Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 7 Om Mesum

Bab 7 Om Mesum

Jeni dan Vano terlihat santainya berjalan di keramaian pengunjung Mall. Semua mata tertuju padanya bukan karena melihat dua pasangan yang sempurna. Tapi melihat Vano yang nampak masih memakai celana pendek dengan rambut acak acakan. Membuat tawa di setiap pengujung yang menatapnya.

Jeni tak menyadari itu dia terus berjalan di depan Vano lebih dulu untuk memilih memilah baju buat dia sendiri pastinya. Karena dia tidak bawa baju sama sekali apa boleh buwat dia harus keluarkan uang untuk beli semua barang barang yang ia butihkan saat ini. Meski terpaksa harus mengekuarkan uang tabungannya. Ia tidak mau pakai kartubkredit pemberian orang tuanya. Karena Jeni memang tak mau lagi minta orang tuanya.

Jeni napak mulai bingung semua orang tertawa memandang ke arahnya. Dia menatap sekujur tubuh hingga kakinya melihat apa ada yang salah atau tidak dalam dirinya.

Semua tertawa renyah melihat Jeni dan Vano" Lihat dia sangat lucu" ucap salah satu pengunjung yang menatapnya.

"Ia. Tapi dia terlihat manis" saut pengunjung lainya yang melewatinya.

"Sebenarnya apa yang mereka lihat?" Jeni nampak bingung dengan pandangan mereka dia memutar badannya melihat sekelilingnya tak ada yang aneh dalam dirinya dari kaki hingga atas kepalanya. Dia tadi sudah menyisir rambutnya hingga halus bahkan sudah pakai vitamin rambut. Meskipun belum mandi sih..

Jeni nampak menoleh ke belakang melihat Vano yang berjalan santainya menikmati dengan bibir seakan bersiul namun tak mengeluarkan suara. Jeni menatap dari atas hingga bawah tubuh Vano membuat dia terdiam seketika menahan tawanya. Mulutnya menganga tak percaya matanya mulai melebar.

"Kenapa kamu melihatku seperti itu?" Vano berhenti sejenak menatap Jeni di depannya.

"hahaha... Jeni tak berhenti tertawa melihat Vano masih mengenakan celana pendek seperti Boxer berjalan dengan percaya dirinya tanpa sadar masuk ke dalam Mall.

Ha..ha..ha.. tawa Jeni semakin menjadi membuat perutnya seakan sakit.

"Kenapa kamu terus tertawa?? Apa kamu baru sada aku sangat tampan" Ucap Vano dengan Percaya dirinya menyebut dia tampan dengan kedipan mata menggoda.

"Bukan itu yang aku maksud?? " Ia mencoba berhenti tertawa namun seakan jeni tak bisa berhenti tertawa melihat Vano.

Jeni menarik tangan Vano berjalan menuju sebuah toko baju yang terlihat ada kaca besar di depannya. "Lihatlah dirimu sendiri??" Ucap Jeni tertawa kembali melihat kaca di depannya.

Wajah Vano nampak memucat malu dia berlari masuke dalam toko untuk menutupi Boxer yang dia pakai. Jeni masih tertawa terbahak bahak melihat Vano. Dia segera memilihkan baju dan celana untuk Vano.

Vano yang sibuk menutupi Boxer nya berjalan masuk ke dalam ruang ganti. Membiarkan Jeni memilih baju dan celana untuknya. "Kenapa dia lama sekali" Ucap Vano sudah tak sabar menunggu Jeni yang lama memilih baju.

"Udah ini baju dan celana cepat Pakai jangan banyak tanya tau Coment. Aku bukan sosial media untuk menerima kolom komentar ..Ok.!!" Jeni membuka pintu sedikit dan mengulurkan satu baju dan celana untuknya. Meski Vano sebelumnya sudah pakai baju tapi kan dia belum Ganti baju dari kemarin bajunya juga sudah terlihat lesuh dan kotor.

"Baiklah.. kamu tunggu di luar dan ingat jangan ngintip aku" Ucap Vano segera memakai celana dan ganti baju.

Tidak lama Vano keluar menggunakan baju dan celana pilihan Jeni yang terlihat sangat cocok di pakai Vano. Jeni tersenyum matanya berbinar terkagum pada ketampanan vano. dia mengangkat ke dua jempol tangannya menandakan baju itu sangat bagus dan cocok di pakai Vano.

"Keren!" Ucap Jeni mencoba merapikan baju Vano. Mengusap-udah bahu Vano.

"Kamu sudah beli apa yang kamu inginkan"

"Sudah semua tinggal satu yang belum alat make up. Aku tak bisa jauh dari make up ok.."

"Dasar cewek sama saja mukanya balutan Make up" ucap Vano lirih.

"Apa yang kamu bilang?" Ucap Jeni dengan nada semakin tinggi.

Jeni tak hanya cantik dan manis ternyata pendengarannya juga sangat tajam.

"Aku gak bilang apa- lapa. Telinga kamu sakah dengar tu" Vano melangkahkan kakinya pergi tanpa menggubris Jeni yang terus mengoceh gak jelas di belakangnya.

"Hey dasar Om Om sialan, kenapa kabur" Jeni belari mengikuti Vano yang berjalan sangat cepat di depannya.

"Awas saja kamu Vano aku tidak akan mengampunimu kali ini" gerutu Jeni dengan langkah kini semakin cepat mencoba mengikuti Vano.

Vano tertawa kecil melihat wajah Jeni yang terlIhat sangat lucu dan menggemaskan ketika dia marah. Langkah Jeni yang semakin cepat dengan pandangan lurus ke depan menatap Vano. Tak sadar ada seseorang yang lewat di depannya.

"BRUKKK..."

Jeni menabarak seorang lelaki yang sangat familiar di matanya. Kini dia berada dalam dekapan erat Lelaki itu. "Ternyata kita memang jodoh ya Jeni" Ucap lelaki itu. Semakin merengkuh tubuh Jeni sangat erat.

"Edo yang di Club malam itu," Jeni nampak terkejut. Dia segera menjauh dari Edo. Namun Edo menarik pinggang rampingnya erat masuk ke dalam dekapannya. Kini tubuh Jeni merasakan kehangatan dari tubuh Edo. " Kamu tahu gak aku bisa merasakan ada sesuatu yang melekat di dadaku" bisik Edo dengan senyum menggoda.

Mendengar visikan Edo sontak jeni mendorong tubuh Edo sangat kuat menjauh darinya.

"plakkk..."

sebuah tamparan jatuh di pipi kanan Edo.

"Tampar terus sayang. " Edo mendekatkan wajahnya berharap daoat tamparan lagi dari Jeni.

"Apa Om sudah gila??"

"Aku gila karenamu!!" Edo menatap sekelilingnya yang tak begitu menghiraukan mereka. Dia mulai meremas dada Jeni membuat jeni terbawa dalam rayuan Edo.

"Besok aku tunggu kamu di Club malam, aku ingin kamu menemaniku minum sebentar" Edo tersenyum dengan tangan masih meremas dada Jeni.

Tak sadar jeni menikmatinya.

"Emmppp... Desahan itu entah sejak kapan keluar dari bibirnya.

" Kita lanjutkan saat kita bertemu lagi" Ucap Edo mulai melepaskan tangannya dari dada Jeni.

"Hei Edo ternyata kamu di sini?" Ucap Vano berdiri di depan mereka.

"Lamu dari mana saja kenapa Om meninggalkanku di sini " Ucap Jeni

"Aku dari tadi mencari kamu, aku kira kamu sudah jalan di depanku. Tadi aku menoleh ke belakang kamu gak ada" ucap Vano menatap pipi Edo yang merah.

"Siapa yang menampar kamu??" Tanya Vano.

Tadi ada gadis yang berani menamparku di depan umum" Ucap Edo. Dia melirik ke arah Jeni sekilas.

Edo mendekati Vano, menepuk pundaknya dan berbisik pelan.

"Tapi aku berhasil memegang dadanya yang sangat menggoda" tatapan Edo pada Jeni semakin menggoda seolah Edo ingin segera memangsa Jeni.

"Oya bagaimana kalau kita sekarang karauke" Ucap Edo megang tangan Jeni.

"Boleh juga. Di dekat sini ada sebuah tempat Karauke " saut Vano.

"Ayo kita pergi" jawab Edo

Vano beranjak jalan lebih dulu dan Jeni menarik tangannya dari genggaman Edo. Dia berjalan di belakang Vano. Edo yang semakin gemas pada Jeni dia menyentuh pantat Jeni membuat Jeni menjingkat terkejut.

" Om jangan berani menyentuhku aku" bisik Jeni menoleh ke belakang.

" Bukannya kamu tadi menikmati, ah..ah.. erangan kamu hmmz membuatku semakin terhanyut" Bisik Edo tersenyum menggoda pada Jeni dan berjalan lebih mendahului Jeni. Di merangkul pundak Vano dan berbincang sekilas dengannya untuk menghilangkan rasa jenuh saat berjalan keluar dari mall menuju tempat karauke yabmng berada di seberang jalan depan mall.

"Gimana apa kamu sudah dapat seorang pembalap buat entar malam??" Tanya Edo, melirik ke arah Vano di sampingnya.

"Tenang saja! Aku sudah dapat seseorang yang akan menggantikan ku" jawab Vano menoleh ke belakang menatap Jeni.

"Ya, gak Jen" Ucap Vano mencoba bertanya pada Jeni.

Jeni hanya terdiam mencoba tersenyum manis menandakan ia berucap kata iya.

Dia kini masih mengerutkan bibirnya wajahnya masih memerah sangat marah akibat ulah Edo tadi yang terus menggodanya bahkan berani terang terangan di depan orang banyak menyentuhnya. wajah malu itu terus berjalan mengikuti langkah Edo dan Vano.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel