja yang bereskan, kau duduk dan istirahat saja di ruang tamu."
Sean menggulung lengan bajunya, lalu mengambil nasi dan sayur yang dimasak Samantha dan segera menyiapkan sumpit. Melihat Sean yang begitu pengertian, emosi Linny mereda.
"Bocah, melihatmu begitu menghormati mamimu, aku tidak lagi bikin perhitungan denganmu."
"Wanita tua, yang bahkan tidak mengerti bagaimana membantu orang lain tapi mau makan dengan enaknya, apakah kau benar-benar guru?"
Sekali lagi Sean menusuk Linny. "Biar kuperjelas, di sini adalah rumahku!"
"Kami bayar uang sewa padamu, apa kau bayar uang makan pada kami?"
Sean menatap Linny dengan sinis, membuat Linny marah hingga tak sanggup berkata-kata.
Melihat Sean yang bertingkah seperti itu, Samantha berdeham dan berkata, "Sean, kau tidak boleh berkata seperti itu pada tante Linny. Kau harus tahu, kau akan belajar darinya. Mengapa begitu tidak hormat pada gurumu?"
Wajah Sean seketika merengut.
Dia benar-benar tidak ingin ikut Tante Linny, tapi begitu teringat akan Ryu, teringat akan Nelson, Sean pun diam.
Begitu Linny mendengar bahwa Sean akan belajar di TK nya, ia segera bersemangat kembali.
"Samantha, kau benar-benar akan memasukkannya ke TK kami?"
"Ya, Sean perlu belajar di TK, aku juga harus bekerja, tidak ada yang menemaninya di rumah. Kudengar TK tempatmu bekerja itu sangat bagus, kali ini aku akan merepotkanmu."
"Tidak kok, tidak repot."
Linny diam-diam tertawa, sedangkan Sean mengeluh tanpa suara.
"Oh ya, apa yang kau tertawakan barusan?"
Tanya Samantha sambil menghidangkan nasi dan sayur di atas meja.
Barulah Linny teringat akan berita yang tadi dilihatnya itu.
Buru-buru ia memberikan ponselnya ke depan Samantha, lalu kembali tertawa keras.
"Samantha, lihat, Nelson dipipisi oleh seorang anak kecil. Hahaha, keterlaluan. Akhirnya laki-laki brengsek ini dikerjai oleh orang lain."
Perkataan Linny tanpa sadar membuat Samantha menoleh.
Di dalam video terlihat seorang anak kecil sedang menyemprotkan air seninya ke muka Nelson, wajah anak itu tidak jelas, malah muka Nelson yang terlihat sangat jelas, apalagi wajah Nelson ketika ia sangat marah, benar-benar jelas.
Samantha segera mengenali anak laki-laki di dalam video itu, ia segera menatap Sean.
Sean buru-buru menunduk. Tiba-tiba Linny tertawa nyaring.
"Hei, bocah, anak ini bukan kau kan? Baju kalian sama persis! Astaga, kelihatannya tidak, punyamu kan terlihat besar.
Kalimat itu membuat muka Sean merah padam.
"Wanita tua, wanita mata genit!"
Ia bangkit berdiri dan buru-buru lari ke kamar.
Salah, salah!
Bagaimana bisa ia menjual barang yang paling pribadi miliknya?!
Melihat respon Sean, ditambah lagi melihat Linny yang tertawa tak karuan seperti itu, mata Samantha lambat laun menyiratkan kegundahan.
Meskipun ia tidak tahu kapan Sean berhadapan dengan Nelson, tapi melihat hasil yang seperti ini, Samantha sedikit gembira.
Dipipisi oleh anaknya sendiri tepat di wajah, harusnya tidak masalah kan? Tapi mengingat karakter Nelson, bisa ditebak ia pasti marah besar.
"Samantha, kamu pikir siapa yang memposting foto ini di Internet?"
Samantha menggelengkan kepalanya, "Tidak peduli siapa itu, tapi ini cukup keterlaluan."
"Kalau saja, kalau saja aku adalah dia yang bertemu dengan bocah kecil itu, aku pasti akan langsung menyiramkan larutan asam ke mukanya. Oh ya, anaknya dan Messie, namanya Ryu, dia juga bersekolah di TK kami, apa kau yakin akan menyekolahkan anakmu itu ke sana?"
Tangan Samantha mendadak terhenti.
Anak mereka??
Samantha menarik napas dalam-dalam, lalu berkata datar, "Sean bukan anak yang akan membiarkan dirinya ditindas, tenang saja."
"Ya, untuk satu hal ini aku mengakuinya."
Linny dan Samantha terus bercengkerama, sementara Nelson sedang mengamuk hebat di dalam kantornya.
Siapa yang menyebarkannya di internet?
"Apakah orang-orang yang dibayar untuk menjaga privasi terhadap public itu hanya makan gaji buta, tidak bisa melakukan apa-apa? Video seperti ini bisa beredar di internet, apa yang mereka lakukan?"
Nelson melemparkan ponsel di hadapannya itu ke muka Santo.
Santo berkeringat dingin.
Dia juga baru menemukan video itu, ketika ingin menghapusnya, video itu sudah terlanjur menyebar.
"Tuan Nelson, kami juga sedang berusaha membereskannya, tapi sepertinya pihak yang menyebarkan itu menambahkan virus Trojan di dalamnya, sehingga komputer kami terjangkit virus, saat ini teknisi IT sedang memperbaikinya. Yang kupikirkan adalah, apa kesalahan yang telah kami perbuat? Sepertinya ada orang yang sengaja melakukannya."
Perkataan Santo membuat mata Nelson menyipit, apakah benar masalah ini disengaja untuk menyerangnya?