Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 5 Semalaman Di Kamarnya

Bab 5 Semalaman Di Kamarnya

Jeni mulai berbaring miring ke arah kanan membelakangi Vano. Ranjang Vano yang terlihat sangat nyaman untuknya. Ya, mungkin dia kekenyangan dan merasa matanya sudah tak tertahan lagi untuk melanjutkan mimpinya. Ia membalikkan badannya miring ke kiri yang nampak Vano sepertinya mengigil kedinginan.

Jeni lupa saat dia kepanasan sewaktu ia mabuk berat tadi ia menyalakan AC kamarnya terlalu dingin. Tapi ia tidak ingin mematikan Ac nya dia merasa tubuhnya sekarang masih sangat panas. Melihat Vano ia terdiam sesaat, menatap selimut di bawah kakinya.

"Kasian juga, itu Om..Om!!" Jeni mengerutkan bibirnya segera berdiri ambil selimut di ranjangnya. Menatap Vano nampak sudah tertidur pulas ia berjalan pelan pelan menuju sofa tempat Vano tertidur. Lalu perlahan mulai memakaikan selimut menutupi sekujur tubuhnya dengan sangat hati hati dia tidak mau mengganggu Vano yang sudah tertidur pulas.

Jeni melihat sekilas wajah tampan Vano yang nampak sangat jelas di depannya. Wajah putih dengan mata bulat hidung mancung dan rambutnya agak panjang menutupi matanya.

"Ternyata Om ini tampan juga" Jeni tersenyum beranjak pergi.

Langkahnya terhenti tangannya seolah masih tertinggal di dada Vano. Dia menoleh ke belakang nampak Vano tak sengaja memegang tangan Jeni yang masih di dadanya memegang selimut tebal. "Vivi jangan pergi!!"

"Vi aku masih sayang denganmu??"

Vano nampak mengigau memanggil nama seorang wanita yang tidak Jeni kenal sama sekali.

"Vivi?" Jeni terdiam mengernyitkan dahinya.

Dia berpikir sejenak siapa Vivi itu?? dan apa Vivi adalah teman atau pacar si om ini batin Jeni yang masih menatap wajah Vano

Jeni mencoba melepaskan tangan Vano yang semakin erat menggenggam tangannya. Dia mencoba lagi lebih hati-hati agar Vano tidak terbangun dari tidurnya. Merasa tangan Vano sudah mulai merenggang Jeni segera melepaskan menarik tangannya dan berjalan mengendap endap menuju ke ranjang yang seakan sudah menariknya menyuruh dia tidur.

-----

Keesokan harinya.

Terlihat matahari sudah mulai terbit. Hari ini Jeni sepertinya tidak masuk sekolah. Bahkan dia kabur tanpa bawa baju satu pun hanya helaian kain yang masih menempel di badanya. Jam sudah menunjukkan pukul 7.00 Jeni dan Vano nampak masih tertidur pulas di tempatnya masing masing. Bahkan mereka tidak tahu Dion adiknya sudah berdiri di depan pintu berharap mereka keluar lebih dulu.

Ingin rasanya Dion mengetuk pintu tapi takut ganggu.Mau langsung masuk Dion merasa sangat menggu mereka. Tapi hari ini sekolah dia nampak muram sepertinya uangnya sudah habis hanya untuk traktir wanita. Dion mulai mengumpulkan semua keberaniannya untuk mencoba mengetuk pintu kamar Vano . "Semoga kakak sudah bangun" gumam Dion yang masih berdiri di depan pintu.

" Tok..tok.."

" Tok..tok..tok.."

Merasa belum ada jawaban Dion mulai mengetuk pintu lebih keras.

" brak...brak..brak..." ya ini namanya bukan ngetuk pintu tapi mau buwat pintu roboh bagaimana tidak. Dion mengeluarkan semua tenaganya untuk menggedor pintu tersebut.

Masih belum ada jawaban ia masih terdiam menarik nafas. Ia sudah merasa sangat lelah.

"Kenapa sepi sekali? Apa mereka sedang bercinta?" Dion yang penasaran mencoba menguping di balik pintu yang masih tertutup.

" kenapa sepi sekali? Gak ada tanda mereka bercinta!!" Gumam Dion yang masih pasang telinga tajam untuk mendengarkan apa yang mereka lakukan di dalam.

" Huammmmm" sura Menguap Jeni terdengar di telinga Dion. Membuat dia merasa kikuk dengan aksi mereka di dalam. Padahal Vano dan Jeni tidak berbuwat apa-apa. Hanya halusinasi Dion saja.

"Gimana cara bercinta mereka?? Kenapa suaranya begitu??Beda dengan gadis gadisku?? " Batin Dion yang nampak bodoh di depan pintu . Dia benar-benar mengira jika mereka sedang berhubungan badan.

Dion yang masih terus menguping tanpa sadar pintu mulai terbuka perlahan. Membuatnya terjatuh tepat di dada seseorang.

"Bubbb" kepalanya tepat menyandar di dada seornag wanita.

" Omg.. apa ini dada kakakku?? Kenapa berubah besar gini??"

"Apa dia terkena kutukan?" tanya Dion heran dalam.hatinya. Dia tidal sadar jika itu adalah Jeni dia mencoba memeriksa apa itu dada asli atau tidak. Dia memegangnya berkali-kali tanpa menatap ke atas nampak Jeni wajahnya sudah mulai memerah.

" Oppss sepertinya aku salah orang!!"

"Ternyata ini dada benaran punya wanita.. Mati aku!" Dion nerdiri tegap, mendongakkan kepalanya ke atas menatap wajah cantik Jeni yang sudah tersenyum terpaksa dengan tangan sudah mengepal seakan mau menonjok habis Dion.

" Bukkkk" sebuah tonjokan tepat di hidung Dion membuat Dia tergeletak di lantai dengan darah segar keluar dari hidungnya.

"Beraninya kamu menyentuhku.. Apa kamu mau ini lagi" Ucap Jeni mengepalkan tangannya ke arah wajahnya membuat Dion terdiam ketakutan.

" Gak .. gak ..sekarang aku pergi?" Dion beranjak berdiri berlari terbirit birit dengan memegang hidungnya yang masih berdarah.

"Galak sekali itu wanita, gimana kakak bisa dapat Cewek seperti dia siih.. jika berhubungan badan sama kakak pasti ..." Dion membayangkan saat kakaknya berhubungan badan dengan Jeni.

Bayangan Dion berkeliaran.

"Plakk... ayo cepat" Ucap Jeni memukul pantat Vano.

"Iya sayang, berhenti dulu sejenak" Vano sudah nampak lemas tak berdaya berbaring di ranjang.

Jeni meraih sabuk panjang memutar mutar memukulkan ke pantat Vano.

Dion menyudahi bayangannya, dia menggelengkan kepalanya.

"Ahhh... tidak..tidak..." Gumam Dion menggelengkan kepalanya semakin cepat mencoba menghapus bayangan itu.

"Tidak..tidak... itu tidak boleh terjadi?" Ucap Dion yang masih berdiri di ruang tamu.

Ia melihat jam tangan hitam yang melingkar di pergelangan tangannya menunjukan pukul 07.10.

"Telat lagi.. Sial!" umpat Dion segera meraih kunci montor ninja di meja ruang tamu dan bergegas membuka pintu. Lalu Menutupnya kembali dengan langkah terburu buru ia segera menaiki montornya. Tancap gas dengan kecepatan tinggi menuju ke sekolahan. Bahkan mengalahkan pembalap internasional.

------

Vano terbangun dari tidurnya tepat pukul 09.00, perlahan ia membuka mata melihat sekeliling kamarnya tak nampak Jeni di ranjang. Dia hanya menatap selimut yang ada menutupi sekujur tubuhnya.

"Di mana dia?" Vano beranjak dari sofa mencoba mencari Jeni yang entah kemana. Ia berjalan membuka kamar mandi namun tak ada Jeni di sana.

Dengan langkah cepat dia segera keluar dari kamarnya mencari Jeni di setiap ruangan di luar. Dia sangat takut jika ada orang yang tahu jika Jeni ada di rumah apa lagi jika tiba-tiba orang tuanya datang memaki-maki dia terus menendangnya keluar dari rumah. Vano tak bisa bayangkan itu terjadi padanya.

"Hmmzz..akhirnya aku kenyang juga" Terdengar suara jeni seoalah sedang makan membuat Vano terkejut dan segera mencari di mana dia. Vano menatap ke bawah lantai dasar terlihat Jeni sedang duduk di meja makan dengan para pelayan di sampingnya.

" aduh apa yang di lakukan itu wanita, Mati aku." Vano berlari turun ke lantai dasar dengan terburu buru menuju ke meja makan.

" Apa yang kamu lakukan?" Jeni menoleh seketika melihat Vano sudah berdiri di belakangnya.

Jeni terkekeh kecil " Hehe.. aku lapar tadi.. habis aku mau bangunin kamu tapi kamu kelihatan sangat pulas tidurnya" Ucap Jeni menggaruk kepalanya yang tidak gatal itu, sembari tersenyum tipis menghiasi wajahnya.

Tanpa menjawab Vano menarik tangan Jeni menjauh dari para pelayan.

"Jangan keluar lagi, joka mama aku pulang entah apa yang dia lakuin sama kamu" Vano mencoba tersenyum menatap para pelayan.

"Jangan bilang pada mama jika ada wanita di sini. Ingat kalau tidak kalian aku pecat" Ucap Vano dengan nada tinggi.

"Baik tuan" ucap pelayan kompak.

Vano menarik tangan Jeni menaiki tangga dengan langkah sangat cepat masuk ke dalam kamarnya.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel